ABSTRAK
Mudiyono, 2011, Meningkatkan
Kemampuan Guru Membuat Program Remedial Bagi Anak Berkesulitan Belajar
Matematika melalui Pembinaan Guru dengan Metode CLCK di Sekolah Inklusi SDN 2
Belimbing Raya Tahun
2011.
Kata Kunci: Kemampuan Guru Membuat Program Remedial,
Pembinaan guru dengan model CLCK
Untuk menangani anak-anak
berkebutuhan khusus, khususnya anak-anak berkesulitan belajar matematika pada
sekolah inklusi di SD Negeri 2 Belimbing Raya Kecamatan Murung Pudak Kabupaten
Tabalong perlu penanganan yang serius sehingga anak-anak tersebut dapat
berkembang secara optimal. Seiring dengan perkembangan dunia pendidikan
guru-guru yang menangani anak berkesulitan belajar ini juga memerlukan
pembinaan. Permasalahan
pembinaan guru selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya
kemampuan guru serta situasi dan kondisi lingkungan yang ada. Pembuatan program
remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika juga menimbulkan
permasalahan-permasalahan disekolah untuk itu pengawas dituntut untuk melakukan
pembinaan yang efektif dan efisien.
Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) merupakan
sarana termudah untuk meneliti, menyempurnakan dan mengevaluasi pembinaan guru
dalam menbuat program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika. Adapun tindakan yang dilakukan adalah memberikan pembinaan guru
dengan model CLCK (contoh, latih, coba dan
kembangkan)
dalam membuat program remedial bagi anak-anak kesulitan belajar matematika. Penelitian ini dilakukan 2 siklus (2 kali pertemuan masing-masing siklus) dengan
melibatkan 6 orang guru kelas. Pengawas memberikan contoh program remedial,
melatih guru membuat program remedial,
guru-guru mencoba dan mengembangkan membuat program remedial. Pengumpulan data diambil
melalui dokumentasi hasil pembinaan guru selama penelitian berlangsung dengan
tidak mengesampingkan observasi, evaluasi, analisis, dan interpretasi terhadap
jalannya kegiatan tindakan sekolah.
Dari
hasil observasi, pengamatan dan hasil
penelitian penerapan model CLCK menunjukkan adanya peningkatan kemampuan guru dalam membuat program remedial bagi anak-anak
kesulitan belajar matematika. Keberhasilan dalam penelitian ini
ditunjukan adanya
peningkatan hasil penilaian pada program remedial bagi
anak-anak berkesulitan belajar matematika yang dibuat oleh 6 orang guru kelas pada siklus I memperoleh nilai
rata-rata 3,73 dan pada siklus II memperoleh nilai rata-rata 4,03 dengan kategori Baik. Dengan adanya peningkatan
kemampuan guru dalam hasil penelitian ini maka hipotesis tindakan dapat
diterima. Berawal dari hasil penelitian ini dapat disarankan kepada kepala
sekolah dan pengawas dapat menggunakan model CLCK dalam membina guru membuat
program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika. Bagi peneliti
lanjutan, penelitian ini dapat diteliti dengan kajian yang lebih luas sehingga
hasilnya akan lebih sempurna.
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur alhamdulillah kami panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, hanya karena seijin dan rahmatNya semata, penulis mampu menyusun dan menyelesaikan laporan
penelitian tindakan sekolah ini sesuai rencana.
Ungkapan terimakasih penulis sampaikan kepada yang terhormat Bapak Dr. Muhammad Saleh, M.Pd selaku
Pembimbing dan Bapak Drs. Sulaiman,
M.Pd selaku koordinator pembimbing yang telah banyak
memberikan sumbangan pemikiran, bimbingan, dan arahan dalam rangka penulisan laporan
penelitian ini.
Ungkapan terimakasih
juga penulis sampaikan kepada Ibu Hj, Atmah, S.Pd selaku Kepala Sekolah dan guru-guru di SDN 2 Belimbing Raya yang telah berkenan mengijinkan
dan menerima peneliti serta berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini sampai selesai,.
Semoga segala
bantuan dari semua pihak mendapatkan balasan pahala dari Allah Swt. Amin
yarabbal alamin. Penulis menyadari bahwa penelitian tindakan sekolah ini masih
belum sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun demi perbaikan selanjutnya sangat penulis harapkan
untuk kesempurnaan PTS ini.
Tabalong,
15 September 2011
Peneliti
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
|
i
|
|||||||
HALAMAN
PENGESAHAN
|
ii
|
|||||||
ABSTRAK
|
iii
|
|||||||
KATA PENGANTAR
|
iv
|
|||||||
DAFTAR ISI
|
v
|
|||||||
DAFTAR
TABEL
|
vii
|
|||||||
DAFTAR
GAMBAR
|
viii
|
|||||||
DAFTAR
LAMPIRAN
|
ix
|
|||||||
BAB I
|
PENDAHULUAN
|
1
|
||||||||||||||
A.
|
Latar
Belakang
|
1
|
||||||||||||||
B.
|
Rumusan
Masalah
|
4
|
||||||||||||||
C.
|
Rencana
Pemecahan Masalah
|
4
|
||||||||||||||
D.
|
Tujuan
Penelitian
|
4
|
||||||||||||||
E.
|
Manfaat
Penelitian
|
5
|
||||||||||||||
BAB II
|
KAJIAN PUSTAKA
|
6
|
||||||||||||||
A.
|
Kajian Teori
|
6
|
||||||||||||||
B.
|
Kerangka Pikir
|
15
|
||||||||||||||
C.
|
Hipotesis Tindakan
|
15
|
||||||||||||||
BAB III
|
METODE
PENELITIAN
|
16
|
||||||||||||||
A.
|
Metode dan
Pendekatan Penelitian
|
16
|
||||||||||||||
B.
|
Setting
|
16
|
||||||||||||||
C.
|
Prosedur
Penelitian
|
17
|
||||||||||||||
D.
|
Faktor
Yang Diteliti
|
22
|
||||||||||||||
E.
|
Cara
Pengambilan Data
|
22
|
||||||||||||||
F
|
Indikator
Keberhasilan
|
22
|
||||||||||||||
G
|
Jadwal Penelitian
|
23
|
||||||||||||||
BAB IV
|
HASIL PENELITIAN
DAN PEMBAHASAN
|
24
|
|||||||||
A.
|
Hasil Penelitian
|
24
|
|||||||||
B.
|
Pembahasan
|
53
|
|||||||||
BAB V
|
KESIMPULAN DAN
SARAN
|
55
|
|||||||||
A.
|
Kesmimpulan
|
55
|
|||||||||
B.
|
Saran-Saran
|
55
|
|||||||||
Daftar Pustaka
|
56
|
||||||||||
Lampiran-Lampiran
|
58
|
||||||||||
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tabel untuk melatih memahami nilai tempat
ratusan, puluhan dan satuan
|
34
|
|||
Tabel
2. Hasil Penilaian Pembuatan Program Remedial Siklus I
|
38
|
|||
Tabel
3. Hasil Penilaian Pembuatan Program Remedial Siklus II
|
52
|
|||
Tabel
4. Perbandingan Rata-rata Hasil Penilaian Program Remedial Siklus I dan II
|
56
|
|||
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1. Rancangan Penelitian
|
18
|
|
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Program Kepengawasan
|
61
|
|||||||||
Lampiran 2.
Rencana Kepengawasan Akademik (RKA) Pertemuan 1 dan 2
|
71
|
|||||||||
Lampiran 3.
Rencana Kepengawasan Akademik (RKA) Pertemuan 3 dan 4
|
75
|
|||||||||
Lampiran 4.
Contoh Program Remedial
|
79
|
|||||||||
Lampiran 5. Kreteria Program Remedial
|
85
|
|||||||||
Lampiran 6.
Lembar Observasi Kegiatan Pengawas
Siklus I
|
88
|
|||||||||
Lampiran 7.
Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus I
|
92
|
|||||||||
Lampiran 8.
Lembar Observasi Penilaian Program Remedial Siklus I
|
96
|
|||||||||
Lampiran 9.
Lembar Observasi Kegiatan Pengawas
Siklus II
|
108
|
|||||||||
Lampiran 10. Lembar Observasi Kegiatan
Guru Siklus II
|
112
|
|||||||||
Lampiran 11. Lembar Observasi Penilaian Program
Remedial Siklus II
|
116
|
|||||||||
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penuntasan wajib belajar pendidikan
dasar merupakan prioritas dalam program pembangunan pendidikan nasional dan
juga merupakan bagian dari pengembangan
Sumber Daya Manusia (SDM). Kita menyadari bahwa bangsa Indonesia sedang berhadapan dengan
era globalisasi ekonomi terbuka dan persaingan bebas serta perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan komunikasi yang sangat pesat. Peningkatan kualitas
sumber daya manusia merupakan hak dan kewajiban seluruh warga negara Indonesia.
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib untuk mengembangkan kemampuan dan
potensi yang dimilikinya melalui pendidikan sehingga dapat menjadi sumber daya
manusia yang potensial. Agar setiap warga negara dapat mengenyam pendidikan
yang di harapkan, maka Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, serta akhlak
mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan
undang-undang.
Setiap warga negara mempunyai hak
yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu dan kesempatan yang
seluas-luasnya untuk meningkatkan pendidikan sepanjang hayat guna memperoleh
pengetahuan, kemampuan dan keterampilan sesuai dengan potensi masing-masing
individu. Hal ini juga berlaku bagi anak-anak berkebutuhan khusus, mereka juga
memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan serta wajib mengikuti pendidikan
dasar dan pemerintah wajib membiayainya, karena anak-anak berkebutuhan khusus
(penyandang cacat) merupakan warga negara Indonesia
seperti warga negara Indonesia
lainya yang normal. Meskipun mereka memiliki keterbatasan karena kelainannya,
namum mereka masih memiliki potensi yang dapat dikembangkan, hal ini merupakan
aset bangsa yang perlu mendapatkan perhatian sepantasnya
Pelayanan pendidikan bagi anak-anak
berkebutuhan khusus bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan
yang berguna bagi anak-anak berkebutuhan khusus sebagai anggota masyarakat,
sehingga dapat bermanfaat bagi dirinya,,masyarakat dan lingkungan. Pelayanan
pendidikan dan bekal pengetahuan serta keterampilan dapat mempersiapkan
anak-anak berkebutuhan khusus dapat terjun kedunia kerja atau untuk melanjutkan
pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Agar anak-anak berkebutuhan khusus
memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk bekal hidup dan melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi memerlukan pelayanan pendidikan yang
sesuai dengan kebutuhan dan potensi mereka, sehingga mereka dapat berkembang
secara optimal.
Untuk memberikan pelayanan pendidikan
kepada anak-anak berkebutuhan khusus tersebut pemerintah dan masyarakat
penyelenggara pendidikan telah mengupayakan pemerataan kesempatan belajar bagi
anak-anak berkebutuhan khusus melalui sekolah luar biasa (SLB), sekolah terpadu
dan sekolah menuju pendidikan inklusi. Moch. Sholeh (2004:IV) menyebutkan bahwa
pemerintah dan masyarakat penyelenggara pendidikan telah banyak melakukan usaha
peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui penyusunan proses belajar
mengajar yang tepat sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan peserta didik yang
memiliki kelainan dengan system yang tersetruktur. Mudjito (2005:iv) menyebutkan bahwa dalam
penuntasan wajib belajar pendidikan dasar bagi anak yang memerlukan pelayanan
pendidikan khusus diakomodasi melalui pendekatan “Pendidikan Inklusi” dengan
berpedoman pada azaz pemerataan serta peningkatan kepedulian terhadap anak-anak
yang memerlukan pelayanan pendidikan.
Salah satu upaya
pemerintah untuk mewujudkan penuntasan wajib belajar
bagi anak-anak berkebutuhan khusus telah di selenngarakan pendidikan inklusi di
SD Negeri 2 Belimbing Raya Kecamatan
Murung Pudak Kabupaten Tabalong. Pendidikan Inklusi adalah kebersamaan untuk
memperoleh pelayanan pendidikan dalam satu kelompok secara utuh bagi seluruh
anak berkebutuhan khusus usia sekolah, mulai dari jenjang TK, SD, SLTP
sampai dengan SMU. Yang menjadi permasalahan sekarang ini adalah pelayanan
pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus, khususnya anak berkesulitan
belajar belum optimal, hal ini terbukti guru masih belum membuat program
remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar tersebut.
