MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU MEMBUAT PROGRAM REMEDIAL BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBINAAN GURU DENGAN METODE CLCK DI SEKOLAH INKLUSI SDN 2 BELIMBING RAYA TAHUN 201

ABSTRAK


Mudiyono, 2011, Meningkatkan Kemampuan Guru Membuat Program Remedial Bagi Anak Berkesulitan Belajar Matematika melalui Pembinaan Guru dengan Metode CLCK di Sekolah Inklusi SDN 2 Belimbing Raya Tahun 2011.

Kata Kunci: Kemampuan Guru Membuat Program Remedial,
                    Pembinaan guru dengan model CLCK

Untuk menangani anak-anak berkebutuhan khusus, khususnya anak-anak berkesulitan belajar matematika pada sekolah inklusi di SD Negeri 2 Belimbing Raya Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong perlu penanganan yang serius sehingga anak-anak tersebut dapat berkembang secara optimal. Seiring dengan perkembangan dunia pendidikan guru-guru yang menangani anak berkesulitan belajar ini juga memerlukan pembinaan. Permasalahan pembinaan guru selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan guru serta situasi dan kondisi lingkungan yang ada. Pembuatan program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika juga menimbulkan permasalahan-permasalahan disekolah untuk itu pengawas dituntut untuk melakukan pembinaan yang efektif dan efisien.
Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) merupakan sarana termudah untuk meneliti, menyempurnakan dan mengevaluasi pembinaan guru dalam menbuat program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika. Adapun tindakan yang dilakukan adalah memberikan pembinaan guru dengan model CLCK (contoh, latih, coba dan kembangkan) dalam membuat program remedial bagi anak-anak kesulitan belajar matematika. Penelitian ini dilakukan 2 siklus (2 kali pertemuan masing-masing siklus) dengan melibatkan 6 orang guru kelas. Pengawas memberikan contoh program remedial, melatih guru membuat program remedial,  guru-guru mencoba dan mengembangkan membuat program remedial. Pengumpulan data diambil melalui dokumentasi hasil pembinaan guru selama penelitian berlangsung dengan tidak mengesampingkan observasi, evaluasi, analisis, dan interpretasi terhadap jalannya kegiatan tindakan sekolah.
            Dari hasil observasi, pengamatan dan hasil penelitian penerapan model CLCK menunjukkan adanya peningkatan kemampuan guru dalam membuat program remedial bagi anak-anak kesulitan belajar matematika.  Keberhasilan dalam penelitian ini ditunjukan adanya peningkatan hasil penilaian pada program remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika yang dibuat oleh 6 orang guru kelas pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 3,73 dan pada siklus II memperoleh nilai rata-rata 4,03 dengan kategori Baik. Dengan adanya peningkatan kemampuan guru dalam hasil penelitian ini maka hipotesis tindakan dapat diterima. Berawal dari hasil penelitian ini dapat disarankan kepada kepala sekolah dan pengawas dapat menggunakan model CLCK dalam membina guru membuat program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika. Bagi peneliti lanjutan, penelitian ini dapat diteliti dengan kajian yang lebih luas sehingga hasilnya akan lebih sempurna.


KATA PENGANTAR

Puji syukur  alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, hanya karena seijin dan rahmatNya semata,  penulis mampu menyusun dan menyelesaikan laporan penelitian tindakan sekolah ini sesuai rencana.
Ungkapan terimakasih penulis sampaikan kepada yang terhormat  Bapak Dr. Muhammad Saleh, M.Pd selaku Pembimbing dan Bapak Drs. Sulaiman, M.Pd selaku koordinator pembimbing yang telah banyak memberikan sumbangan pemikiran, bimbingan, dan arahan dalam rangka penulisan laporan penelitian ini.
Ungkapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Hj, Atmah, S.Pd  selaku Kepala Sekolah  dan guru-guru di SDN 2 Belimbing Raya yang telah berkenan mengijinkan dan menerima peneliti serta berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini sampai selesai,.
Semoga segala bantuan dari semua pihak mendapatkan balasan pahala dari Allah Swt. Amin yarabbal alamin. Penulis menyadari bahwa penelitian tindakan sekolah ini masih belum sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun demi perbaikan selanjutnya sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan PTS ini.

                                                                             Tabalong, 15 September 2011
                                                                             Peneliti



                                                                            




DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL

i

HALAMAN PENGESAHAN

ii

ABSTRAK

iii

KATA PENGANTAR

iv

DAFTAR ISI

v

DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

ix











BAB I
PENDAHULUAN

1


A.
Latar Belakang

1


B.
Rumusan Masalah

4


C.
Rencana Pemecahan Masalah

4


D.
Tujuan Penelitian

4


E.
Manfaat Penelitian

5

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

6


A.
Kajian Teori

6


B.
Kerangka Pikir

15


C.
Hipotesis Tindakan

15

BAB III
METODE PENELITIAN

16


A.
Metode dan Pendekatan Penelitian

16


B.
Setting

16


C.
Prosedur Penelitian

17


D.
Faktor Yang Diteliti

22


E.
Cara Pengambilan Data

22


F
Indikator Keberhasilan

22


G
Jadwal Penelitian

23





















BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

24


A.
Hasil Penelitian

24


B.
Pembahasan

53

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

55


A.
Kesmimpulan

55


B.
Saran-Saran

55



Daftar Pustaka

56

Lampiran-Lampiran

58



















DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel untuk melatih memahami nilai tempat ratusan, puluhan dan satuan