Upaya-upaya untuk meningkatkan
kemampuan guru dalam membuat program remedial adalah melalui pembinaan guru.
Menurut Hamzah (2011:169) mengemukakan bahwa pembinaan guru adalah serangkaian
usaha bantuan kepada guru yang dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas sekolah,
penilik sekolah, serta pembina lainnya bertujuan untuk meningkatkan proses dan
hasil belajar.
Berdasarkan pemikiran di atas perlu
segera dilakukan penelitian mengenai upaya meningkatakan kemampuan guru membuat
program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika melalui pembinaan
guru dengan metode CLCK (contoh, latih, coba, kembangkan) di sekolah inklusi SD
Negeri 2 Belimbing Raya.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
permasalahan di atas, dapat dipilih dan disusun rumusan masalah yang akan di
jadikan fokus penetelitian sebagai berikut:
Apakah pembinaan guru dengan metode CLCK dapat
meningkatkan kemampuan guru membuat program remedial bagi anak berkesulitan
belajar matematika di sekolah inklusi SD Negeri 2 Belimbing Raya ?
C.
Rencana Pemecahan
Masalah
Pertemuan awal dengan
guru-guru di SD Negeri 2 Belimbing Raya, berdiskusi tentang penyusunan program
remedial bagi anak berkesulitan belajar, memberikan contoh program remedial
bagi anak berkesulitan belajar matematika, melaksanakan latihan dan memberkan
kesempatan pada guru untuk mencoba membuat program remedial dan mengembangkan program
remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika.
D.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian
tersebut diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
Untuk meningkatkan kemampuan guru membuat program
remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika di sekolah inklusi SD Negeri
2 Belimbing Raya melalui pembinaan guru dengan metode CLCK
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaati:
1. Bagi guru sebagai informasi tambahan
pengetahuan tentang membuat program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika
di sekolah inklusi SD Negeri 2 Belimbing Raya.
2. Bagi peneliti sebagai suatu pengalaman
yang berharga dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pembuatan program
remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika di sekolah inklusi.
3. Bagi Sekolah sebagai referensi yang dapat
dipelajari untuk pengayaan program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika
di sekolah inklusi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1.
Pengertian Pendidikan Inklusi
Melalui pendidikan inklusif, anak berkelainan
dididik bersama-sama anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi yang
dimilikinya. Hal ini dilandasi oleh kenyataan bahwa di dalam masyarakat
terdapat anak normal dan anak berkelainan (berkelainan) yang tidak dapat
dipisahkan sebagai suatu komunitas. Oleh karena itu, anak berkelainan perlu
diberi kesempatan dan peluang yang sama dengan anak normal untuk mendapatkan
pelayanan pendidikan di sekolah (SD) terdekat. Sudah barang tentu SD terdekat
tersebut perlu dipersiapkan segala sesuatunya. Pendidikan inklusi diharapkan
dapat memecahkan salah satu persoalan dalam penanganan pendidikan bagi anak
berkelainan selama ini. Tidak mungkin membangun SLB di tiap Kecamatan/Desa
sebab memakan biaya yang sangat mahal dan waktu yang cukup lama. Inklusi sebenarnya ialah perubahan praktis yang bisa kita
lakukan sehingga peserta didik dengan beragam latar belakang dan kemampuan bisa
sukses. Perubahan ini tidak hanya menguntungkan anak yang sering kita sisihkan,
seperti anak berkebutuhan khusus, tetapi semua anak dan orang tuanya, semua guru dan
administrator sekolah, dan setiap anggota masyarakat yang bekerja dengan sekolah.
Selama ini, istilah “inklusif” diartikan “mengikutsertakan anak berkelainan” di
kelas “regular” bersama dengan anak-anak lainnya.
Nasichin (2001:21) menyebutkan
pendidikan inklusi adalah pendidikan yang mengikutsertakan anak-anak yang
berkebutuhan khusus untuk belajar bersama-sama dengan anak-anak sebayanya di
sekolah umum, dan pada akhirnya mereka menjadi bagian dari masyarakat sekolah
tersebut, sehingga tercipta suasana belajar yang kondusif. “Inklusif” memang
mengikutsertakan anak berkelainan seperti anak yang memiliki kesulitan melihat
atau mendengar, yang tidak dapat berjalan atau lebih lamban dalam belajar.
Namun, secara luas menurut Moch. Sholeh (2004:2) “inklusif” juga berarti
melibatkan seluruh peserta didik tanpa terkecuali, seperti :
a.
Anak yang menggunakan bahasa
yang berbeda dengan bahasa pengantar yang digunakan di dalam kelas.
b.
Anak yang beresiko putus
sekolah karena sakit, kelaparan atau tidak berprestasi dengan baik.
c.
Anak yang berasal dari golongan
agama yang berbeda atau kasta yang berbeda.
d.
Anak yang sedang hamil.
e.
Anak yang terinfeksi HIV/ AIDS.
f.
Anak yang berusia sekolah
tetapi tidak sekolah.
“Inklusif” berarti bahwa sebagai guru
harus bertanggung jawab untuk berusaha memberikan bantuan dalam menjaring dan
memberikan layanan pendidikan pada semua anak dari otoritas sekolah,
masyarakat, keluarga, lembaga pendidikan, layanan kesehatan, pimpinan
masyarakat, dan lain-lain. Inklusi perlu
kita lakukan di sekolah-sekolah. Phil Foreman (2000:5) menyebutkan ada empat
alasan pokok untuk melakukan inklusi antara lain: 1) Penelitian tidak
menunjukan dengan jelas bahwa pelayanan pendidikan di sekolah khusus akan
menghasilkan sosialisasi yang lebih baik atau hasil belajar secara akademik
yang lebih baik daripada pembelajaran secara inklusi, khususnya untuk anak yang
tingkat kelainannya ringan. 2) Ada
penelitian yang menyarankan bahwa anak dapat memperoleh nilai lebih dari metode
pembelajran inklusi, meskipun mereka memiliki kelainan yang berat dan mereka
yang memiliki kelainan majemuk. 3) Semua efek pembelajaran akan muncul nilai
lebih. Baru-baru ini sudah ada hasil penemuan yang
menyebutkan banyak efek pembelajaran pada berbagai aspek pendidikan yang
diterima di sekolah inklusi menyimpulkan bahwa hasil pembelajarannya memperoleh
nilai lebih. 4) Telah tersebar luas penerimaan akan hak bagi setiap orang untuk
berpartisipasi secara penuh pada komunitas umum, jika mereka menghendaki.
Selanjutnya Ekodjatmiko (2007:7) menyebutkan
kelebihan dari penyelenggaraan pendidikan inklusi antara lain: 1) Belum ada
bukti empirik yang kuat bahwa Sekolah Luar Biasa (SLB) merupakan satu-satunya
sistem penyelenggaraan pendidikan terbaik untuk anak berkebutuhan khusus. 2)
Biaya operasional Sekolah Luar Biasa lebih mahal di bandingkan dengan sekolah
reguler. 3) Banyak anak-anak berkebutuhan khusus yang berdomisili di daerah
tidak dapat sekolah di Sekolah Luar Biasa karena jauh, sulit transportasi biaya
tidak terjangkau. 4) Sekolah Luar Biasa yang berasrama memisahkan anak dari
kehidupan social yang nyata. Sedangkan sekolah inklusi menyatukan anak dengan
kehidupan nyata. 5) Penyelenggaraan Sekolah Luar Biasa berimplikasi adanya
labelisasi anak cacat yang dapat menimbulkan stigma sepanjang hayat orang tua
tidak mau ke Sekolah Luar Biasa. 6) Melalui pendidikan inklusi akan terjadi proses
edukasi kepada masyarakat agar menghargai adanya perbedaan.
Agar dapat memberikan pelayanan
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, maka penyelenggara pendidikan inklusi
perlu mengenal istilah khusus dalam pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus.
Phil Foreman (2000:13-22) menyebutkan konsep dan istilah khusus dalam
pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus antara lain: Normalisasi, integrasi,
Mainstriming, pendidikan inklusi, Kelainan, hambatan, dan kecacatan
Normalisasi berhubungan dengan kependidikan dan pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus supaya dapat berkembang
dengan alami, wajar dan normal. Prinsip normalisasi menyarankan bahwa
seluruh anak harus diberikan kesempatan untuk dilayani di sekolah khusus yang
menjadi satu dengan sekolah umum, sejalan dengan prinsip tersebut, anak yang
tidak mengalami hambatan dapat berkunjumg ke sekolah dimana anak berkebutuhan
khusus belajar, begitupun sebaliknya, andaikata orang tua mereka menghendaki,
atau jika orang tua menghendaki sekolah khusus yang berdiri sendiri dengan
lokasi yang berdampingan dengan sekolah umum. Menurut Susi Septaviana R
(2003:36) normalisasi bukan berarti anak cacat/berkebutuhan khusus menjadi
normal, tetapi anak yang menyandang kecacatan/berkebutuhan khusus di lihat
sebagai bagian dari masyarakat yang alami dan “normal”.
Integrasi dalam pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus merupakan
istilah yang digunakan bagi anak berkebutuhan khusus yang mendapat pelayanan
pendidikan di sekolah umum. Istilah ini juga dapat diartikan pengurangan sistem
pemisahan proses pembelajaran yang dilaksanakan kepada murid. Anak belajar di sekolah umum, tetapi belajar
terpisah di ruang atau kelas khusus, ini juga dapat dikatakan integrasi.
Meskipun murid belajar di kelas khusus, jika anak belajar di sekolah umum, anak
mendapat kesempatan yang besar untuk berinteraksi dengan teman-teman yang lain
dalam sekolah.
Mainstriming merupakan pelayanan pendidikan bagi
anak berkebutuhan khusus bergabung dalam satu kelas dengan anak normal untuk
sebagian besar waktu sekolah. Murid mengikuti pembelajaran secara mainstrim,
jika anak mendapatkan peran dalam berpartisipasi dalam kelas umum. Sebagai
contoh, pada pagi hari anak belajar di kelas khusus, kemudian anak belajar di
kelas umum pada siang hari.
Pendidikan inklusi. Pembelajaran secara inklusi,
jika anak belajar di dalam kelas umum secara sepenuhnya, walaupun ada sedikit
perbedaan kurikulum. Konsep pembelajaran secara inklusi didasari oleh pendapat
bahwa sekolah tentu saja harus menyediakan seluruh kebutuhan anak, walaupun
mereka memiliki perbedaan kemampuan dan perbedaan hambatan, pembelajaran
inklusi juga harus mampu menghargai perbedaan kebudayaan, ras, suku, dan
perbedaan sosial.
Ekodjatmiko (2007:8-9) menyebutkan bahwa dengan
pendidikan inklusi anak berkebutuhan khusus
mendapatkan layanan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya.
Bentuk-bentuk layanan itu seperti : 1) Kelas reguler penuh, anak berkebutuhan
khusus belajar bersama anak normal di kelas reguler sepanjang hari dengan
kurikulum yang sama. 2) Kelas reguler dengan cluster, anak berkebutuhan khusus
belajar bersama anak normal di kelas reguler dalam kelompok khusus 3) Kelas reguler dengan pull out, anak
berkebutuhan khusus belajar bersama anak normal di kelas reguler tetapi dalam
waktu-waktu tertentu di pindah dari kelas reguler ke ruang sumber untuk belajar
dengan guru pembimbing khusus 4) Kelas
reguler dengan cluster dan pull out, anak berkebutuhan khusus belajar bersama
anak normal di kelas reguler dalam kelompok khusus tetapi dalam waktu-waktu tertentu
di pindah dari kelas reguler ke ruang sumber untuk belajar dengan guru
pembimbing khusus. 5) Kelas khusus dengan berbagai pengintegrasian, anak
berkebutuhan khusus belajar di kelas khusus pada sekolah reguler tetapi pada
bidang-bidang tertentu dapat belajar bersama dengan anak normal di kelas
reguler 6) Kelas khusus penuh di sekolah reguler, anak berkebutuhan khusus
belajar di kelas khusus pada sekolah reguler.
Perbedaan esensial anak dalam
pembelajaran integrasi atau mainstriming dengan pembelajaran inklusi menurut
Giorcelli dalam Phil Foreman (2000) adalah, jika pembelajaran integrasi atau
mainstriming, sekolah menayakan “apa yang dapat kami sediakan untuk memenuhi
kebutuhan murid ini?” Jika pembelajaran inklusi, sekolah menanyakan “Bagaimana
yang dapat kami sediakan untuk memenuhi kebutuhan murid ini?” Dengan kata lain
pada integrasi semua siswa (anak yang normal dan anak berkebutuhan khusus)
hanya satu guru, anak menyesuaikan system, sedangkan inklusi siswa (anak
berkebutuhan khusus) memiliki guru pendamping, system menyesuaikan anak.
Kelainan, hambatan, dan kecacatan. Istilah kelainan digunakan untuk
kondisi tidak normal dalam organ tubuh atau sistem fungsi organ tubuh. Kelainan
juga sering digunakan pada istilah medis atau kondisi organ, sebagai contoh
pandangan yang terbatas, masalah pada hati, serebral palsi, kelainan
mental,spina bifida, ketulian. Iatilah hambatan digunakan untuk menyatakan
konsekuensi secara fungsional sebagai akibat dari kelaianan. Sebagai contoh,
karena kelainannya seseorang penyandang spina bifida tidak dapat berjalan tanpa
alat bantu berupa penyangga atau kruk. Kecacatan adalah kondisi lingkungan sosial yang terjadi
sebagai akibat dari hambatan yang disandang. Sebagai contoh, murid yang
menggunakan kursi roda tidak dapat memasuki ruang perpustakaan sekolah, maka
murid tersebut tidak dapat menggunakan manfaat perpustakaan. Istilah yang
paling tepat untuk meyebut murid yang berkelainan adalah anak yang menyandang
hambatan/ berkebutuhan khusus.
2.
Pengertian Remedial
Karakteristik siswa dalam satu kelas
sangat beragam, sehingga dalam belajar siswa banyak mengalami masalah.
Masalah-masalah yang timbul dari kondisi sekolah menurut Majid (2008:235)
antara lain: kurikulum kurang sesuai, guru kurang menguasai bahan pelajaran,
metode mengajar kurang sesuai, alat-alat dan media pengajaran kurang sesuai.
Akibat dari permasalahan tersebut ada beberapa anak yang prestasinya kurang
dari harapan atau tidak mencapai KKM.
Bagi siswa yang tidak mencapai KKM
ini di indikasikan mengalami kesulitan belajar, sehingga perlu diberikan
remedial. Remedial adalah perlakuan khusus terhadap peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar (Mulyasa, 2009:113). Selanjutnya menurut Majid
(2008:236 peserta didik yang mengalami kesulitan belajar) diberikan pengajaran
perbaikan, yaitu bentuk pengajaran khusus yang diberikan kepada seseorang atau
beberapa orang murid yang mengalami kesulitan belajar. Kekhususannya terletak
pada murid yang dilayani, bahan pelajaran, metode atau media penyampaiannya.
Karena kekhususannya itu maka dalam pemberian remedial diperlukan program yang
terarah sesuai dengan keperluan peserta didik/siswa.
3.
Pengertian Pembinaan Guru
dengan Metode CLCK
Menurut
Depdiknas (2002:152) pembinaan adalah cara membina dengan kegiatan yang
dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Sesuai
dengan pengertian tersebut maka pembinaan guru adalah cara membina guru dengan
kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang
lebih baik. Selanjutnya Hamzah (2011:169) mengemukakan bahwa pembinaan guru
adalah serangkaian usaha bantuan kepada guru yang dilakukan oleh kepala
sekolah, pengawas sekolah, penilik sekolah, serta pembina lainnya bertujuan
untuk meningkatkan proses dan hasil belajar.
Pembinaan
guru dalam penelitian ini adalah pembinaan guru yang dilakukan oleh pengawas
sekolah dengan metode CLCK (contoh, latih, coba, kembangkan) dalam meningkatkan
kemampuan guru menyusun program remedial bagi anak berkesulitan belajar
matematika di sekolah inklusi SD Negeri 2 Belimbing Raya. Menurut Depdiknas
(2002:219) contoh berarti sesuatu yang disediakan untuk ditiru atau diikuti,
dalam hal ini peneliti/ pengawas memberikan sebuah contoh program remedial bagi
anak-anak berkesulitan belajar matematika untuk dipelajari dan dipahami oleh
guru yang dibina. Selanjutnya Depdiknas (2002:643) meyebutkan latih dengan
padanan kata melatih yang berarti mengajar seseorang agar dapat melakukan
sesuatu, peneliti melatih guru untuk menyusun program remedial. Depdiknas
(2002:217) coba berarti silahkan, dengan padanan kata mencoba yang berarti
mengerjakan sesuatu untuk mengetahui keadaannya, dalam kegiatan ini peneliti
memberikan kesempatan kepada guru untuk mencoba menyusun program remedial
sehingga mengetahui komponen-komponen yang harus ada dalam program tersebut.
Kembangkan dari kata dasar kembang mendapat imbuhan -kan. Menurut Depdiknas
(2002:538) kembang memiliki padanan kata berkembang yang berarti menjadi
bertambah sempurna. Selanjutnya imbuhan –kan bermakna melakukan perbuatan yang
dinyatakan oleh kata dasar (Mulyono, 2003:17). Kembangkan berarti melakukan
kegiatan untuk menyempurnakan sesuatu dalam hal ini adalah program remedial.
Berdasar-kan beberapa pengertian tersebut maka Pembinaan guru dengan metode
CLCK dapat diartikan membina guru dengan contoh, melatih, memberikan kesempatan
untuk mencoba dan mengembangkan program remedial.
B. Kerangka Pikir
Penuntasan wajib belajar pendidikan
dasar bagi anak yang memerlukan pelayanan pendidikan khusus diakomodasi melalui
pendekatan “Pendidikan Inklusi” dengan berpedoman pada azaz pemerataan serta
peningkatan kepedulian terhadap anak-anak yang memerlukan pelayanan pendidikan
khusus. Agar anak-anak berkebutuhan khusus yang mendapat pelayanan pendidikan
inklusi dapat berkembang secara optimal, maka sekolah harus melaksanakan
upaya-upaya yang masimal. Anak berkesulitan belajar matematika merupakan bagian
dari anak-anak berkebutuhan khusus yang mendapat pelayanan pendidikan melalui
pendekatan pendidikan inklusi. Karena keterbatasan kemampuannya, anak-anak
tersebut belum mencapai KKM yang ditentukan sekolah, sehingga guru perlu
melakukan tindakan-tindakan agar anak-anak yang mengalami kesulitan belajar
matematika juga dapat menyelesaikan materi pelajarannya serta mencapai KKM.
Salah satu tindakan guru adalah melakukan remedial
teaching.
Keberhasilan dalam memberikan remedial teaching dipengaruhi oleh
beberapa factor diantaranya adalah program remedial yang baik. Hal ini pengawas selaku pembina berkewajiban
membina guru dalam membuat program remedial menggunakan berbagai metode. Salah
satu metode yang digunakan adalah metode CLCK dalam membina guru membuat
program remedial bagi anak-anak kesulitan belajar matematika di sekolah Inklusi
SD Negeri 2 Belimbing Raya.
C. Hipotesis Tindakan
Pembinaan guru dengan
metode CLCK dapat meningkatakan kemampuan guru dalam membuat program
remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika di sekolah inklusi SD Negeri
2 Belimbing Raya.
BAB III
METODE PENELITIAN TINDAKAN
A. Metode dan Pendekatan Penelitian
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Sekolah (School Action Research).
Penelitan Tindakan Sekolah dikembangkan dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut
Zainal (2009:12) PTK pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial
Amerika yang bernama Kurt Lewin pada
tahun 1946, PTK di Indonesia baru
dikenal pada akhir dekade 80-an. Selanjutnya Zainal (2009:13) menyebutkan penelitian
tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom
Action Research, yaitu satu action
reaserch yang dilakukan di kelas. Sedangkan
Penelitian Tindakan Sekolah menurut Depdiknas (2008:11) adalah penelitian
tindakan sebagai salah satu jenis penelitian kualitatif di bidang pendidikan
yang dilaksanakan disekolah untuk memperbaiki proses pembelajaran dan manajemen
sekolah.
B. Setting
Penelitian ini dilaksanakan pada sekolah Inklusi di
SD Negeri 2 Belimbing Raya Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong tahun
2011. Adapun subjek penelitian adalah guru yang memberikan remedial bagi anak
berkesulitan belajar matematika berjumlah
6 orang
guru kelas (kelas 1s.d 6).
C. Prosedur Penelitian
Setiap penelitian pada dasarnya memiliki cara yang berbeda-beda
untuk mendapatkan data pada suatu subyek ataupun obyek yang akan ditelitinya.
Agar mendapatkan data yang baik, valid dan reliabel diperlukan suatu pendekatan
yang jelas. Berdasarkan pada pendekatan yang diambil, dapat digunakan untuk
merencanakan penelitian yang akan dilaksanakan. Menurut Suharsimi, (1998:88)
dalam menentukan pendekatan penelitian, perlu mempertimbangkan tujuan
penelitian, waktu dan dana yang diperlukan, adanya subyek penelitian serta
kemauan atau keinginan peneliti.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan sekolah,
dengan langkah-langkah: penetapan focus permasalahan, perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan yang disertai dengan observasi, interpretasi dan
replikasi. Tindakan yang pernah dilakukan akan selalu dipelajari dan dievaluasi
untuk menentukan tindakan selanjutnya.
Tindakan lanjutan ini akan berguna untuk perbaikan skenario yang
tentunya akan memberikan gambaran pasti terhadap pelaksanaan tindakan dalam
penelitian. Penelitian ini dilaksanakan 2 siklus 4 kali pertemuan. Menurut
Depdiknas (2008:13 Penelitian tindakan sekolah berbentuk siklus metodologis
yang berdaur (cyclical methodology cyclus)
yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan
refleksi. Hasil refleksi mencakup analisis, sintesis dan penilaian hasil
tindakan yang dilakukan, bila masih terdapat permasalahan dilakukan tindakan
kedua yang meliputi perencanaan ulang, tindakan dan pengamatan ulang sampai
permasalahan teratasi. Siklus metodologis penelitian tindakan sekolah ini sama
dengan siklus metodologis penelitian tindakan kelas yang di kemukakan oleh
Zainal (2009:30) bahwa penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui proses
pengkajian berdaur yang terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan
merefleksi.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka siklus metodologis/rancangan
penelitian tidakan sekolah ini dilakukan 2 siklus seperti bagan berikut:
|
Gambar 1: Rancangan
Penelitian
1.
Perencanaan (planning)
Kegiatan yang dilaksanakan
pada tahap perencanaan ini adalah :
a. Membuat skenario, yaitu Rencana Program
Pembinaan guru dengan metode CLCK dalam menyusun program remedial bagi
anak-anak berkesulitan belajar matematika.
b. Menyusun lembar observasi untuk melihat
bagaimana proses penyusunan program remedial.
c. Menyiapkan contok program remedial
2.
Pelaksanaan tindakan (action)
Penelitian
tindakan sekolah ini direncanakan 2 siklus, setiap satu siklus terdiri atas dua
kali pertemuan (tatap muka), sehingga 2 siklus ada empat kali pertemuan (tatap
muka).
Kegiatan yang dilakukan pada
tahap ini adalah :
a.
Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pertemuan ke-1 (2 x 45 menit)
Kegiatan Awal
Membicarakan tentang komponen
program remedial
Kegiatan Inti
-
Memberikan
contoh program remedial
-
Mempelajari/mengamati
contoh program remedial
-
Melatih
menyusun program remedial sesuai kreteria yang telah ditentukan
Kegiatan Akhir
-
Mennyimpulkan
materi.