34

Tabel 2. Hasil Penilaian Pembuatan Program Remedial Siklus I

38

Tabel 3. Hasil Penilaian Pembuatan Program Remedial Siklus II

52

Tabel 4. Perbandingan Rata-rata Hasil Penilaian Program Remedial Siklus I dan II

56










DAFTAR  GAMBAR

Gambar 1. Rancangan Penelitian

18




DAFTAR  LAMPIRAN



Lampiran 1.    Program Kepengawasan

61

Lampiran 2.    Rencana Kepengawasan Akademik (RKA) Pertemuan 1 dan 2

71

Lampiran 3.    Rencana Kepengawasan Akademik (RKA) Pertemuan 3 dan 4

75

Lampiran 4.    Contoh Program Remedial

79

Lampiran 5.    Kreteria Program Remedial

85

Lampiran 6.    Lembar Observasi Kegiatan Pengawas  Siklus I

88

Lampiran 7.    Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus I

92

Lampiran 8.    Lembar Observasi Penilaian Program Remedial Siklus I

96

Lampiran 9.    Lembar Observasi Kegiatan Pengawas  Siklus II

108

Lampiran 10. Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus II

112

Lampiran 11. Lembar Observasi Penilaian Program Remedial Siklus II

116
















BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Penuntasan wajib belajar pendidikan dasar merupakan prioritas dalam program pembangunan pendidikan nasional dan juga  merupakan bagian dari pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Kita menyadari bahwa bangsa Indonesia sedang berhadapan dengan era globalisasi ekonomi terbuka dan persaingan bebas serta perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan komunikasi yang sangat pesat. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hak dan kewajiban seluruh warga negara Indonesia. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib untuk mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimilikinya melalui pendidikan sehingga dapat menjadi sumber daya manusia yang potensial. Agar setiap warga negara dapat mengenyam pendidikan yang di harapkan, maka Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.
Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu dan kesempatan yang seluas-luasnya untuk meningkatkan pendidikan sepanjang hayat guna memperoleh pengetahuan, kemampuan dan keterampilan sesuai dengan potensi masing-masing individu. Hal ini juga berlaku bagi anak-anak berkebutuhan khusus, mereka juga memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan serta wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya, karena anak-anak berkebutuhan khusus (penyandang cacat) merupakan warga negara Indonesia seperti warga negara Indonesia lainya yang normal. Meskipun mereka memiliki keterbatasan karena kelainannya, namum mereka masih memiliki potensi yang dapat dikembangkan, hal ini merupakan aset bangsa yang perlu mendapatkan perhatian sepantasnya
Pelayanan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi anak-anak berkebutuhan khusus sebagai anggota masyarakat, sehingga dapat bermanfaat bagi dirinya,,masyarakat dan lingkungan. Pelayanan pendidikan dan bekal pengetahuan serta keterampilan dapat mempersiapkan anak-anak berkebutuhan khusus dapat terjun kedunia kerja atau untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Agar anak-anak berkebutuhan khusus memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk bekal hidup dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi memerlukan pelayanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi mereka, sehingga mereka dapat berkembang secara optimal.
Untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada anak-anak berkebutuhan khusus tersebut pemerintah dan masyarakat penyelenggara pendidikan telah mengupayakan pemerataan kesempatan belajar bagi anak-anak berkebutuhan khusus melalui sekolah luar biasa (SLB), sekolah terpadu dan sekolah menuju pendidikan inklusi. Moch. Sholeh (2004:IV) menyebutkan bahwa pemerintah dan masyarakat penyelenggara pendidikan telah banyak melakukan usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui penyusunan proses belajar mengajar yang tepat sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan peserta didik yang memiliki kelainan dengan system yang tersetruktur.  Mudjito (2005:iv) menyebutkan bahwa dalam penuntasan wajib belajar pendidikan dasar bagi anak yang memerlukan pelayanan pendidikan khusus diakomodasi melalui pendekatan “Pendidikan Inklusi” dengan berpedoman pada azaz pemerataan serta peningkatan kepedulian terhadap anak-anak yang memerlukan pelayanan pendidikan.
Salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan penuntasan wajib belajar bagi anak-anak berkebutuhan khusus telah di selenngarakan pendidikan inklusi di SD Negeri 2 Belimbing Raya  Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong. Pendidikan Inklusi adalah kebersamaan untuk memperoleh pelayanan pendidikan dalam satu kelompok secara utuh bagi seluruh anak berkebutuhan khusus usia sekolah, mulai dari jenjang TK, SD, SLTP sampai dengan SMU. Yang menjadi permasalahan sekarang ini adalah pelayanan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus, khususnya anak berkesulitan belajar belum optimal, hal ini terbukti guru masih belum membuat program remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar tersebut.
Upaya-upaya untuk meningkatkan kemampuan guru dalam membuat program remedial adalah melalui pembinaan guru. Menurut Hamzah (2011:169) mengemukakan bahwa pembinaan guru adalah serangkaian usaha bantuan kepada guru yang dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas sekolah, penilik sekolah, serta pembina lainnya bertujuan untuk meningkatkan proses dan hasil belajar.
Berdasarkan pemikiran di atas perlu segera dilakukan penelitian mengenai upaya meningkatakan kemampuan guru membuat program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika melalui pembinaan guru dengan metode CLCK (contoh, latih, coba, kembangkan) di sekolah inklusi SD Negeri 2 Belimbing Raya.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, dapat dipilih dan disusun rumusan masalah yang akan di jadikan fokus penetelitian sebagai berikut:
Apakah pembinaan guru dengan metode CLCK dapat meningkatkan kemampuan guru membuat program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika di sekolah inklusi SD Negeri 2 Belimbing Raya ?

C.    Rencana Pemecahan Masalah
Pertemuan awal dengan guru-guru di SD Negeri 2 Belimbing Raya, berdiskusi tentang penyusunan program remedial bagi anak berkesulitan belajar, memberikan contoh program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika, melaksanakan latihan dan memberkan kesempatan pada guru untuk mencoba membuat program remedial dan mengembangkan program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika.

D.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian tersebut diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
Untuk meningkatkan kemampuan guru membuat program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika di sekolah inklusi SD Negeri 2 Belimbing Raya melalui pembinaan guru dengan metode CLCK

E.     Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaati:
1.      Bagi guru sebagai informasi tambahan pengetahuan tentang membuat program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika di sekolah inklusi SD Negeri 2 Belimbing Raya.
2.      Bagi peneliti sebagai suatu pengalaman yang berharga dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pembuatan program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika di sekolah inklusi.
3.      Bagi Sekolah sebagai referensi yang dapat dipelajari untuk pengayaan program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika di sekolah inklusi.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Kajian Teori

1.      Pengertian Pendidikan Inklusi
Melalui pendidikan inklusif, anak berkelainan dididik bersama-sama anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Hal ini dilandasi oleh kenyataan bahwa di dalam masyarakat terdapat anak normal dan anak berkelainan (berkelainan) yang tidak dapat dipisahkan sebagai suatu komunitas. Oleh karena itu, anak berkelainan perlu diberi kesempatan dan peluang yang sama dengan anak normal untuk mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah (SD) terdekat. Sudah barang tentu SD terdekat tersebut perlu dipersiapkan segala sesuatunya. Pendidikan inklusi diharapkan dapat memecahkan salah satu persoalan dalam penanganan pendidikan bagi anak berkelainan selama ini. Tidak mungkin membangun SLB di tiap Kecamatan/Desa sebab memakan biaya yang sangat mahal dan waktu yang cukup lama. Inklusi sebenarnya ialah perubahan praktis yang bisa kita lakukan sehingga peserta didik dengan beragam latar belakang dan kemampuan bisa sukses. Perubahan ini tidak hanya menguntungkan anak yang sering kita sisihkan, seperti anak berkebutuhan khusus, tetapi semua anak  dan orang tuanya, semua guru dan administrator sekolah, dan setiap anggota masyarakat yang bekerja dengan sekolah. Selama ini, istilah “inklusif” diartikan “mengikutsertakan anak berkelainan” di kelas “regular” bersama dengan anak-anak lainnya.
Nasichin (2001:21) menyebutkan pendidikan inklusi adalah pendidikan yang mengikutsertakan anak-anak yang berkebutuhan khusus untuk belajar bersama-sama dengan anak-anak sebayanya di sekolah umum, dan pada akhirnya mereka menjadi bagian dari masyarakat sekolah tersebut, sehingga tercipta suasana belajar yang kondusif. “Inklusif” memang mengikutsertakan anak berkelainan seperti anak yang memiliki kesulitan melihat atau mendengar, yang tidak dapat berjalan atau lebih lamban dalam belajar. Namun, secara luas menurut Moch. Sholeh (2004:2) “inklusif” juga berarti melibatkan seluruh peserta didik tanpa terkecuali, seperti :
a.       Anak yang menggunakan bahasa yang berbeda dengan bahasa pengantar yang digunakan di dalam kelas.
b.      Anak yang beresiko putus sekolah karena sakit, kelaparan atau tidak berprestasi dengan baik.
c.       Anak yang berasal dari golongan agama yang berbeda atau kasta yang berbeda.
d.      Anak yang sedang hamil.
e.       Anak yang terinfeksi HIV/ AIDS.
f.       Anak yang berusia sekolah tetapi tidak sekolah.