-
Memberikan
tugas pada guru untuk berlatih membuat program remedial.
Pertemuan ke-2 (2 x 45 menit)
Kegiatan Awal
-
Membicarakan
tentang komponen program remedial
-
Tanya
jawab tentang program remedial
Kegiatan Inti
-
Guru
mencoba membuat program remedial dengan kreteria yang telah ditentukan
-
Memberikan
kesempatan guru untuk mengembangkan membuat program remedial
Kegiatan Akhir
-
Menyimpulkan
materi tentang penyususnan program.
-
Memberikan
tugas pada guru untuk mengembangkan program remedial.
b.
Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pertemuan ke-3 (2 x 45 menit)
Kegiatan Awal
-
Membicarakan
tentang komponen program remedial
-
Membicarakan
kesulitan/hambatan yang dialami guru dalam membuat program remedial
Kegiatan Inti
-
Memberikan
contoh program remedial
-
Mempelajari/mengamati
contoh program remedial
-
Melatih
menyusun program remedial sesuai kreteria yang telah ditentukan
Kegiatan Akhir
-
Mennyimpulkan
materi.
-
Memberikan
tugas pada guru untuk berlatih menyusun program remedial.
Pertemuan ke-4 (2 x 45 menit)
Kegiatan Awal
-
Membicarakan
tentang komponen program remedial
-
Tanya
jawab tentang kesulitan/hambatan yang dialami guru dalam menyusun program
remedial
Kegiatan Inti
-
Guru
mencoba membuat program remedial dengan kreteria yang telah ditentukan
-
Memberikan
kesempatan guru untuk mengembangkan membuat program remedial
Kegiatan Akhir
-
Menyimpulkan
materi tentang penyususnan program.
-
Memberikan
tugas pada guru untuk mengembangkan program remedial.
3.
Pengamatan
Pada tahap ini
dilakukan observasi kegiatan pembinaan guru dengan metode CLCK
(contoh, latih, coba, kembangkan) dalam meningkatkan kemampuan guru menyusun
program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika di sekolah inklusi
SD Negeri 2 Belimbing Raya. Kegiatan yang diamati adalah kegiatan guru dalam mempelajari
contoh, latihan, mencoba dan mengembangkan program remedial serta program
remedial yang dibuat guru sebagai hasil akhir pembinaan.
4.
Refleksi
Hasil observasi
tentang pembuatan program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika di
sekolah inklusi SD Negeri 2 Belimbing Raya dianalisis pada tahapan ini. Data hasil analisis ini kemudian peneliti dapat merefleksi
diri untuk perbaikan pembinanaan siklus berikutnya atau
membuat kesdimpulan hasil penelitian.
D. Faktor yang diteliti
Kegiatan guru dalam membuat program remedial, bagi
anak-anak berkesulitan belajar matematika program inklusi di SD Negeri 2
Belimbing Raya.
E. Cara Penggalian Data
Jenis data yang diperoleh adalah data
kualitatif hasil tanya jawab dan lembar
observasi tentang penyusunan program remedial. Hasil data yang telah
dikumpulkan di adakan verifikasi dan analisis, dari analisis data ini peneliti
dapat merefleksikan dengan melihat data observasi apakah kegiatan yang
ditetapkan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam membuat program remedial. Hasil analisis data akan digunakan sebagai
acauan dalam meberikan tindakan pada sikulus berikutnya atau menyimpulkan hasil
penelitian
F. Indikator Keberhasilan
Penelitian tindakan sekolah ini
berhasil bila semua guru yang dibina mampu membuat
program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika mendapat nilai baik dengan
rentang nilai 1 sampai dengan 5, menurut User Usman (2011:119) rentangan nilai
tersebut yang berarti:
1 = sangat tidak baik
2 = tidak baik
3 = kurang baik
4 = baik
5 = sangat baik
G. Jadwal Penelitian
NO
|
KEGIATAN
|
Mei
|
Juni
|
Juli
|
Agust
|
Sept
|
|||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1.
|
Menyusun Proposal
|
|
|
x
|
x
|
x
|
x
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Izin Penelitian
|
|
|
|
|
|
|
x
|
x
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Siklus I
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x
|
x
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Analisi Hasil
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Siklus II
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x
|
x
|
|
|
|
|
|
6
|
Analisis Hasil
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x
|
x
|
|
|
|
7
|
Laporan Hasil PTK
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x
|
x
|
x
|
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
Penelitian Tindakan Sekolah ini
dilaksanakan di SD Negeri 2 Belimbing Raya Kecamatan Murung Pudak Kabupaten
Tabalong, yang pelaksnaannya meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
- Perencanaan, yang meliputi penetapan materi pembinaan dan penetapan alokasi waktu pelaksanaannya (bulan Mei s.d Septembr 2011)
- Tindakan, meliputi seluruh proses kegiatan pembinaan kepengawasan melalui model CLCK (Contoh, Latih, Coba dan Kembangkan), siklus satu dilaksanakan dua pertemuan yaitu pada tanggal 23 Juli 2011 dan 27 Juli 2011, siklus dua dilaksanakan dua pertemuan tanggal 7 september 2011 dan 13 September 2011.
- Observasi, dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan pembinaan kepengawasan dalam membuat program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika.
- Reflekksi, meliputi kegiatan analisis hasil pembinaan kepengawasan sekaligus menyusun rencana perbaikan pada siklus berikutnya
Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan
secara kolaborasi dengan kepala sekolah dan coordinator pengawas yang membantu
pelaksanaan observasi dan refleksi selama kegiatan penelitian berlangsung.
Pelaksanaan penelitian sekolah
disajikan dalam dua siklus sebagai berikut:
1.
Perencanaan
Untuk melaksanakan penelitian ini
peneliti mempersiapkan perlengkapan pembinaan seperti : Rencana Kepengawasan
Akademik (RKA), Pedoman Penialaian Program Remedial, Contoh Program Remedial,
Lembar Tugas, dan melapor kepada Kepala Sekolah bahwa akan melaksanakan
penelitian, sosialisasi kepada guru kelas sebagai subyek pelaksanaan penelitian
tindakan sekolah.
2.
Pelaksanaan Penelitian Tindakan
Sekolah Siklus I
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), hal ini
dimulai dengan :
a.
Pelaksanaan Tindakan pertemuan
kesatu Siklus I
Pada tanggal 23 Juli 2011
dilaksanakan tindakan sekolah pertemuan kesatu selama 90 menit (2 x 45 menit). Tiga
puluh menit sebelum pembinaan dimulai peneliti sudah ada di sekolah. Setelah
koordinasi dengan kepala sekolah, maka pembinaan akan dilakukan di ruang kelas
VI setelah anak-anak pulang sekolah. Setelah anak-anak pulang dan ruangan
kosong, maka guru-guru dan peneliti memasuki kelas. Pada awal pertemuan di
kelas pengawas mengkondisikan guru untuk siap menerima materi pembinaan,
setelah kondisi guru siap menerima pembinaan, maka pengawas mulai melakukan
pembinaan dengan mengucapkan salam pembuka dan menyampaian tujuan pembinaan
yaitu agar guru dapat membuat program remedial bagi anak-anak berkesulitan
belajar matematika.
Awal pembinaan pengawas menyampaikan
bahwa di SD Negeri 2 Belimbing Raya adalah salah satu penyelenggara program
pendidikan inklusi yang konskuensinya sekolah harus menerima semua siswa dalam
kondisi apapun termasuk anak-anak yang berkesulitan belajar matematika. Karena
kondisi anak berkesulitan belajar matematika selalu mengalami hambatan dalam
menerima pelajaran dan nilainya belum mencapai KKM, maka mereka perlu di
berikan remedial teaching. Agar dapat
memberikan remedial secara optimal dan terarah, maka guru harus membuat program
remedial.
Dalam kegiatan ini pengawas
memberikan kesempatan pada guru untuk bertanya tentang materi yang telah
disampaikan. Ada guru yang bertanya antara lain: 1) “apakah anak yang
berkesulitan belajar harus di buatkan program remedial masing-masing
individu?” 2) “ada anak yang lambat
dalam belajar matematika 5 orang anak, apakah 5 anak ini dikelompokkan jadi 1 agar
dibimbing oleh guru pendamping dalam program inklusi sementara guru kelas
melanjutkan pembelajaran untuk anak-anak yang lain?” selanjutnya pengawas
menjelaskan bahwa bila ada beberapa anak yang berkesulitan belajar itu hampir sama
letak permasalahan dan kesulitannya, maka dari beberapa anak itu cukup satu
program remedial, sementara untuk 5 anak yang mengalami hambatan matematika itu
diupayakan duduk berdekatan sehingga guru pendamping dapat membantu mereka
secara efektif dan efisien serta anak-anak tersebut juga dapat mengikuti dengan
baik pelajaran yang disampaikan oleh guru kelas. Salah seorang guru menambahkan
untuk mengatasi maslah itu, selain guru pembimbing khusus anak-anak juga dapat
di tempatkan dengan anak yang pandai dan anak tersebut diminta untuk membantu
temannya yang mengalami kesulitan tersebut (bimbingan teman sebaya).
Selanjutnya pengawas menyampaikan
komponen-komponen program remedial yang meliputi:
1)
Identitas Sekolah
2)
Identitas Mata Pelajaran
3)
Kelas dan Semester
4)
Alokasi waktu yang diperlukan
5)
Jumlah pertemuan
6)
Standar Kompetensi
7)
Kompetensi Dasar
8)
Indikator
9)
Tujuan pembelajaran
10)
Metode pembelajaran
11)
Materi Ajar
12)
Kesulitan/hambatan siswa
13)
Langkah-langkah pembelajaran
(kegiatan awal, inti dan penutup)
14)
Alat, Bahan dan Sumber Belajar
15)
Penilian.
Pengawas memberikan contoh program
remedial kepada masing-masing guru. Dengan mendengarkan penjelasan pengawas,
guru-guru memperhatikan contoh program remedial yang telah diterimanya pada
tiap-tiap kompnen yang ada. Penggawas menjelaskan bahwa pada setiap akhir
pembelajaran/penyampaian materi pembelajaran maka seorang guru harus
melaksanakan evaluasi untuk mengetahui apakah kompetensi dasar atau materi
pelajaran yang disampaikan sudah dikuasai sepenuhnya olah smua siswa atau
belum. Guru melaksanakan analisis hasil evaluasi belajar siswa yang salah satu hasilnya
guru mengetahui anak-anak yang belum tuntas, belum mencapai KKM, belum
menguasai materi sepenuhnya dan memprediksi hambatan/kesulitan siswa-siswa
tersebut. Berdasarkan hasil analisis evaluasi belajar dan kesulitan/hambatan
siswa yang belum mencapai KKM ini maka guru akan membuat program remedial.
Menurut hasil pemantuan pengawas yang
selama ini guru-guru lakukan untuk menangani anak-anak yang belum mencapai KKM
adalah mengadakan penilaian perbaikan dengan memberikan tugas kepada siswa
untuk menyelesaikan soal-soal atau tugas yang lainnya. Guru belum belum
memberikan remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika. Anak-anak
belajar secara regular bersama dengan anak-anak lainnya, setelah penyampaian
materi pelajaran (selesai satu kompetensi dasar) maka diadakan ulangan harian.
Bagi anak-anak yang belum mencapai KKM termasuk anak berkesulitan belajar
matematikan ini diberikan kesempatan untuk melakukan perbaikan nilai.
Sebagai contoh format program
perbaikan yang telah dilakukan selama ini adalah:
PROGRAM PERBAIKAN
Mata Pelajaran
|
:
|
|
|
|
|
||
Standar Kompetensi
|
:
|
|
|
Kompetensi Dasar
|
:
|
|
|
Hari/Tanggal
|
:
|
|
|
Kelas/Semester
|
:
|
|
|
|
|
No
|
Nama Siswa yang
mendapat perbaikan
|
Nilai Asli
|
Nilai Perbaikan
|
Keterangan
|
1.
2.
3.
4.
5.
dst.
|
|
|
|
|
Soal/tugas:
1.
.........................................................................................................................
2.
.........................................................................................................................