“Inklusif” berarti bahwa sebagai guru harus bertanggung jawab untuk berusaha memberikan bantuan dalam menjaring dan memberikan layanan pendidikan pada semua anak dari otoritas sekolah, masyarakat, keluarga, lembaga pendidikan, layanan kesehatan, pimpinan masyarakat, dan lain-lain.  Inklusi perlu kita lakukan di sekolah-sekolah. Phil Foreman (2000:5) menyebutkan ada empat alasan pokok untuk melakukan inklusi antara lain: 1) Penelitian tidak menunjukan dengan jelas bahwa pelayanan pendidikan di sekolah khusus akan menghasilkan sosialisasi yang lebih baik atau hasil belajar secara akademik yang lebih baik daripada pembelajaran secara inklusi, khususnya untuk anak yang tingkat kelainannya ringan. 2) Ada penelitian yang menyarankan bahwa anak dapat memperoleh nilai lebih dari metode pembelajran inklusi, meskipun mereka memiliki kelainan yang berat dan mereka yang memiliki kelainan majemuk. 3) Semua efek pembelajaran akan muncul nilai lebih. Baru-baru ini sudah ada hasil penemuan yang menyebutkan banyak efek pembelajaran pada berbagai aspek pendidikan yang diterima di sekolah inklusi menyimpulkan bahwa hasil pembelajarannya memperoleh nilai lebih. 4) Telah tersebar luas penerimaan akan hak bagi setiap orang untuk berpartisipasi secara penuh pada komunitas umum, jika mereka menghendaki.
Selanjutnya Ekodjatmiko (2007:7) menyebutkan kelebihan dari penyelenggaraan pendidikan inklusi antara lain: 1) Belum ada bukti empirik yang kuat bahwa Sekolah Luar Biasa (SLB) merupakan satu-satunya sistem penyelenggaraan pendidikan terbaik untuk anak berkebutuhan khusus. 2) Biaya operasional Sekolah Luar Biasa lebih mahal di bandingkan dengan sekolah reguler. 3) Banyak anak-anak berkebutuhan khusus yang berdomisili di daerah tidak dapat sekolah di Sekolah Luar Biasa karena jauh, sulit transportasi biaya tidak terjangkau. 4) Sekolah Luar Biasa yang berasrama memisahkan anak dari kehidupan social yang nyata. Sedangkan sekolah inklusi menyatukan anak dengan kehidupan nyata. 5) Penyelenggaraan Sekolah Luar Biasa berimplikasi adanya labelisasi anak cacat yang dapat menimbulkan stigma sepanjang hayat orang tua tidak mau ke Sekolah Luar Biasa. 6) Melalui pendidikan inklusi akan terjadi proses edukasi kepada masyarakat agar menghargai adanya perbedaan.
Agar dapat memberikan pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, maka penyelenggara pendidikan inklusi perlu mengenal istilah khusus dalam pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus. Phil Foreman (2000:13-22) menyebutkan konsep dan istilah khusus dalam pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus antara lain: Normalisasi, integrasi, Mainstriming, pendidikan inklusi, Kelainan, hambatan, dan kecacatan
Normalisasi berhubungan dengan kependidikan dan pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus supaya dapat berkembang dengan alami, wajar dan normal. Prinsip normalisasi menyarankan bahwa seluruh anak harus diberikan kesempatan untuk dilayani di sekolah khusus yang menjadi satu dengan sekolah umum, sejalan dengan prinsip tersebut, anak yang tidak mengalami hambatan dapat berkunjumg ke sekolah dimana anak berkebutuhan khusus belajar, begitupun sebaliknya, andaikata orang tua mereka menghendaki, atau jika orang tua menghendaki sekolah khusus yang berdiri sendiri dengan lokasi yang berdampingan dengan sekolah umum. Menurut Susi Septaviana R (2003:36) normalisasi bukan berarti anak cacat/berkebutuhan khusus menjadi normal, tetapi anak yang menyandang kecacatan/berkebutuhan khusus di lihat sebagai bagian dari masyarakat yang alami dan “normal”.
Integrasi dalam pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus merupakan istilah yang digunakan bagi anak berkebutuhan khusus yang mendapat pelayanan pendidikan di sekolah umum. Istilah ini juga dapat diartikan pengurangan sistem pemisahan proses pembelajaran yang dilaksanakan kepada murid.  Anak belajar di sekolah umum, tetapi belajar terpisah di ruang atau kelas khusus, ini juga dapat dikatakan integrasi. Meskipun murid belajar di kelas khusus, jika anak belajar di sekolah umum, anak mendapat kesempatan yang besar untuk berinteraksi dengan teman-teman yang lain dalam sekolah.
Mainstriming merupakan pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus bergabung dalam satu kelas dengan anak normal untuk sebagian besar waktu sekolah. Murid mengikuti pembelajaran secara mainstrim, jika anak mendapatkan peran dalam berpartisipasi dalam kelas umum. Sebagai contoh, pada pagi hari anak belajar di kelas khusus, kemudian anak belajar di kelas umum pada siang hari.
Pendidikan inklusi. Pembelajaran secara inklusi, jika anak belajar di dalam kelas umum secara sepenuhnya, walaupun ada sedikit perbedaan kurikulum. Konsep pembelajaran secara inklusi didasari oleh pendapat bahwa sekolah tentu saja harus menyediakan seluruh kebutuhan anak, walaupun mereka memiliki perbedaan kemampuan dan perbedaan hambatan, pembelajaran inklusi juga harus mampu menghargai perbedaan kebudayaan, ras, suku, dan perbedaan sosial.
Ekodjatmiko (2007:8-9) menyebutkan bahwa dengan pendidikan inklusi anak berkebutuhan khusus  mendapatkan layanan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya. Bentuk-bentuk layanan itu seperti : 1) Kelas reguler penuh, anak berkebutuhan khusus belajar bersama anak normal di kelas reguler sepanjang hari dengan kurikulum yang sama. 2) Kelas reguler dengan cluster, anak berkebutuhan khusus belajar bersama anak normal di kelas reguler dalam kelompok khusus  3) Kelas reguler dengan pull out, anak berkebutuhan khusus belajar bersama anak normal di kelas reguler tetapi dalam waktu-waktu tertentu di pindah dari kelas reguler ke ruang sumber untuk belajar dengan guru pembimbing khusus  4) Kelas reguler dengan cluster dan pull out, anak berkebutuhan khusus belajar bersama anak normal di kelas reguler dalam kelompok khusus tetapi dalam waktu-waktu tertentu di pindah dari kelas reguler ke ruang sumber untuk belajar dengan guru pembimbing khusus. 5) Kelas khusus dengan berbagai pengintegrasian, anak berkebutuhan khusus belajar di kelas khusus pada sekolah reguler tetapi pada bidang-bidang tertentu dapat belajar bersama dengan anak normal di kelas reguler 6) Kelas khusus penuh di sekolah reguler, anak berkebutuhan khusus belajar di kelas khusus pada sekolah reguler.
Perbedaan esensial anak dalam pembelajaran integrasi atau mainstriming dengan pembelajaran inklusi menurut Giorcelli dalam Phil Foreman (2000) adalah, jika pembelajaran integrasi atau mainstriming, sekolah menayakan “apa yang dapat kami sediakan untuk memenuhi kebutuhan murid ini?” Jika pembelajaran inklusi, sekolah menanyakan “Bagaimana yang dapat kami sediakan untuk memenuhi kebutuhan murid ini?” Dengan kata lain pada integrasi semua siswa (anak yang normal dan anak berkebutuhan khusus) hanya satu guru, anak menyesuaikan system, sedangkan inklusi siswa (anak berkebutuhan khusus) memiliki guru pendamping, system menyesuaikan anak.
Kelainan, hambatan, dan kecacatan. Istilah kelainan digunakan untuk kondisi tidak normal dalam organ tubuh atau sistem fungsi organ tubuh. Kelainan juga sering digunakan pada istilah medis atau kondisi organ, sebagai contoh pandangan yang terbatas, masalah pada hati, serebral palsi, kelainan mental,spina bifida, ketulian. Iatilah hambatan digunakan untuk menyatakan konsekuensi secara fungsional sebagai akibat dari kelaianan. Sebagai contoh, karena kelainannya seseorang penyandang spina bifida tidak dapat berjalan tanpa alat bantu berupa penyangga atau kruk. Kecacatan adalah  kondisi lingkungan sosial yang terjadi sebagai akibat dari hambatan yang disandang. Sebagai contoh, murid yang menggunakan kursi roda tidak dapat memasuki ruang perpustakaan sekolah, maka murid tersebut tidak dapat menggunakan manfaat perpustakaan. Istilah yang paling tepat untuk meyebut murid yang berkelainan adalah anak yang menyandang hambatan/ berkebutuhan khusus.

2.      Pengertian Remedial
Karakteristik siswa dalam satu kelas sangat beragam, sehingga dalam belajar siswa banyak mengalami masalah. Masalah-masalah yang timbul dari kondisi sekolah menurut Majid (2008:235) antara lain: kurikulum kurang sesuai, guru kurang menguasai bahan pelajaran, metode mengajar kurang sesuai, alat-alat dan media pengajaran kurang sesuai. Akibat dari permasalahan tersebut ada beberapa anak yang prestasinya kurang dari harapan atau tidak mencapai KKM.
Bagi siswa yang tidak mencapai KKM ini di indikasikan mengalami kesulitan belajar, sehingga perlu diberikan remedial. Remedial adalah perlakuan khusus terhadap peserta didik yang mengalami kesulitan belajar (Mulyasa, 2009:113). Selanjutnya menurut Majid (2008:236 peserta didik yang mengalami kesulitan belajar) diberikan pengajaran perbaikan, yaitu bentuk pengajaran khusus yang diberikan kepada seseorang atau beberapa orang murid yang mengalami kesulitan belajar. Kekhususannya terletak pada murid yang dilayani, bahan pelajaran, metode atau media penyampaiannya. Karena kekhususannya itu maka dalam pemberian remedial diperlukan program yang terarah sesuai dengan keperluan peserta didik/siswa.