3.
.........................................................................................................................
4.
.........................................................................................................................
5.
.........................................................................................................................
6.
dst.
Mengetahui,
|
|
Tanjung, ......................
|
Kepala
SDN 2 Belimbing Raya
|
|
Guru Kelas
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
……………………………..
|
|
.................................
|
NIP.
|
|
NIP.
|
Kegiatan selanjutnya pengawas
menugaskan pada guru-guru untuk mendiskusikan komponen-komponen yang ada pada contoh
program remedial yang telah dibagikan. Guru-guru berdiskusi tentang contoh
program remedial yang ada. Stelah diskusi maka pengawas mengadakan Tanya jawab
dengan guru-guru, antara lain “apa perbedaan program remedial yang anda
diskusikan dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang sering anda buat unuk
mengajar dikelas?”. Ada guru yang menjawab “pada prinsipnya sama tidak ada
perbedaan” ada yang menjawab “ada perbedaan yaitu pada komponen kesulitan
siswa”
Selanjutnya pengawas mengajukan
pertanyaan lagi pada guru-guru ”apa yang harus kita perhatikan/tekankan dalam
pembuatan program remedial?”. Karena jawaban guru mengembang, tidak terfokus
maka pengawas menjelaskan bahwa yang menjadi perhatian/penekanan dalam
pembuatan program remedial adalah pada pelaksanaan inti pembelajaran yaitu
mencarikan jalan/cara belajar yang paling mudah agar anak-anak dapat menguasi
dan memahami kompetensi dasar yang dipelajari. Pengawas menguraikan/menjelaskan
contoh program remedial yang telah didiskusikan kepada guru yang isinya
menekankan pada inti pembelajaran sebagai contoh dalam penyelesaian penjumlahan
13 + 5 = ….. bagi anak berkesulitan belajar mengalami kesulitan untuk
menjumlahkan, maka kita sebagai guru harus mencarikan cara termudah untuk
menjmlahkan bilangan tersebut, misalnya:
13 + 5 = . . .
Anak akan kesulitan bila langsung menjumlahkannya, maka
anak kita latih untuk mengubah menjadi bersusun panjang sebagai berikut:
13 =
. . .
+ . . .
5
= . . .
–––––––––––––––––– +
=
. . . + . . .
=
. . .
Kita harus menjelaskan pada anak bahwa kita harus
memisahkan angka puluhan dan satuan yaitu 13 terdiri dari 1 puluhan (10) dan 3
satuan sedangan 5 terdiri dari 5 satuan. Langkah selanjutnya adalah menjelaskan
pada anak bahwa kita akan menjumlahkan angka satuan dengan satuan dan angka
puluhan dengan puluhan, yaitu 3 + 5 = 8 tulis angka 8 dibawah angka 5, dan
angka 10 tulis di bawah angka 10 sejajar 8, sehingga bilangan 10 + 8 = 18 dan
dijelaskan pula pada anak bahwa 13 + 5 = 18.
13 = 10
+ 3
5 = 5
––––––––––––––––––
+
= 10
+ 8
= 18
Demikian juga untuk menjumlah puluhan dengan puluhan, misal 12 + 23 = …
bagi anak berkesulitan belajar mengalami kesulitan untuk menjumlahkan, maka
kita sebagai guru harus mencarikan cara termudah untuk menjumlahkan bilangan tersebut.
Anak akan kesulitan bila langsung menjumlahkannya, maka anak kita latih untuk
mengubah menjadi bersusun panjang sebagai berikut:
12 = . . . + . . .
23 = . . . +
. . .
––––––––––––––––––
+
=
. . . + . . .
=
. . .
Kita harus menjelaskan pada anak bahwa kita harus
memisahkan angka puluhan dan satuan yaitu 12 terdiri dari 1 puluhan (10) dan 2
satuan sedangan 23 terdiri dari 2 puluhan (20) dan 3 satuan. Langkah
selanjutnya adalah menjelaskan pada anak bahwa kita akan menjumlahkan angka
satuan dengan satuan dan angka puluhan dengan puluhan, yaitu 2 + 3 = 5 tulis
angka 5 dibawah angka 3, dan angka 10 + 20 = 30, tulis angka 30 di bawah angka
20 sejajar dengan angka 5, sehingga bilangan 30 + 5 = 35 dan dijelaskan pula
pada anak bahwa 12 + 23 = 35.
12 =
10 + 2
23 =
20 + 3
–––––––––––––––––– +
=
30 + 5
=
35
Pada akhir kegiatan pengawas
bersama-sama guru menyimpulkan materi bahwa program remedial dibuat untuk
mengulang materi bagi anak-anak berkesulitan belajar, dengan mencarikan cara
yang termudah agar anak-anak dapat menguasai materi yang dipelajari. Pengawas
memberikan tugas pada guru untuk latihan membuat program remedial sesuai dengan
kesulitan anak dikelas yang menjadi tanggung jawabnya masing-masing untuk
dibahas pada pertemuan yang akan datang.
b.
Pelaksanaan Tindakan pertemuan
kedua Siklus I
Pada tanggal 27 Juli 2011
dilaksanakan tindakan sekolah pertemuan ke dua, pengawas melatih guru-guru
untuk membuat program remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika.
Pengawas mengingatkan kemabali bahwa tujuan kegiatan yang dilakukan yaitu kita
sebagai guru dalam mengajar harus membuat program termasuk didalamnya adalah program
remedial. Pertemuan yang lalu kita telah mempelajari contoh program remedial
bagi anak yang mengalami kesulitan dalam penjumlahan karena anak belum memahami
nilai tempat, sehingga semua digit di jumlahkan tanpa memperhatikan nilai
tempat.
Sebelum kegiatan dilanjutkan, pada
pertemuan yang lalu ada tugas untuk latihan membuat program remedial, maka
pengawas memberikan kesempatan kepada guru untuk menanyakan apakah masih ada
kesulitan dalam menyusun program remedial. Seorang guru kelas menanyakan, “apa
yang haus kita lakukan terutama dalam menyusun program remedial bila anak-anak
kesulitan dalam menentukan nilai tempat ratusan dan puluhan dalam penjumlahan
kurang dari 500?”. Pengawas memberikan kesempatan kepada guru yang lain untuk
menjelaskan. Salah seorang guru menjelaskan bahwa kita harus menjelaskan
kembali tentang nilai tempat ratusan, puluhan kepada anak-anak yang belum
menguasi nilai tempat tersebut.
Pengawas menambahkan jawaban dari
guru tersebut, memang kita harus menjelaskan kembali nilai tempat pada
anak-anak, tetatpi yang harus kita perhatikan adalah dengan cara apa dan
bagimana caranya agar anak-anak itu mudah memahami, oleh sebab itulah dalam
program remedial harus diuraikan bagimana cara agar anak-anak berkesilitan
belajar matematika mudah memahami materi pembelajaran tersebut. Pengawas
melatih guru untuk membuat program remedial terutama inti pelajaran dalam
menangani anak-anak yang berkesulitan belajar dalam hal kurang memahami nilai
tempat ratusan dan puluhan. Yang harus kita lakukan pertama adalah membuat
skema bilangan yang terdiri dari ratusan, puluhan, dan satuan serta cara
membacanya. Misalnya bilangan 364, kita
harus jelaskan kepada anak ini adalah bilangan tiga ratus enam puluh empat,
bilangan ini terdiri dari 3 ratusan yang berarti nilainya tiga rtus (300), 6
puluhan yang berarti nilianya enam puluh (60) dan 4 satuan yang berarti
nilainya empat. Anak dilatih untuk membaca dan memahami nilai tempat dalam
table dengan cara tersebut diatas. Contoh seperti pada tabel 1.
Tabel 1: Tabel Untuk
Melatih Nilai Tempat Ratusan, Puluhan dan Satuan
Bilangan
|
Ratusan
|
Puluhan
|
Satuan
|
Di baca
|
236
|
2
|
3
|
6
|
Dua ratus tiga
puluh enam
|
347
|
3
|
4
|
7
|
Tiga ratus empat
puluh tujuh
|
258
|
2
|
5
|
8
|
Dua ratus lima
puluh delapan
|
369
|
3
|
6
|
9
|
Tiga ratus enam
puluh sembilan
|
373
|
3
|
7
|
3
|
Tiga ratus tujuh
puluh tiga
|
484
|
4
|
8
|
4
|
Empat ratus
delapan puluh tiga
|
495
|
4
|
9
|
5
|
Empat ratus
sembilan puluh lima
|
dst.
|
|
|
|
|
Setelah kita melatih anak untuk
memahami nilai tempat ratusan, puluhan dan satuan, maka kita perlu melatih anak
untuk menjumlahkan angka ratusan sampai dengan 500, dengan menjelaskan cara
atau langkah-langkah pengerjaannya, misalanya 268 + 225 = … Anak akan kesulitan bila langsung
menjumlahkannya, maka anak kita latih untuk mengubah menjadi bersusun panjang
sebagai berikut:
268 = . . . + . . . + . . .
225 = . . . +
. . .
+ . . .
–––––––––––––––––––––––––
+
=
. . . + . . . .
+ . . .
=
. . . + . . . .
+ . . . + . . .
=
. . . + .
. . . + . . .
=
. . .
Kita menjelaskan pada anak bahwa kita harus memisahkan
angka ratusan, puluhan dan satuan yaitu 268 terdiri dari 2 ratusan yang berarti
200, 6 puluhan yang berarti 60 dan 8 satuan sedangkan 225 terdiri dari 2 ratusan
yang berarti 200, 2 puluhan berarti 20 dan 5 satuan. Langkah selanjutnya adalah
menjelaskan pada anak bahwa kita akan menjumlahkan angka satuan dengan satuan
dan angka puluhan dengan puluhan dan ratusan dengan ratusan, yaitu 8 + 5 = 13
tulis angka 13 dibawah angka 5, dan angka 60 + 20 = 80, tulis angka 80 di bawah
angka 20 sejajar dengan angka 13, angka 200 + 200 = 400 tulis angka 400 dibawah
angka 200 sejajar dengan angka 80 sehingga bilangan 268 + 223 = 400 + 80 + 13,
selanjutnya sampaikan pada anak bahwa kita harus memisahkan lagi anggka 13
menjadi 1 puluhan dan 3 satuan menjadi 400 + 80 + 10 + 3. Jumlahkan angka
puluhan lebih dulu sehingga menjadi 400 + 90 + 13, = 493 sehingga ditemukan 268
+ 225 = 493, secara berurutan dapat di
ganmbarkan sebagai berikut:
268 = 200 + 60 + 8
225 = 200
+
20 + 5
–––––––––––––––––––––– +
=
400 + 80
+ 13
=
400 + 80 +
10 + 3
= 400 + 90 + 3
=
493
Setelah dengan jalan panjang kita
latih anak untuk menjumlahkan dengan jalan pendek
268
225
–––– +
. . .
Dengan menjumlahkan satuan dengan satuan yaitu 8 + 5 =
13, tulis angka 3 dibawah angka 5, simpan 1 puluhan dan tuliskan diatas angka 6
puluhan, jumlahkan angka puluhan dengan puluhan
yaitu 1 + 6 + 2 = 9tulis angka 9 dibawah angka 2 sebelah kiri angka 3,
langkah selanjutnya jumlahkan angka ratusan yaitu 2 + 2 = 4, karena 4 ini empat
ratusan maka tulis angka 4 ini pada angka ratusan dibawah angka 2 di sebelah
kiri angka 9 sehingga dapat diketahui bahwa 268 + 225 = 493
Satuan 1 1 puluhan 1ratusan
268 268 268 268
225 225 225 225
–––– + –––– + ––––
+ –––– +
13 3 93 493
Contoh lain dengan
jalan menyimpan puluhan dan ratusan
268
185
–––– +
. . .