3.      Pengertian Pembinaan Guru dengan Metode CLCK
Menurut Depdiknas (2002:152) pembinaan adalah cara membina dengan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Sesuai dengan pengertian tersebut maka pembinaan guru adalah cara membina guru dengan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Selanjutnya Hamzah (2011:169) mengemukakan bahwa pembinaan guru adalah serangkaian usaha bantuan kepada guru yang dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas sekolah, penilik sekolah, serta pembina lainnya bertujuan untuk meningkatkan proses dan hasil belajar.
Pembinaan guru dalam penelitian ini adalah pembinaan guru yang dilakukan oleh pengawas sekolah dengan metode CLCK (contoh, latih, coba, kembangkan) dalam meningkatkan kemampuan guru menyusun program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika di sekolah inklusi SD Negeri 2 Belimbing Raya. Menurut Depdiknas (2002:219) contoh berarti sesuatu yang disediakan untuk ditiru atau diikuti, dalam hal ini peneliti/ pengawas memberikan sebuah contoh program remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika untuk dipelajari dan dipahami oleh guru yang dibina. Selanjutnya Depdiknas (2002:643) meyebutkan latih dengan padanan kata melatih yang berarti mengajar seseorang agar dapat melakukan sesuatu, peneliti melatih guru untuk menyusun program remedial. Depdiknas (2002:217) coba berarti silahkan, dengan padanan kata mencoba yang berarti mengerjakan sesuatu untuk mengetahui keadaannya, dalam kegiatan ini peneliti memberikan kesempatan kepada guru untuk mencoba menyusun program remedial sehingga mengetahui komponen-komponen yang harus ada dalam program tersebut. Kembangkan dari kata dasar kembang mendapat imbuhan -kan. Menurut Depdiknas (2002:538) kembang memiliki padanan kata berkembang yang berarti menjadi bertambah sempurna. Selanjutnya imbuhan –kan bermakna melakukan perbuatan yang dinyatakan oleh kata dasar (Mulyono, 2003:17). Kembangkan berarti melakukan kegiatan untuk menyempurnakan sesuatu dalam hal ini adalah program remedial. Berdasar-kan beberapa pengertian tersebut maka Pembinaan guru dengan metode CLCK dapat diartikan membina guru dengan contoh, melatih, memberikan kesempatan untuk mencoba dan mengembangkan program remedial.

B.     Kerangka Pikir

Penuntasan wajib belajar pendidikan dasar bagi anak yang memerlukan pelayanan pendidikan khusus diakomodasi melalui pendekatan “Pendidikan Inklusi” dengan berpedoman pada azaz pemerataan serta peningkatan kepedulian terhadap anak-anak yang memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Agar anak-anak berkebutuhan khusus yang mendapat pelayanan pendidikan inklusi dapat berkembang secara optimal, maka sekolah harus melaksanakan upaya-upaya yang masimal. Anak berkesulitan belajar matematika merupakan bagian dari anak-anak berkebutuhan khusus yang mendapat pelayanan pendidikan melalui pendekatan pendidikan inklusi. Karena keterbatasan kemampuannya, anak-anak tersebut belum mencapai KKM yang ditentukan sekolah, sehingga guru perlu melakukan tindakan-tindakan agar anak-anak yang mengalami kesulitan belajar matematika juga dapat menyelesaikan materi pelajarannya serta mencapai KKM. Salah satu tindakan guru adalah melakukan remedial teaching.
Keberhasilan dalam memberikan remedial teaching dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya adalah program remedial yang baik. Hal ini pengawas selaku pembina berkewajiban membina guru dalam membuat program remedial menggunakan berbagai metode. Salah satu metode yang digunakan adalah metode CLCK dalam membina guru membuat program remedial bagi anak-anak kesulitan belajar matematika di sekolah Inklusi SD Negeri 2 Belimbing Raya.

C.    Hipotesis Tindakan

Pembinaan guru dengan  metode CLCK dapat meningkatakan kemampuan guru dalam membuat program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika di sekolah inklusi SD Negeri 2 Belimbing Raya.
BAB III
METODE PENELITIAN TINDAKAN

A.    Metode dan Pendekatan Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Sekolah (School Action Research). Penelitan Tindakan Sekolah dikembangkan dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Zainal (2009:12) PTK pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946, PTK  di Indonesia baru dikenal pada akhir dekade 80-an. Selanjutnya Zainal (2009:13) menyebutkan penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research, yaitu satu action reaserch yang dilakukan di kelas.  Sedangkan Penelitian Tindakan Sekolah menurut Depdiknas (2008:11) adalah penelitian tindakan sebagai salah satu jenis penelitian kualitatif di bidang pendidikan yang dilaksanakan disekolah untuk memperbaiki proses pembelajaran dan manajemen sekolah.

B.     Setting

Penelitian ini dilaksanakan pada sekolah Inklusi di SD Negeri 2 Belimbing Raya Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong tahun 2011. Adapun subjek penelitian adalah guru yang memberikan remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika berjumlah 6 orang guru kelas (kelas 1s.d 6).

C.    Prosedur Penelitian

Setiap penelitian pada dasarnya memiliki cara yang berbeda-beda untuk mendapatkan data pada suatu subyek ataupun obyek yang akan ditelitinya. Agar mendapatkan data yang baik, valid dan reliabel diperlukan suatu pendekatan yang jelas. Berdasarkan pada pendekatan yang diambil, dapat digunakan untuk merencanakan penelitian yang akan dilaksanakan. Menurut Suharsimi, (1998:88) dalam menentukan pendekatan penelitian, perlu mempertimbangkan tujuan penelitian, waktu dan dana yang diperlukan, adanya subyek penelitian serta kemauan atau keinginan peneliti.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan sekolah, dengan langkah-langkah: penetapan focus permasalahan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan yang disertai dengan observasi, interpretasi dan replikasi. Tindakan yang pernah dilakukan akan selalu dipelajari dan dievaluasi untuk menentukan tindakan selanjutnya.  Tindakan lanjutan ini akan berguna untuk perbaikan skenario yang tentunya akan memberikan gambaran pasti terhadap pelaksanaan tindakan dalam penelitian. Penelitian ini dilaksanakan 2 siklus 4 kali pertemuan. Menurut Depdiknas (2008:13 Penelitian tindakan sekolah berbentuk siklus metodologis yang berdaur (cyclical methodology cyclus) yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Hasil refleksi mencakup analisis, sintesis dan penilaian hasil tindakan yang dilakukan, bila masih terdapat permasalahan dilakukan tindakan kedua yang meliputi perencanaan ulang, tindakan dan pengamatan ulang sampai permasalahan teratasi. Siklus metodologis penelitian tindakan sekolah ini sama dengan siklus metodologis penelitian tindakan kelas yang di kemukakan oleh Zainal (2009:30) bahwa penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari 4 tahap yaitu  perencanaan, tindakan, observasi dan merefleksi.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka siklus metodologis/rancangan penelitian tidakan sekolah ini dilakukan 2 siklus seperti bagan berikut:


Rancangan Penelitian
 









                                                     
      Gambar 1: Rancangan Penelitian

1.      Perencanaan (planning)
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan ini adalah :
a.       Membuat skenario, yaitu Rencana Program Pembinaan guru dengan metode CLCK dalam menyusun program remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika.
b.      Menyusun lembar observasi untuk melihat bagaimana proses penyusunan program remedial.
c.       Menyiapkan contok program remedial
2.      Pelaksanaan tindakan (action)
Penelitian tindakan sekolah ini direncanakan 2 siklus, setiap satu siklus terdiri atas dua kali pertemuan (tatap muka), sehingga 2 siklus ada empat kali pertemuan (tatap muka).
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :
a.      Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pertemuan ke-1 (2 x 45 menit)
Kegiatan Awal
Membicarakan tentang komponen program remedial
Kegiatan Inti
-          Memberikan contoh program remedial
-          Mempelajari/mengamati contoh program remedial
-          Melatih menyusun program remedial sesuai kreteria yang telah ditentukan
Kegiatan Akhir
-          Mennyimpulkan materi.
-          Memberikan tugas pada guru untuk berlatih membuat program remedial.
Pertemuan ke-2 (2 x 45 menit)
Kegiatan Awal
-          Membicarakan tentang komponen program remedial
-          Tanya jawab tentang program remedial
Kegiatan Inti
-          Guru mencoba membuat program remedial dengan kreteria yang telah ditentukan
-          Memberikan kesempatan guru untuk mengembangkan membuat program remedial
Kegiatan Akhir
-          Menyimpulkan materi tentang penyususnan program.
-          Memberikan tugas pada guru untuk mengembangkan program remedial.
b.      Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pertemuan ke-3 (2 x 45 menit)
Kegiatan Awal
-          Membicarakan tentang komponen program remedial
-          Membicarakan kesulitan/hambatan yang dialami guru dalam membuat program remedial
Kegiatan Inti
-          Memberikan contoh program remedial
-          Mempelajari/mengamati contoh program remedial
-          Melatih menyusun program remedial sesuai kreteria yang telah ditentukan
Kegiatan Akhir
-          Mennyimpulkan materi.
-          Memberikan tugas pada guru untuk berlatih menyusun program remedial.
Pertemuan ke-4 (2 x 45 menit)
Kegiatan Awal
-          Membicarakan tentang komponen program remedial
-          Tanya jawab tentang kesulitan/hambatan yang dialami guru dalam menyusun program remedial