Dengan menjumlahkan satuan dengan satuan yaitu 8 + 5 =
13, tulis angka 3 dibawah angka 8, simpan 1 puluhan dan tuliskan diatas angka 6
puluhan, jumlahkan angka puluhan dengan puluhan
yaitu 1 + 6 + 8 = 15 tulis angka 5 dibawah angka 8 sebelah kiri angka 3,
simpan angka 1 ratusan diatas angka 2 ratusan, langkah selanjutnya jumlahkan
angka ratusan yaitu 1 + 2 + 1 = 4, karena 4 ini empat ratusan maka tulis angka
4 ini pada angka ratusan dibawah angka 1 di sebelah kiri angka 5 sehingga dapat
diketahui bahwa 268 + 185 = 453
Satuan 1 1 puluhan 1 1 ratusan
268 268 268 268 268
185 185 185 185 185
–––– + –––– + ––––
+ –––– + –––– +
13 3 53 53 453
Pengawas memberikan kesempatan pada
guru untuk mencoba membuat program remedial serta mengembangkan program
remedial tersebut untukperbaikan pembelajaran bagi anak-anak berkebutuhan
khusus, khususnya bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika.
c.
Pelaksanaan Evaluasi dan
Refleksi Tindakan pada Siklus I
Evaluasi pelaksanaan tindakan sekolah
pada siklus I ini adalah mengevaluasi program remedial hasil latihan dan
pengembangan guru-guru yang menjadi subyek penelitian. Hasil penilan dengan 15
indikator penilian dari 6 orang guru kelas pada siklus I dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2: Hasil
Penilaian Program Remedial pada Siklus I
No
|
Indikator
|
Skor
penilaian Guru Kelas
|
Jumlah
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
Skor
|
Rt-rt
|
||
1
|
Merumuskan tujuan
|
5
|
4
|
5
|
4
|
4
|
4
|
26
|
4.33
|
2
|
Menentukan metode
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
18
|
3.00
|
3
|
Menentukan langkah-langkah
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
18
|
3.00
|
4
|
Menentukan cara memotivasi
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
18
|
3.00
|
5
|
Bahan berpedoman pada karakteristik siswa
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
5
|
20
|
3.33
|
6
|
Bahan sesuai kesulitan siswa
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
5
|
25
|
4.17
|
7
|
Bahan tersesusun sesuai teraf kemampuan
berpikir siswa
|
3
|
4
|
4
|
4
|
3
|
4
|
22
|
3.67
|
8
|
Pengaturan ruang kelas
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
24
|
4.00
|
9
|
Menentukan alokasi waktu
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
24
|
4.00
|
10
|
Menentukan cara siswa aktif
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
24
|
4.00
|
11
|
Menentukan pengembangan alat
|
4
|
1
|
4
|
4
|
4
|
4
|
21
|
3.50
|
12
|
Menentukan media
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
24
|
4.00
|
13
|
Menentukan sumber
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
24
|
4.00
|
14
|
Menentukan bentuk/prosedur penilaian
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
24
|
4.00
|
15
|
Membuat alat penilaian
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
24
|
4.00
|
Jumlah
|
56
|
53
|
57
|
56
|
55
|
59
|
336
|
56.00
|
|
Rata-Rata
|
3.73
|
3.53
|
3.80
|
3.73
|
3.67
|
3.93
|
22.40
|
3.73
|
Dengan menganalisis hasil evaluasi
pada tindakan siklus I penyususnan program remedial bagi anak-anak berkesulitan
belajar matematika belum menunjukkan keberhasilan karena baru mencapai nilai
rata-rata 3,73 belum mencapai kategori baik. Dari hasil penilaian dalam
penyusunan program remedial bagai anak-anak berkesulitan belajar matematikan
masih ditemukan kelelamhan-kelemahan antara lain dalam: 1) menentukan metode,
2) menentukan langkah-langkah remedial, 3) menentukan cara-cara memotivasi
siswa dan 4) cara menyusun bahan remedial. Berdasarkan kelemahan-kelemahan
tersebut peneliti perlu mengadakan perbaikan-perbaikan dalam pembinaan terutama
dalam indicator 1) menentukan metode, 2) Menentukan langkah-langkah remedial,
3) menentukan cara-cara memotivasi siswa dan 4) cara menyusun bahan remedial
sehingga penilaian penyususunan program remedial mendapat nilai kategori baik
(4,00).
- Pelaksanaan Penelitian Tindakan Sekolah Siklus II
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), siklus ke
II dimulai dengan :
a.
Pelaksanaan Tindakan pertemuan
ketiga Siklus II
Pada tanggal 7 September 2011
dilaksanakan tindakan sekolah pertemuan ketiga selama 90 menit (2 x 45 menit). Seperti
kegiatan-kegiatan sebelumnya tiga puluh menit sebelum pembinaan dimulai
peneliti sudah ada di sekolah. Setelah koordinasi dengan kepala sekolah,
menyampaikan penilaian hasil kegiatan siklus I masih perlu peningkatan, maka
pengawas akan melakukan pembinaan kembali dalam menyusun program remedial bagi
anak-anak berkesulitan belajar. Kesepakatan pengawas dengan kepala sekolah agar
tidak mengganggu pelajaran anak-anak maka kegiatan pembinaan dilakukan setelah
anak-anak pulang sekolah. Pada awal pertemuan di kelas pengawas mengkondisikan
guru untuk siap menerima materi pembinaan, setelah kondisi guru siap menerima
pembinaan, maka pengawas mulai melakukan pembinaan dengan mengucapkan salam
pembuka dan menyampaian tujuan pembinaan yaitu agar guru dapat menyempurnakan program
remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika yang telah dibuat.
Awal pembinaan pengawas menyampaikan bahwa
hasil penilaian penyusunan program remedial pada pertemuan yang lalu masih
terdapat kelemahan-kelamahan antara lain dalam 1) menentukan metode, 2) Menentukan
langkah-langkah remedial, 3) menentukan cara-cara memotivasi siswa dan 4) cara
menyusun bahan remedial. Berdasarkan hasil penilaian itu pengawas memberikan
pembinaan dan penjelasan masing-masing kelemahan tersebut. Untuk menentukan
metode upayakan dua metode atau lebih yang disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran dan materi remedial. Menentukan langkah-langkah kegiatan remedial
harus mendapat perhatian yang sangat serius
dan diuaraikan sedemikian rupa secara rinci cara-cara memecahkan operasi
hitung sehingga anak-anak mudah melakukan operasi hitung yang di pelajari.
Dalam kegiatan awal pelaksanaan remedial upayakan adanya kegiatan yang dapat
memotivasi siswa sehingga anak-anak mau belajar matematika. Selenjutnya untuk
menyusun bahan remedial yang menjaddi catatan penting adalah dalam hal materi
berdasarkan pada kesulitan/ hambatan-hambatan yang dihadapi siswa sehingga
materi itu terfokus sesuai dengan karakteristik kesulitan masing-masing siswa.
Kegiatan selanjutnya pengawas
memberikan kesempatan pada guru untuk bertanya tentang materi yang telah
disampaikan. Ada guru yang bertanya “bagimana cara menentukan langkah-langkah
kegiatan dalam memberikan remedial?” Selanjutnya pengawas mnjelaskan cara
menentukan langkah-langkah kegiatan dalam memberikan remedial. Hal yang harus
kita perhatikan adalah dimana letak kesulitan bagi siswa, disitulah penekanan
kegiatan yang harus kita lakukan. Berdasarkan kesulitan siswa untuk menguasai
materi pelajaran tersebut, maka kita sebagai guru harus mencarikan jalan yang termudah
bagi siswa untuk menguasai materi pelajaran tersebut.
Untuk memperjelas pemahaman guru pengawas
memberikan contoh program remedial kepada masing-masing guru. Dengan
mendengarkan penjelasan pengawas, guru-guru memperhatikan contoh program
remedial yang telah diterimanya pada tiap-tiap kompnen yang ada. Penggawas mengingatkan
kembali bahwa pada setiap akhir pembelajaran /penyampaian materi pembelajaran
maka seorang guru harus melaksanakan evaluasi untuk mengetahui apakah
kompetensi dasar atau materi pelajaran yang disampaikan sudah dikuasai
sepenuhnya olah smua siswa atau belum. Guru melaksanakan analisis hasil
evaluasi belajar siswa yang salah satu hasilnya guru mengetahui anak-anak yang
belum tuntas, belum mencapai KKM, belum menguasai materi sepenuhnya dan
memprediksi hambatan/kesulitan siswa-siswa tersebut. Berdasarkan hasil analisis
evaluasi belajar dan kesulitan/hambatan siswa yang belum mencapai KKM ini maka
guru akan membuat program remedial. Jadi pbagi anak-anak yang belum mencapai
KKM itu yang menjadi sasaran program remedial.
Selanjutnya pengawas menugaskan pada
guru-guru untuk membaca dan memperhatikan komponen-komponen yang ada pada
contoh program remedial yang telah dibagikan. Guru-guru dipersilahkan untuk berdiskusi
dengang teman yang lain tentang contoh program remedial yang ada. Setelah membaca
dan diskusi maka pengawas mengadakan tanya jawab dengan guru-guru, antara lain
“apa kesulitan ibu-ibu dalam menyusun program remedial?”. Ada guru yang
menjawab “saya kesulitan dalam menentukan langkah-langkah penyampaian materi
remedial, lalu apa yang harus saya lakukan?”.
Pengawas menjelaskan bahwa pada
pertemuan yang lalu sudah saya sampaikan bahwa yang menjadi perhatian/penekanan
dalam pembuatan program remedial adalah pada pelaksanaan inti pembelajaran
yaitu mencarikan jalan/cara belajar yang paling mudah agar anak-anak dapat
menguasi dan memahami kompetensi dasar yang dipelajari. Untuk itu maka kita
harus betul-betul megetahui letak kesulitan siswa dan memahami materi pelajaran
yang akan kita sampaikan kepada siswa. Pertemuan yang lalu kita telah membahas
tentang program remedial bagi anak-anak yang bersulitan belajar dalam
menentukan nilai tempat sehingga untuk opersi penjumlahan yang bersangkutan
mengalami kesulitan. Pertemuan kali ini saya akan memberikan contoh untuk
menangani anak-anak yang kesulitan opersi pengurangan.
Pengawas melatih guru dalam membuat
program remedial bagi anak-anak yang berkesulitan dalam pengurangan misalnya
operasi pengurangan 38 – 15 = … bagi anak berkesulitan belajar mengalami
kesulitan untuk mengurangkan, maka kita
sebagai guru harus mencarikan cara termudah untuk mengurangkan bilangan
tersebut, misalnya:
38 – 15 = . . .
Yang kita lakukan adalah melatih anak untuk mengerjakan
operasi pengurangan tersebut dengan cara yang paling mudah dan sederhana
misalnya kita mulai mengurangkan dengan mengubah menjadi bersusun panjang
sebagai berikut:
38 =
. . .
+ . . .
15 =
. . .
+ . . .
–––––––––––––––––– –
=
. . . + . . .
=
. . .
Kita harus menjelaskan pada anak bahwa kita harus
memisahkan angka puluhan dan satuan yaitu 38 terdiri dari 3 puluhan (30) dan 8
satuan sedangan 15 terdiri dari 1 puluhan (10) dan 5 satuan. Langkah
selanjutnya adalah menjelaskan pada anak bahwa kita akan mengurangkan angka
satuan dengan satuan dan angka puluhan dengan puluhan, yaitu 8 dukurangi 5 sama
dengan 3 (8 – 5 = 3) tulis angka 3 dibawah angka 5, dan selanjutnya angka 30 di
kurangi 10 sama dengan 20 (30 –
10 = 20), 20 tulis di bawah angka 10 sejajar 3,
selanjutnya jumlahkan puluhan (20) dengan satuan (3) sama dengan 23 dengan
demikian dapat diketahui bahwa 38 – 15 = 23
38 = 30
+ 8
15 = 10
+ 5
–––––––––––––––––– –
=
20 + 3
=
23
Setelah anak menguasai dengan cara
panjang, baru anak diajak unjtuk mengoperasikan pengurangan tersebut dengan
jalan pendek sebagi berikut:
38
15
––– –
. . .