Kegiatan Inti
-          Guru mencoba membuat program remedial dengan kreteria yang telah ditentukan
-          Memberikan kesempatan guru untuk mengembangkan membuat program remedial
Kegiatan Akhir
-          Menyimpulkan materi tentang penyususnan program.
-          Memberikan tugas pada guru untuk mengembangkan program remedial.
3.      Pengamatan
Pada tahap ini dilakukan observasi kegiatan pembinaan guru dengan metode CLCK (contoh, latih, coba, kembangkan) dalam meningkatkan kemampuan guru menyusun program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika di sekolah inklusi SD Negeri 2 Belimbing Raya. Kegiatan yang diamati adalah kegiatan guru dalam mempelajari contoh, latihan, mencoba dan mengembangkan program remedial serta program remedial yang dibuat guru sebagai hasil akhir pembinaan.
4.      Refleksi
Hasil observasi tentang  pembuatan program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika di sekolah inklusi SD Negeri 2 Belimbing Raya dianalisis pada tahapan ini. Data hasil analisis ini kemudian peneliti dapat merefleksi diri untuk perbaikan pembinanaan siklus berikutnya atau membuat kesdimpulan hasil penelitian.

D.    Faktor yang diteliti

Kegiatan guru dalam membuat program remedial, bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika program inklusi di SD Negeri 2 Belimbing Raya.

E.     Cara Penggalian Data

Jenis data yang diperoleh adalah data kualitatif hasil tanya jawab  dan lembar observasi tentang penyusunan program remedial. Hasil data yang telah dikumpulkan di adakan verifikasi dan analisis, dari analisis data ini peneliti dapat merefleksikan dengan melihat data observasi apakah kegiatan yang ditetapkan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam membuat program remedial. Hasil analisis data akan digunakan sebagai acauan dalam meberikan tindakan pada sikulus berikutnya atau menyimpulkan hasil penelitian

F.     Indikator Keberhasilan

Penelitian tindakan sekolah ini berhasil bila semua guru yang dibina mampu membuat program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika mendapat nilai baik dengan rentang nilai 1 sampai dengan 5, menurut User Usman (2011:119) rentangan nilai tersebut yang berarti:
1   = sangat tidak baik
2  = tidak baik
3  = kurang baik
4  = baik
5  = sangat baik


G.    Jadwal Penelitian

NO
KEGIATAN
Mei
Juni
Juli
Agust
Sept
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1.
Menyusun Proposal


x
x
x
x














2
Izin Penelitian






x
x












3
Siklus I










x
x








4
Analisi Hasil












x







5
Siklus II













x
x





6
Analisis Hasil















x
x



7
Laporan Hasil PTK

















x
x
x

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A.    HASIL PENELITIAN
Penelitian Tindakan Sekolah ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Belimbing Raya Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong, yang pelaksnaannya meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
  1. Perencanaan, yang meliputi penetapan materi pembinaan dan penetapan alokasi waktu pelaksanaannya (bulan Mei s.d Septembr 2011)
  2. Tindakan, meliputi seluruh proses kegiatan pembinaan kepengawasan melalui model CLCK (Contoh, Latih, Coba dan Kembangkan), siklus satu dilaksanakan dua pertemuan yaitu pada tanggal 23 Juli 2011 dan 27 Juli 2011, siklus dua dilaksanakan dua pertemuan tanggal 7 september 2011 dan 13 September 2011.
  3. Observasi, dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan pembinaan kepengawasan dalam membuat program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika.
  4. Reflekksi, meliputi kegiatan analisis hasil pembinaan kepengawasan sekaligus menyusun rencana perbaikan pada siklus berikutnya

 Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan secara kolaborasi dengan kepala sekolah dan coordinator pengawas yang membantu pelaksanaan observasi dan refleksi selama kegiatan penelitian berlangsung.
Pelaksanaan penelitian sekolah disajikan dalam dua siklus sebagai berikut:
1.      Perencanaan
Untuk melaksanakan penelitian ini peneliti mempersiapkan perlengkapan pembinaan seperti : Rencana Kepengawasan Akademik (RKA), Pedoman Penialaian Program Remedial, Contoh Program Remedial, Lembar Tugas, dan melapor kepada Kepala Sekolah bahwa akan melaksanakan penelitian, sosialisasi kepada guru kelas sebagai subyek pelaksanaan penelitian tindakan sekolah.
2.      Pelaksanaan Penelitian Tindakan Sekolah Siklus I
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), hal ini dimulai dengan :
a.       Pelaksanaan Tindakan pertemuan kesatu Siklus I
Pada tanggal 23 Juli 2011 dilaksanakan tindakan sekolah pertemuan kesatu selama 90 menit (2 x 45 menit). Tiga puluh menit sebelum pembinaan dimulai peneliti sudah ada di sekolah. Setelah koordinasi dengan kepala sekolah, maka pembinaan akan dilakukan di ruang kelas VI setelah anak-anak pulang sekolah. Setelah anak-anak pulang dan ruangan kosong, maka guru-guru dan peneliti memasuki kelas. Pada awal pertemuan di kelas pengawas mengkondisikan guru untuk siap menerima materi pembinaan, setelah kondisi guru siap menerima pembinaan, maka pengawas mulai melakukan pembinaan dengan mengucapkan salam pembuka dan menyampaian tujuan pembinaan yaitu agar guru dapat membuat program remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika.
Awal pembinaan pengawas menyampaikan bahwa di SD Negeri 2 Belimbing Raya adalah salah satu penyelenggara program pendidikan inklusi yang konskuensinya sekolah harus menerima semua siswa dalam kondisi apapun termasuk anak-anak yang berkesulitan belajar matematika. Karena kondisi anak berkesulitan belajar matematika selalu mengalami hambatan dalam menerima pelajaran dan nilainya belum mencapai KKM, maka mereka perlu di berikan remedial teaching. Agar dapat memberikan remedial secara optimal dan terarah, maka guru harus membuat program remedial.
Dalam kegiatan ini pengawas memberikan kesempatan pada guru untuk bertanya tentang materi yang telah disampaikan. Ada guru yang bertanya antara lain: 1) “apakah anak yang berkesulitan belajar harus di buatkan program remedial masing-masing individu?”  2) “ada anak yang lambat dalam belajar matematika 5 orang anak, apakah 5 anak ini dikelompokkan jadi 1 agar dibimbing oleh guru pendamping dalam program inklusi sementara guru kelas melanjutkan pembelajaran untuk anak-anak yang lain?” selanjutnya pengawas menjelaskan bahwa bila ada beberapa anak yang berkesulitan belajar itu hampir sama letak permasalahan dan kesulitannya, maka dari beberapa anak itu cukup satu program remedial, sementara untuk 5 anak yang mengalami hambatan matematika itu diupayakan duduk berdekatan sehingga guru pendamping dapat membantu mereka secara efektif dan efisien serta anak-anak tersebut juga dapat mengikuti dengan baik pelajaran yang disampaikan oleh guru kelas. Salah seorang guru menambahkan untuk mengatasi maslah itu, selain guru pembimbing khusus anak-anak juga dapat di tempatkan dengan anak yang pandai dan anak tersebut diminta untuk membantu temannya yang mengalami kesulitan tersebut (bimbingan teman sebaya).
Selanjutnya pengawas menyampaikan komponen-komponen program remedial yang meliputi:
1)      Identitas Sekolah
2)      Identitas Mata Pelajaran
3)      Kelas dan Semester
4)      Alokasi waktu yang diperlukan
5)      Jumlah pertemuan
6)      Standar Kompetensi
7)      Kompetensi Dasar
8)      Indikator
9)      Tujuan pembelajaran
10)  Metode pembelajaran
11)  Materi Ajar
12)  Kesulitan/hambatan siswa
13)  Langkah-langkah pembelajaran (kegiatan awal, inti dan penutup)
14)  Alat, Bahan dan Sumber Belajar
15)  Penilian.
Pengawas memberikan contoh program remedial kepada masing-masing guru. Dengan mendengarkan penjelasan pengawas, guru-guru memperhatikan contoh program remedial yang telah diterimanya pada tiap-tiap kompnen yang ada. Penggawas menjelaskan bahwa pada setiap akhir pembelajaran/penyampaian materi pembelajaran maka seorang guru harus melaksanakan evaluasi untuk mengetahui apakah kompetensi dasar atau materi pelajaran yang disampaikan sudah dikuasai sepenuhnya olah smua siswa atau belum. Guru melaksanakan analisis hasil evaluasi belajar siswa yang salah satu hasilnya guru mengetahui anak-anak yang belum tuntas, belum mencapai KKM, belum menguasai materi sepenuhnya dan memprediksi hambatan/kesulitan siswa-siswa tersebut. Berdasarkan hasil analisis evaluasi belajar dan kesulitan/hambatan siswa yang belum mencapai KKM ini maka guru akan membuat program remedial.
Menurut hasil pemantuan pengawas yang selama ini guru-guru lakukan untuk menangani anak-anak yang belum mencapai KKM adalah mengadakan penilaian perbaikan dengan memberikan tugas kepada siswa untuk menyelesaikan soal-soal atau tugas yang lainnya. Guru belum belum memberikan remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika. Anak-anak belajar secara regular bersama dengan anak-anak lainnya, setelah penyampaian materi pelajaran (selesai satu kompetensi dasar) maka diadakan ulangan harian. Bagi anak-anak yang belum mencapai KKM termasuk anak berkesulitan belajar matematikan ini diberikan kesempatan untuk melakukan perbaikan nilai.
Sebagai contoh format program perbaikan yang telah dilakukan selama ini adalah:
PROGRAM PERBAIKAN

Mata Pelajaran
:




Standar Kompetensi
:


Kompetensi Dasar
:


Hari/Tanggal
:


Kelas/Semester
:





No
Nama Siswa yang mendapat perbaikan
Nilai Asli
Nilai Perbaikan
Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
dst.





Soal/tugas:
1.        .........................................................................................................................
2.        .........................................................................................................................
3.        .........................................................................................................................
4.        .........................................................................................................................
5.        .........................................................................................................................
6.        dst.

Mengetahui,

Tanjung, ......................
Kepala SDN 2 Belimbing Raya

Guru Kelas









……………………………..

.................................
NIP.

NIP.

Kegiatan selanjutnya pengawas menugaskan pada guru-guru untuk mendiskusikan komponen-komponen yang ada pada contoh program remedial yang telah dibagikan. Guru-guru berdiskusi tentang contoh program remedial yang ada. Stelah diskusi maka pengawas mengadakan Tanya jawab dengan guru-guru, antara lain “apa perbedaan program remedial yang anda diskusikan dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang sering anda buat unuk mengajar dikelas?”. Ada guru yang menjawab “pada prinsipnya sama tidak ada perbedaan” ada yang menjawab “ada perbedaan yaitu pada komponen kesulitan siswa”
Selanjutnya pengawas mengajukan pertanyaan lagi pada guru-guru ”apa yang harus kita perhatikan/tekankan dalam pembuatan program remedial?”. Karena jawaban guru mengembang, tidak terfokus maka pengawas menjelaskan bahwa yang menjadi perhatian/penekanan dalam pembuatan program remedial adalah pada pelaksanaan inti pembelajaran yaitu mencarikan jalan/cara belajar yang paling mudah agar anak-anak dapat menguasi dan memahami kompetensi dasar yang dipelajari. Pengawas menguraikan/menjelaskan contoh program remedial yang telah didiskusikan kepada guru yang isinya menekankan pada inti pembelajaran sebagai contoh dalam penyelesaian penjumlahan 13 + 5 = ….. bagi anak berkesulitan belajar mengalami kesulitan untuk menjumlahkan, maka kita sebagai guru harus mencarikan cara termudah untuk menjmlahkan bilangan tersebut, misalnya:
13 + 5  =  . . .
Anak akan kesulitan bila langsung menjumlahkannya, maka anak kita latih untuk mengubah menjadi bersusun panjang sebagai berikut:
13      =   . . .      +    . . .
  5      =                     . . .
–––––––––––––––––– +
          =     . . .    +    . . .
          =     . . .

Kita harus menjelaskan pada anak bahwa kita harus memisahkan angka puluhan dan satuan yaitu 13 terdiri dari 1 puluhan (10) dan 3 satuan sedangan 5 terdiri dari 5 satuan. Langkah selanjutnya adalah menjelaskan pada anak bahwa kita akan menjumlahkan angka satuan dengan satuan dan angka puluhan dengan puluhan, yaitu 3 + 5 = 8 tulis angka 8 dibawah angka 5, dan angka 10 tulis di bawah angka 10 sejajar 8, sehingga bilangan 10 + 8 = 18 dan dijelaskan pula pada anak bahwa 13 + 5 = 18.
13      =     10     +    3
  5      =                     5
–––––––––––––––––– +
          =       10    +    8
          =       18


  Demikian juga untuk menjumlah puluhan dengan puluhan, misal 12 + 23 = … bagi anak berkesulitan belajar mengalami kesulitan untuk menjumlahkan, maka kita sebagai guru harus mencarikan cara termudah untuk menjumlahkan bilangan tersebut. Anak akan kesulitan bila langsung menjumlahkannya, maka anak kita latih untuk mengubah menjadi bersusun panjang sebagai berikut:
12      =   . . .      +    . . .
23      =    . . .     +    . . .
–––––––––––––––––– +
          =     . . .    +    . . .
          =     . . .

Kita harus menjelaskan pada anak bahwa kita harus memisahkan angka puluhan dan satuan yaitu 12 terdiri dari 1 puluhan (10) dan 2 satuan sedangan 23 terdiri dari 2 puluhan (20) dan 3 satuan. Langkah selanjutnya adalah menjelaskan pada anak bahwa kita akan menjumlahkan angka satuan dengan satuan dan angka puluhan dengan puluhan, yaitu 2 + 3 = 5 tulis angka 5 dibawah angka 3, dan angka 10 + 20 = 30, tulis angka 30 di bawah angka 20 sejajar dengan angka 5, sehingga bilangan 30 + 5 = 35 dan dijelaskan pula pada anak bahwa 12 + 23 =  35.
12      =     10     +    2
23      =     20     +    3
–––––––––––––––––– +
          =      30     +    5
          =      35

Pada akhir kegiatan pengawas bersama-sama guru menyimpulkan materi bahwa program remedial dibuat untuk mengulang materi bagi anak-anak berkesulitan belajar, dengan mencarikan cara yang termudah agar anak-anak dapat menguasai materi yang dipelajari. Pengawas memberikan tugas pada guru untuk latihan membuat program remedial sesuai dengan kesulitan anak dikelas yang menjadi tanggung jawabnya masing-masing untuk dibahas pada pertemuan yang akan datang.