Langkah selanjutnya adalah mengurangkan bilangan satuan
dengan satuan yaitu 8 – 5 = 3, tulis angka 3 dibawah angka 5, dan kurangkan
angka puluhan dengan puluhan yaitu 3 – 1= 2,
tulis angka 2 dibawah angka 1 sebelah kiri angka 3, dengan hasil
tersebut sehingga dapat diketahui bahwa 38 – 15 = 23
38 3 8 3 8
1 5 1 5 1 5
––– – ––––– – ––––– –
. . . 3 2 3
Jadi 38 – 15 = 23
Ada seorang guru yang menanyakan “bagaimana
cara menentukan langkah-langkah kegiatan operasi pengurangan dengan teknik
meminjam?”. Pengawas menjelaskan bahwa pada prisnsipnya sama yaitu mencarikan
cara termudah bagi anak-anak misalnya 32 – 15 = ….
32
15
––– –
. . .
Langkah selanjutnya adalah
mengurangkan bilangan satuan dengan satuan yaitu 2 – 5, karena 2 dikurang 5
tidak bisa maka pinjam angka 1 puluhan dari angka 3 puluhan, tulis angka 12
satuan di atas angka 2, karena 3 puluhan di pinjam 1 maka tinggal 2 puluhan maka
tuliskan angka 2 puluhan tersebut diatas angka 3, selanjutnya kurangkan angka satuan
dengan satuan yaitu 12`– 5 = 7,
tulis angka 7 dibawah angka 5 selanjutnya kurangkan angka puluhan dengan
puluhan yaitu 2`– 1 = 1,
tulis angka 1 dibawah angka 1 sebelah kiri angka 7, dengan hasil
tersebut sehingga dapat diketahui bahwa 32 – 15 = 17
12 2
12
32 3 2 3 8
1 5 1 5 1 5
––– – ––––– – ––––– –
. . . . . . .
. .
212 2 12 2
12
1 5 1 5 1 5
––– – ––––– – ––––– –
. . . 7 1 7
Jadi 32 – 15 = 17
Pada akhir kegiatan pengawas
bersama-sama guru menyimpulkan materi bahwa program remedial dibuat untuk mengulang
materi bagi anak-anak berkesulitan belajar, dengan mencarikan cara yang
termudah agar anak-anak dapat menguasai materi yang dipelajari. Pengawas
memberikan tugas pada guru untuk mencoba membuat program remedial sesuai dengan
kesulitan anak dikelas yang menjadi tanggung jawabnya masing-masing untuk
dibahas pada pertemuan yang akan datang.
b.
Pelaksanaan Tindakan pertemuan
keempat Siklus II
Pada tanggal 13 September 2011
dilaksanakan tindakan sekolah pertemuan ke empat, pengawas melatih guru-guru
untuk membuat program remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika. Kegiatan
dilakukan pada setelah anak-anak pulang sekolah sehingga tidak mengganggu
kegiatan belajar mengajar disekolah. Lonceng berbunyi tanda pulang sekolah,
anak-anak berdo’a kemudian bertebaran dihalaman sekolah untuk pulang kerumah
masing-masing. Suasana sekolah jadi sunyi anak-anak sudah pulang, guru-guru
sudah siap diruangan, pengawas mengikuti masuk ruangan dan menyampaikan salam pada guru-guru guru-guru juga membalas salam
secara bersama-sama. Selanjutnya pengawas mengulang menyampikan tujuan kegiatan
yang dilakukan yaitu pembinaan pembuatan program remedial untuk membantu
anak-anak berkesulitan belajar matematika agar dapat memahami dan menguasai
materi pelajaran dengan muda. Pertemuan yang lalu kita telah menguraikan cara
membantu anak-anak berkesulitan belajar tentang pengurangan. Sebelum kita
lanjutkan, mungkin masih ada kesulitan dalam mengembangkan dan menyusun program
remedial. Salah seorang guru menyampaikan permasalah bahwa “anak-anak yang
lambat belajar dalam matematika pada
umumnya tidak hafal kalian, sehingga mereka kesulitan bahkan tidak dapat
mengikuti pelajaran matematika misalnya mencari luas empat persegi panjang,
mencari akar dan memecahkan soal matematika lainnya”. Pengawas menanggapi
keluhan guru tersebut baiklah dalam kesempatan ini mari kita coba untuk membuat
program remedial bagi anak-anak yang kesulitan melakukan operasi perkalian.
Agar anak mudah menghafal perkalian,
maka kita tanamkan konsep perkalian pada anak bahwa perkalian merupakan
singkatan dari penjumlahan dengan suku-suku yang sama atau hasil perkalian
merupakan hasil penjumlahan berulang (Ekaningsih: 1998:90-91). Misalnya
penjumlahan 3 + 3 + 3 + 3 + 3 ini sama dengan 5 x 3 disebut perkalian 5 dan 3.
Contoh lainnya:
3 x 6 artinya 6 x 6 x 6
6 x 4 artinya 4 x 4 x 4 x 4 x 4 x 4
Setelah kita menyampikan konsep
perkalian pada anak-anak, dalam program remedial bagi anak-anak yang mengalami
hambatan dalam perkalian kita harus memberikan contoh-contoh pengoperasian
perklian dengn cara yang sederhana dan mudah dipahami oleh siswa. Pengawas
memberikan contoh dan melatih guru-guru untuk mengingat kembali cara
pengoperasian perkalian, dengan menjelaskan cara atau langkah-langkah pengerjaannya,
misalanya 13 x 3 = … untuk anak-anak slow lener (lamabat belajar) akan
mengalami kesulitan, maka kita harus melatih untuk mengerjakan perkalian
tersebut dengan cara yang sederhana dan mudah dipahami anak-anak misalnya
dengan mengubah perkalian tersebut menjadi bersusun panjang sebagai berikut:
13 = . . . + . . .
3
= . . .
–––––––––––––––––– x
. . .
+ . . . .
=
. . .
Kita perlu menjelaskan pada anak bahwa kita harus
memisahkan angka puluhan dan satuan yaitu 13 terdiri dari 1 puluhan yang
berarti 10 dan 3 masing-masing akan kita kalikan dengan angka 3. Satuan kalikan
lebih dulu yaitu 3 dikalikan 3 sama dengan
9 tulis angka 9 dibawah angka 3 satuan. Selanjutnya mengalikan angka
puluhan yaitu 3 dikalikan 10 sama dengan 30 tulis dibawah angka puluhan baru
kemudian jumlahkan hasil perkalian puluhan dengan satuan yaitu 30 ditambah 9
sama dengan 39.
13 = 10 + 3
3
= 3
–––––––––––––––––– x
30 + 9
= 39
Contoh berikutnya misalnya 25 x 7 kita pisahkan puluahan
dengan satuan yaitu 25 sama dengan 2 puluhan = 20 ditambah 5 satuan = 5
masing-masing dikalikan 7. Satuan kalikan lebih dulu yaitu 7 dikalikan 5 sama
dengan 35 tulis angka 35 dibawah angka 5
satuan. Selanjutnya mengalikan angka puluhan yaitu 7 dikalikan 20 sama dengan
140 tulis dibawah angka puluhan baru kemudian pisahkan angka ratusan, puluhan
dan satuan yaitu 35 = 30 + 5 dan 140 =100 + 40 kemudian tuliskan ratusan,
puluhan dan satuan tesebut baru di jumlahkan sehingga hasilnya menjadi 175.
25 = 20 + 5
7
= 7
–––––––––––––––––– x
140 + 35
= 100 +
40 +
30 + 5
= 175
Setelah dengan jalan panjang kita
latih anak untuk operasi perkalian dengan jalan pendek misalnya 13 x 2 = . . . kalikan satuan 2 dikalikan 3
sama dengan 6 tulis angka 6 di bawah angka 2 lurus dengan 3 satuan, baru
kalikan puluhan 2 x 1 sama dengan 2 tulis angka 2 puluhan ini dibawah angka 1
puluhan perhatikan contoh berikut:
1 3 1
3 1 3
2 2 2
––– x ––––– x ––––– x
. . . 6 2 6
Contoh berikutnya adalah : 36 x 4 = . . . kalikan satuan
lebih dulu 4 dikalikan 6 sama dengan 24
tulis angka 4 di bawah angka 4 lurus dengan 6 satuan, simpan angka 2 tuliskan
angka 2 tersebut diatas angka 3 puluhan, baru kalikan puluhan 4 dikalikan 3
sama dengan 12 ditambahkan angka 2 yang disimpan menjadi 14 tulis angka 14
dibawah angka 3 puluhan sehingga hasil 36 x 4 = 144 perhatikan contoh berikut:
2 2
3 6 3 6
3 6 3 6
4 4 2 4
––– x ––––– x ––––– x ––––––– x
. . . 4 4
1 4
4
Selanjutnya untuk perkalian puluhan di kalikan puluhan
(28 x 26 = . . .) kalikan satuan dengan satuan lebih dulu 6 dikalikan 8 sama dengan 48 tulis angka 8 di
bawah angka 6 satuan, simpan angka 4 tuliskan angka 4 tersebut diatas angka 2
puluhan, baru kalikan satuan dengan puluhan 6 dikalikan 2 sama dengan 12
ditambahkan angka 4 yang disimpan menjadi 16 tulis angka 16 dibawah angka 2
puluhan sehingga hasil 168 baru
mengalikan puluhan dengan satuan 2 dikalikan 6 sama dengan 12 tulis angka 2
dibawah angka 6 puluhan simpan angka 1 tulis angka 1 diatas angka 4 yang
dicoret karena tidak terpakai lagi baru kalikan puluhan dengan puluhan 2
dikalikan 2 sama dengan 4 tambahkan 1 yang disimpan sehingga menjadi 5 tulis
angka 5 di bawah angka 1 ratusan sehingga hasilnya menjadi 52, selanjutnya
jumlahkan 168 (ratusan, puluhan dan satuan) dengan 52 (ratusan dan puluhan) perhatikan
contoh berikut:
4
4
2 6 2 6
2 6
2 8 2
8 2 8
––– x ––––– x ––––– x
. . . 8 1 6 4
1
1 1
2 6 2 6
2 6 2 6
2 8 2 8 2 8 4
––––– x ––––– x ––––– x ––––––– x
1 6 8 1 6 8 1 6 8 1 6 8
2 5
2 5 2
––––––– +
6
8 8
Pengawas memberikan tugas kepada guru
untuk mengembangkan menyusun program remedial bagi anak-anak berkesulitan
belajar matematika. Pengawas bersama guru menyimpulkan materi yang telah di
bahas yaitu penyelesaian perkalian untuk anak-anak berkesulitan belajar. Selanjutnya
pengawas mengingatkan kembali bahwa komponen-komponen program remedial
meliputi: 1) Identitas
Sekolah, 2) Identitas
Mata Pelajaran, 3) Kelas dan Semester, 4) Alokasi waktu yang diperlukan, 5) Jumlah pertemuan, 6) Standar
Kompetensi, 7) Kompetensi Dasar, 8) Indikator, 9) Tujuan pembelajaran, 10) Metode
pembelajaran, 11) Materi Ajar, 12) Kesulitan/hambatan siswa,
13 Langkah-langkah pembelajaran (kegiatan awal, inti
dan penutup), 14) Alat, Bahan dan Sumber Belajar, serta 15) Penilian.
c.
Pelaksanaan Evaluasi dan
Refleksi Tindakan pada Siklus II
Evaluasi pelaksanaan tindakan sekolah
pada siklus I ini adalah mengevaluasi program remedial hasil latihan dan
pengembangan guru-guru yang menjadi subyek penelitian. Hasil penilaian dengan
15 indikator penilaian Program
remedial yang dibuat 6 orang guru kelas pada siklus II
dapat di lihat pada tabel 3.