b.      Pelaksanaan Tindakan pertemuan kedua Siklus I
Pada tanggal 27 Juli 2011 dilaksanakan tindakan sekolah pertemuan ke dua, pengawas melatih guru-guru untuk membuat program remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika. Pengawas mengingatkan kemabali bahwa tujuan kegiatan yang dilakukan yaitu kita sebagai guru dalam mengajar harus membuat program termasuk didalamnya adalah program remedial. Pertemuan yang lalu kita telah mempelajari contoh program remedial bagi anak yang mengalami kesulitan dalam penjumlahan karena anak belum memahami nilai tempat, sehingga semua digit di jumlahkan tanpa memperhatikan nilai tempat.
Sebelum kegiatan dilanjutkan, pada pertemuan yang lalu ada tugas untuk latihan membuat program remedial, maka pengawas memberikan kesempatan kepada guru untuk menanyakan apakah masih ada kesulitan dalam menyusun program remedial. Seorang guru kelas menanyakan, “apa yang haus kita lakukan terutama dalam menyusun program remedial bila anak-anak kesulitan dalam menentukan nilai tempat ratusan dan puluhan dalam penjumlahan kurang dari 500?”. Pengawas memberikan kesempatan kepada guru yang lain untuk menjelaskan. Salah seorang guru menjelaskan bahwa kita harus menjelaskan kembali tentang nilai tempat ratusan, puluhan kepada anak-anak yang belum menguasi nilai tempat tersebut.
Pengawas menambahkan jawaban dari guru tersebut, memang kita harus menjelaskan kembali nilai tempat pada anak-anak, tetatpi yang harus kita perhatikan adalah dengan cara apa dan bagimana caranya agar anak-anak itu mudah memahami, oleh sebab itulah dalam program remedial harus diuraikan bagimana cara agar anak-anak berkesilitan belajar matematika mudah memahami materi pembelajaran tersebut. Pengawas melatih guru untuk membuat program remedial terutama inti pelajaran dalam menangani anak-anak yang berkesulitan belajar dalam hal kurang memahami nilai tempat ratusan dan puluhan. Yang harus kita lakukan pertama adalah membuat skema bilangan yang terdiri dari ratusan, puluhan, dan satuan serta cara membacanya. Misalnya  bilangan 364, kita harus jelaskan kepada anak ini adalah bilangan tiga ratus enam puluh empat, bilangan ini terdiri dari 3 ratusan yang berarti nilainya tiga rtus (300), 6 puluhan yang berarti nilianya enam puluh (60) dan 4 satuan yang berarti nilainya empat. Anak dilatih untuk membaca dan memahami nilai tempat dalam table dengan cara tersebut diatas. Contoh seperti pada tabel 1.
Tabel 1: Tabel Untuk Melatih Nilai Tempat Ratusan, Puluhan dan Satuan
Bilangan
Ratusan
Puluhan
Satuan
Di baca
236
2
3
6
Dua ratus tiga puluh enam
347
3
4
7
Tiga ratus empat puluh tujuh
258
2
5
8
Dua ratus lima puluh delapan
369
3
6
9
Tiga ratus enam puluh sembilan
373
3
7
3
Tiga ratus tujuh puluh tiga
484
4
8
4
Empat ratus delapan puluh tiga
495
4
9
5
Empat ratus sembilan puluh lima
dst.




Setelah kita melatih anak untuk memahami nilai tempat ratusan, puluhan dan satuan, maka kita perlu melatih anak untuk menjumlahkan angka ratusan sampai dengan 500, dengan menjelaskan cara atau langkah-langkah pengerjaannya, misalanya 268 + 225 = …  Anak akan kesulitan bila langsung menjumlahkannya, maka anak kita latih untuk mengubah menjadi bersusun panjang sebagai berikut:
268   =   . . .      +    . . .   +    . . .
225   =    . . .     +    . . .   +    . . .
––––––––––––––––––––––––– +
          =     . . .    +    . . . .   +    . . .
          =     . . .    +    . . . .   +    . . .   +    . . .
          =     . . .    +    . . . .   +    . . . 
    =     . . .

Kita menjelaskan pada anak bahwa kita harus memisahkan angka ratusan, puluhan dan satuan yaitu 268 terdiri dari 2 ratusan yang berarti 200, 6 puluhan yang berarti 60 dan 8 satuan sedangkan 225 terdiri dari 2 ratusan yang berarti 200, 2 puluhan berarti 20 dan 5 satuan. Langkah selanjutnya adalah menjelaskan pada anak bahwa kita akan menjumlahkan angka satuan dengan satuan dan angka puluhan dengan puluhan dan ratusan dengan ratusan, yaitu 8 + 5 = 13 tulis angka 13 dibawah angka 5, dan angka 60 + 20 = 80, tulis angka 80 di bawah angka 20 sejajar dengan angka 13, angka 200 + 200 = 400 tulis angka 400 dibawah angka 200 sejajar dengan angka 80 sehingga bilangan 268 + 223 = 400 + 80 + 13, selanjutnya sampaikan pada anak bahwa kita harus memisahkan lagi anggka 13 menjadi 1 puluhan dan 3 satuan menjadi 400 + 80 + 10 + 3. Jumlahkan angka puluhan lebih dulu sehingga menjadi 400 + 90 + 13, = 493 sehingga ditemukan 268 + 225  = 493, secara berurutan dapat di ganmbarkan sebagai berikut:

268   =   200   +   60    +  8
225   =   200   +   20    +  5
–––––––––––––––––––––– +
         =   400    +   80   +  13
         =   400    +   80   +  10  +  3
         =   400    +   90   +   3
          =  493

Setelah dengan jalan panjang kita latih anak untuk menjumlahkan dengan jalan pendek
268
225
–––– +
  . . .

Dengan menjumlahkan satuan dengan satuan yaitu 8 + 5 = 13, tulis angka 3 dibawah angka 5, simpan 1 puluhan dan tuliskan diatas angka 6 puluhan, jumlahkan angka puluhan dengan puluhan  yaitu 1 + 6 + 2 = 9tulis angka 9 dibawah angka 2 sebelah kiri angka 3, langkah selanjutnya jumlahkan angka ratusan yaitu 2 + 2 = 4, karena 4 ini empat ratusan maka tulis angka 4 ini pada angka ratusan dibawah angka 2 di sebelah kiri angka 9 sehingga dapat diketahui bahwa 268 + 225 = 493
                    Satuan                   1                      1 puluhan        1ratusan
268                        268                  268                  268                 
225                        225                  225                  225                 
–––– +                   –––– +             –––– +             –––– +            
   13                           3                    93                  493                 
Contoh lain dengan jalan menyimpan puluhan dan ratusan
268
185
–––– +
  . . .

Dengan menjumlahkan satuan dengan satuan yaitu 8 + 5 = 13, tulis angka 3 dibawah angka 8, simpan 1 puluhan dan tuliskan diatas angka 6 puluhan, jumlahkan angka puluhan dengan puluhan  yaitu 1 + 6 + 8 = 15 tulis angka 5 dibawah angka 8 sebelah kiri angka 3, simpan angka 1 ratusan diatas angka 2 ratusan, langkah selanjutnya jumlahkan angka ratusan yaitu 1 + 2 + 1 = 4, karena 4 ini empat ratusan maka tulis angka 4 ini pada angka ratusan dibawah angka 1 di sebelah kiri angka 5 sehingga dapat diketahui bahwa 268 + 185 = 453

                    Satuan                   1                      1 puluhan      1                      1 ratusan
268                        268                  268                  268                  268
185                        185                  185                  185                  185
–––– +                   –––– +             –––– +             –––– +             –––– +
   13                           3                    53                    53                  453

Pengawas memberikan kesempatan pada guru untuk mencoba membuat program remedial serta mengembangkan program remedial tersebut untukperbaikan pembelajaran bagi anak-anak berkebutuhan khusus, khususnya bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika.

c.       Pelaksanaan Evaluasi dan Refleksi Tindakan pada Siklus I
Evaluasi pelaksanaan tindakan sekolah pada siklus I ini adalah mengevaluasi program remedial hasil latihan dan pengembangan guru-guru yang menjadi subyek penelitian. Hasil penilan dengan 15 indikator penilian dari 6 orang guru kelas pada siklus I dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2: Hasil Penilaian Program Remedial pada Siklus I
No
Indikator
Skor penilaian Guru Kelas
Jumlah
1
2
3
4
5
6
Skor
Rt-rt
1
Merumuskan tujuan
5
4
5
4
4
4
26
     4.33
2
Menentukan metode
3
3
3
3
3
3
18
     3.00
3
Menentukan langkah-langkah
3
3
3
3
3
3
18
     3.00
4
Menentukan cara memotivasi
3
3
3
3
3
3
18
     3.00
5
Bahan berpedoman pada karakteristik siswa
3
3
3
3
3
5
20
     3.33
6
Bahan sesuai kesulitan siswa
4
4
4
4
4
5
25
     4.17
7
Bahan tersesusun sesuai teraf kemampuan berpikir siswa
3
4
4
4
3
4
22
     3.67
8
Pengaturan ruang kelas
4
4
4
4
4
4
24
     4.00
9
Menentukan alokasi waktu
4
4
4
4
4
4
24
     4.00
10
Menentukan cara siswa aktif
4
4
4
4
4
4
24
     4.00
11
Menentukan pengembangan alat
4
1
4
4
4
4
21
     3.50
12
Menentukan media
4
4
4
4
4
4
24
     4.00
13
Menentukan sumber
4
4
4
4
4
4
24
     4.00
14
Menentukan bentuk/prosedur penilaian
4
4
4
4
4
4
24
     4.00
15
Membuat alat penilaian
4
4
4
4
4
4
24
  4.00

Jumlah
56
53
57
56
55
59
336
56.00

Rata-Rata
3.73
3.53
3.80
3.73
3.67
3.93
22.40
 3.73



                  Dengan menganalisis hasil evaluasi pada tindakan siklus I penyususnan program remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika belum menunjukkan keberhasilan karena baru mencapai nilai rata-rata 3,73 belum mencapai kategori baik. Dari hasil penilaian dalam penyusunan program remedial bagai anak-anak berkesulitan belajar matematikan masih ditemukan kelelamhan-kelemahan antara lain dalam: 1) menentukan metode, 2) menentukan langkah-langkah remedial, 3) menentukan cara-cara memotivasi siswa dan 4) cara menyusun bahan remedial. Berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut peneliti perlu mengadakan perbaikan-perbaikan dalam pembinaan terutama dalam indicator 1) menentukan metode, 2) Menentukan langkah-langkah remedial, 3) menentukan cara-cara memotivasi siswa dan 4) cara menyusun bahan remedial sehingga penilaian penyususunan program remedial mendapat nilai kategori baik (4,00).   