Tabel 3: Hasil
Penilaian Program Remedial pada Siklus II
No
|
Indikator
|
Skor
penilaian Guru Kelas
|
Jumlah
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
Skor
|
Rt-rt
|
||
1
|
Merumuskan tujuan
|
5
|
4
|
5
|
5
|
4
|
4
|
27
|
4.50
|
2
|
Menentukan metode
|
4
|
3
|
3
|
3
|
4
|
4
|
21
|
3.50
|
3
|
Menentukan langkah-langkah
|
4
|
4
|
4
|
4
|
5
|
4
|
25
|
4.17
|
4
|
Menentukan cara memotivasi
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
24
|
4.00
|
5
|
Bahan berpedoman pada karakteristik siswa
|
4
|
4
|
4
|
4
|
5
|
5
|
26
|
4.33
|
6
|
Bahan sesuai kesulitan siswa
|
4
|
|
5
|
4
|
4
|
5
|
27
|
4.50
|
7
|
Bahan tersesusun sesuai teraf kemampuan
berpikir siswa
|
3
|
4
|
4
|
4
|
3
|
4
|
22
|
3.67
|
8
|
Pengaturan ruang kelas
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
24
|
4.00
|
9
|
Menentukan alokasi waktu
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
5
|
25
|
4.17
|
10
|
Menentukan cara siswa aktif
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
24
|
4.00
|
11
|
Menentukan pengembangan alat
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
24
|
4.00
|
12
|
Menentukan media
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
24
|
4.00
|
13
|
Menentukan sumber
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
24
|
4.00
|
14
|
Menentukan bentuk/prosedur penilaian
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
24
|
4.00
|
15
|
Membuat alat penilaian
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
24
|
4.00
|
Jumlah
|
60
|
60
|
61
|
60
|
61
|
63
|
60.83
|
||
Rata-Rata
|
4.00
|
4.00
|
4.07
|
4.00
|
4.07
|
4.20
|
24.33
|
4.06
|
Dengan menganalisis hasil evaluasi
pada tindakan siklus II penyususnan program remedial bagi anak-anak
berkesulitan belajar matematika mencapai nilai rata-rata 4,03 dapat di
golongkan kategori baik. Penelitian tindakan sekolah ini dapat dikatakan berhasil
sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan pada bab III
bahwa penelitian ini berhasil bila hasil evaluasi dari penyusunan program
remedial minimal mendapat nilai baik. Karena keterbatasan waktu maka penelitian
ini hanya dapat dilakukan sempai dua siklus.
B. PEMBAHASAN
SD Negeri 2 Belimbing Raya adalah
salah satu penyelenggara program pendidikan inklusi yang konskuensinya sekolah
harus menerima semua siswa dalam kondisi apapun termasuk anak-anak yang
berkesulitan belajar matematika. Karena kondisi anak berkesulitan belajar
matematika selalu mengalami hambatan dalam menerima pelajaran dan nilainya
belum mencapai KKM, maka mereka perlu di berikan remedial teaching. Agar dapat memberikan remedial secara optimal
dan terarah, maka guru harus membuat program remedial. Penyusunan program
remedial meliputi beberapa komponen antara lain:
1.
Identitas Sekolah
2.
Identitas Mata Pelajaran
3.
Kelas dan Semester
4.
Alokasi waktu yang diperlukan
5.
Jumlah pertemuan
6.
Standar Kompetensi
7.
Kompetensi Dasar
8.
Indikator
9.
Tujuan pembelajaran
10.
Metode pembelajaran
11.
Materi Ajar
12.
Kesulitan/hambatan siswa
13.
Langkah-langkah pembelajaran
(kegiatan awal, inti dan penutup)
14.
Alat, Bahan dan Sumber Belajar
15.
Penilian.
Untuk menyusun
program remedial agar dapat membantu anak berkembang secara optimal, maka kita
sebagai guru harus mngetahui kesulitan/hambatan-hambatan yang dialami siswa.
Kesulitan bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika antara lain: kesulitan
dalam operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Bagi anak-anak
berkesulitan belajar banyak yang mengalami kesulitan dalam memahami tentang
nilai tempat seperti nilai ratusan, puluhan dan satuan. Akibat tidak memahami
nilai tempat ini anak berkesuitan belajar matematikan akan kesulitan dalam
penjumlahan seperti menjumlahkan semua digit tanpa memperhatikan nilai tempat
sehingga hasil akhir penjumlahan tdak sesuai dengan apa yang seharusnya. Selain
kesulitan dalam penjumlahan maka siswa akan kesulitan pada oeparsi matematika
yang lainnya. Agar anak dapat berkembang secara optimal, maka guru dalam
membuat program remedial perlu mengetahui hambatan da kesulitan anak dalam
memahami konsep matematika, carikan cara pemahaman yang paling mudah dan
sederhana bertahap dari yang mudah sampai yang komplek sehingga anak betul-betul
memahami konsep matematika secara keseluruhan.
Agar dapat
menangani berbagai macam kesulitan dan hambatan yang dialami anak-anak guru
juga perlu mendapatkan pembinaan yang intensif sehingga pelayanan yang
diberikan pada anak-anak juga terarah sesuai dengan tujuan pendidikan pada
umumnya. Pembinaan guru selalu muncul permasalahan bersamaan
dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan guru serta situasi dan kondisi
lingkungan yang ada. Pembinaan Pembuatan program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika
juga menimbulkan permasalahan-permasalahan disekolah karena guuru satu dengan guru yang lainya ada
perbedaan persepsi tentang program remedial tersebut, untuk
itu pengawas perlu melakukan pembinaan yang efektif dan efisien salah satunya dengan metode CLCK.
Pelaksanakan
pembinaan dengan metode CLCK, pengawas memberikan contoh program remedia,
menguraikan komponen-komponen program remedial dan memberikan contoh cara
mengatasi kesulitan-kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika
seperti dalam penjumlahan, pengurangan dan perkalian. Selain mendapatkan contoh
program remedial guru-guru juga diberi kesempatan untuk latihan, mencoba dan
mengembangkan penyusunan program remedial. Hasil penyusunan program remedial
bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika yang dibuat guru diadakan
evaluasi dan analisis untuk meningkatkan kegiatan-kegiatan selanjutnya.
Perbandingan hasil penilaian program remedial bagi anak-anak berkesulitan
belajar matematika yang dibuat guru pada siklus I dan siklus II dapat dilhat
pada Tabel 4.
Tabel 4: Perbandingan Hasil Penilaian Program
Remedial Siklus I dan II
No
|
Indikator
|
Rata-Rata Skor
|
|
Siklus I
|
Siklus II
|
||
1
|
Merumuskan
tujuan
|
4.33
|
4.50
|
2
|
Menentukan
metode
|
3.00
|
3.50
|
3
|
Menentukan
langkah-langkah
|
3.00
|
4.17
|
4
|
Menentukan cara
memotivasi
|
3.00
|
4.00
|
5
|
Bahan berpedoman
pada karakteristik siswa
|
3.33
|
4.33
|
6
|
Bahan sesuai
kesulitan siswa
|
4.17
|
4.50
|
7
|
Bahan tersesusun
sesuai teraf kemampuan berpikir siswa
|
3.67
|
3.67
|
8
|
Pengaturan ruang
kelas
|
4.00
|
4.00
|
9
|
Menentukan
alokasi waktu
|
4.00
|
4.17
|
10
|
Menentukan cara
siswa aktif
|
4.00
|
4.00
|
11
|
Menentukan
pengembangan alat
|
3.50
|
4.00
|
12
|
Menentukan media
|
4.00
|
4.00
|
13
|
Menentukan
sumber
|
4.00
|
4.00
|
14
|
Menentukan
bentuk/prosedur penilaian
|
4.00
|
4.00
|
15
|
Membuat alat penilaian
|
4.00
|
4.00
|
Jumlah
|
56.00
|
60.83
|
|
Rata-Rata
|
3.73
|
4.06
|
Berdasarkan data
tersebut pembinaan dengan metode Contoh Latih Coba dan
Kembangkan (CLCK) dalam penyusunan Program Remedial bagi anak-anak berkesulitan
belajar matematika yang telah dilakukan selama empat kali pertemuan dengan
memberikan contoh program remedial dan latihan-latihan penyusunan program
remedial serta mencoba dan mengembangkan penyusunan program remedial
menunjukan hasil yang baik. Sesuai
dengan hasil analisis evaluasi pada tindakan siklus I dan II penelitian ini dapat dikatakan berhasil. Keberhasilan dalam penelitian ini
ditunjukan adanya peningkatan hasil penilaian pada program remedial bagi
anak-anak berkesulitan belajar matematika yang dibuat oleh 6 orang guru kelas pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 3,73 dan
pada siklus II memperoleh nilai rata-rata 4,03 dengan
kategori Baik.
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
uraian hasil Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dan Analisis hasil pembinaan
dengan metode Contoh Latih Coba dan Kembangkan (CLCK) dalam penyusunan Program
Remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika dapat disimpulkan :
1.
Metode CLCK dapat meningkatkan
kemampuan guru dalam penyusunan Program
Remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika.
2.
Berdasarkan penilaan penyusunan
program remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika yang dibuat oleh 6 orang guru memperoleh nilai rata-rata 3.73 pada siklus I dan nilai rata-rata
4,03 pada siklus II.
B.
Saran-saran
1.
Bagi para guru yang siswanya
belum mencapai KKM agar membuat program remedial dan mencarikan cara termudah dalam memahami
materi pembelajaran khususnya bagi anak-anak yang mengalami kesulitan belajar
matematika.
2.
Bagi Pengawas dan Kepala Sekolah melalui supervisi dapat memberikan bimbingan
kepada guru-guru untuk membuat program remedial dengan pendekatan CLCK serta
pendekatan yang lainnya.
3.
Bagi peneliti
lanjutan, penelitian ini dapat diteliti dengan kajian yang lebih luas sehingga
hasilnya akan lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru Bandung:
CV Yrama Widya.
Asrori, 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Wacana Prima.
Berit H. Johnsen dan Miriam
D. Skjorten, 1935. Pendidikan Kebutuhan Khusus Sebuah Pengantar.
Terjemahan oleh Susi Septaviana Rakhmawati, 2003. Bandung: Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan
Indonesia.
Depdiknas, 2002.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi
ketiga, Jakarta: Balai Pustaka
Dirjen PMPTK, 2008a. Pedoman Penelitian Tindakan Sekolah (School
Action Research)Peningkatan Kompetensi Supervisi Pengawas Sekolah SMA/SMK. Jakarta: Depdiknas, Ditjen PMPTK.
Dirjen PMPTK, 2008b. Petunjuk Teknis Penelitian Tindakan Sekolah
(School Action Research)Peningkatan Kompetensi Supervisi Pengawas Sekolah
SMA/SMK. Jakarta: Depdiknas, Ditjen PMPTK.
Purwanto, E. dan Suhairi
H.N. 1996. Bimbingan Konseling Anak Luar Biasa. Jakarta: Depdikbud.
Ekodjatmiko, 2007. Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan
Inklusif. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa.
Fish John
& Evans Jennifer, 1995, Managing
Special Education (codes, charters, and competition) , Buckingham, Open
University Press.
Foreman,
Phil. 2000, Integration And Inclusive In Action 2nd Edition,
Australia: Nelson Thomson Learning, Victoria.
Uno, Hamzah
B. 2011. Model Pembelajaran Menciptakan
Proses Belajar Mengajaryang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara
Harwell
J. M., 1998, Complete Learning Disabilities handbook New Second Edition, California, USA : The Center for Applied
Research in Education,.
Majid, Abdul, 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Moch
Sholeh Y.A. Ichrom, 2004. Menjadikan Lingkungan Inklusif ramah terhadap
pembelajaran (LIRP).
Jakarta : Direktorat Pendidikan Luar Biasa, Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Mulyasa, E.
2009. Standar Kompetensi dan Sertifikasi
guru. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Mulyono, 2003. Morfologi Bahasa Indonesia, Modul IND A.06
Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia. Jakarta: Dirjendikdasmen, Depdiknas
Nasichin, 2001. Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan Luar
Biasa. Jakarta: Direktorat Pendidikan Luar Biasa, Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Paimin. Joula Ekaningsih,
1998. Agar Anak Pintar Matematika.
Jakarta: Puspa Swara
Suharsimi A. 1998. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Suharsimi A., 2005. Manajemen
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Usman M.U. dan
Lilis S. 2001. Upaya Optimalisasi Belajar
Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Usman M.U. 2011. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Suka artikel ini?
0 komentar on MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU MEMBUAT PROGRAM REMEDIAL BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBINAAN GURU DENGAN METODE CLCK DI SEKOLAH INKLUSI SDN 2 BELIMBING RAYA TAHUN 201 :
Posting Komentar