  1. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Sekolah Siklus II
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), siklus ke II dimulai dengan :
a.       Pelaksanaan Tindakan pertemuan ketiga Siklus II
Pada tanggal 7 September 2011 dilaksanakan tindakan sekolah pertemuan ketiga selama 90 menit (2 x 45 menit). Seperti kegiatan-kegiatan sebelumnya tiga puluh menit sebelum pembinaan dimulai peneliti sudah ada di sekolah. Setelah koordinasi dengan kepala sekolah, menyampaikan penilaian hasil kegiatan siklus I masih perlu peningkatan, maka pengawas akan melakukan pembinaan kembali dalam menyusun program remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar. Kesepakatan pengawas dengan kepala sekolah agar tidak mengganggu pelajaran anak-anak maka kegiatan pembinaan dilakukan setelah anak-anak pulang sekolah. Pada awal pertemuan di kelas pengawas mengkondisikan guru untuk siap menerima materi pembinaan, setelah kondisi guru siap menerima pembinaan, maka pengawas mulai melakukan pembinaan dengan mengucapkan salam pembuka dan menyampaian tujuan pembinaan yaitu agar guru dapat menyempurnakan program remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika yang telah dibuat.
Awal pembinaan pengawas menyampaikan bahwa hasil penilaian penyusunan program remedial pada pertemuan yang lalu masih terdapat kelemahan-kelamahan antara lain dalam 1) menentukan metode, 2) Menentukan langkah-langkah remedial, 3) menentukan cara-cara memotivasi siswa dan 4) cara menyusun bahan remedial. Berdasarkan hasil penilaian itu pengawas memberikan pembinaan dan penjelasan masing-masing kelemahan tersebut. Untuk menentukan metode upayakan dua metode atau lebih yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan materi remedial. Menentukan langkah-langkah kegiatan remedial harus mendapat perhatian yang sangat serius  dan diuaraikan sedemikian rupa secara rinci cara-cara memecahkan operasi hitung sehingga anak-anak mudah melakukan operasi hitung yang di pelajari. Dalam kegiatan awal pelaksanaan remedial upayakan adanya kegiatan yang dapat memotivasi siswa sehingga anak-anak mau belajar matematika. Selenjutnya untuk menyusun bahan remedial yang menjaddi catatan penting adalah dalam hal materi berdasarkan pada kesulitan/ hambatan-hambatan yang dihadapi siswa sehingga materi itu terfokus sesuai dengan karakteristik kesulitan masing-masing siswa.
Kegiatan selanjutnya pengawas memberikan kesempatan pada guru untuk bertanya tentang materi yang telah disampaikan. Ada guru yang bertanya “bagimana cara menentukan langkah-langkah kegiatan dalam memberikan remedial?” Selanjutnya pengawas mnjelaskan cara menentukan langkah-langkah kegiatan dalam memberikan remedial. Hal yang harus kita perhatikan adalah dimana letak kesulitan bagi siswa, disitulah penekanan kegiatan yang harus kita lakukan. Berdasarkan kesulitan siswa untuk menguasai materi pelajaran tersebut, maka kita sebagai guru harus mencarikan jalan yang termudah bagi siswa untuk menguasai materi pelajaran tersebut.
Untuk memperjelas pemahaman guru pengawas memberikan contoh program remedial kepada masing-masing guru. Dengan mendengarkan penjelasan pengawas, guru-guru memperhatikan contoh program remedial yang telah diterimanya pada tiap-tiap kompnen yang ada. Penggawas mengingatkan kembali bahwa pada setiap akhir pembelajaran /penyampaian materi pembelajaran maka seorang guru harus melaksanakan evaluasi untuk mengetahui apakah kompetensi dasar atau materi pelajaran yang disampaikan sudah dikuasai sepenuhnya olah smua siswa atau belum. Guru melaksanakan analisis hasil evaluasi belajar siswa yang salah satu hasilnya guru mengetahui anak-anak yang belum tuntas, belum mencapai KKM, belum menguasai materi sepenuhnya dan memprediksi hambatan/kesulitan siswa-siswa tersebut. Berdasarkan hasil analisis evaluasi belajar dan kesulitan/hambatan siswa yang belum mencapai KKM ini maka guru akan membuat program remedial. Jadi pbagi anak-anak yang belum mencapai KKM itu yang menjadi sasaran program remedial.
Selanjutnya pengawas menugaskan pada guru-guru untuk membaca dan memperhatikan komponen-komponen yang ada pada contoh program remedial yang telah dibagikan. Guru-guru dipersilahkan untuk berdiskusi dengang teman yang lain tentang contoh program remedial yang ada. Setelah membaca dan diskusi maka pengawas mengadakan tanya jawab dengan guru-guru, antara lain “apa kesulitan ibu-ibu dalam menyusun program remedial?”. Ada guru yang menjawab “saya kesulitan dalam menentukan langkah-langkah penyampaian materi remedial, lalu apa yang harus saya lakukan?”.
Pengawas menjelaskan bahwa pada pertemuan yang lalu sudah saya sampaikan bahwa yang menjadi perhatian/penekanan dalam pembuatan program remedial adalah pada pelaksanaan inti pembelajaran yaitu mencarikan jalan/cara belajar yang paling mudah agar anak-anak dapat menguasi dan memahami kompetensi dasar yang dipelajari. Untuk itu maka kita harus betul-betul megetahui letak kesulitan siswa dan memahami materi pelajaran yang akan kita sampaikan kepada siswa. Pertemuan yang lalu kita telah membahas tentang program remedial bagi anak-anak yang bersulitan belajar dalam menentukan nilai tempat sehingga untuk opersi penjumlahan yang bersangkutan mengalami kesulitan. Pertemuan kali ini saya akan memberikan contoh untuk menangani anak-anak yang kesulitan opersi pengurangan.
Pengawas melatih guru dalam membuat program remedial bagi anak-anak yang berkesulitan dalam pengurangan misalnya operasi pengurangan 38 – 15 = … bagi anak berkesulitan belajar mengalami kesulitan untuk  mengurangkan, maka kita sebagai guru harus mencarikan cara termudah untuk mengurangkan bilangan tersebut, misalnya:
38  15  =  . . .
Yang kita lakukan adalah melatih anak untuk mengerjakan operasi pengurangan tersebut dengan cara yang paling mudah dan sederhana misalnya kita mulai mengurangkan dengan mengubah menjadi bersusun panjang sebagai berikut:
38      =   . . .      +    . . .
15      =   . . .      +    . . .
––––––––––––––––––  
          =     . . .    +    . . .
          =     . . .

Kita harus menjelaskan pada anak bahwa kita harus memisahkan angka puluhan dan satuan yaitu 38 terdiri dari 3 puluhan (30) dan 8 satuan sedangan 15 terdiri dari 1 puluhan (10) dan 5 satuan. Langkah selanjutnya adalah menjelaskan pada anak bahwa kita akan mengurangkan angka satuan dengan satuan dan angka puluhan dengan puluhan, yaitu 8 dukurangi 5 sama dengan 3 (8 – 5 = 3) tulis angka 3 dibawah angka 5, dan selanjutnya angka 30 di kurangi 10 sama dengan 20 (30 – 10 = 20), 20 tulis di bawah angka 10 sejajar 3, selanjutnya jumlahkan puluhan (20) dengan satuan (3) sama dengan 23 dengan demikian dapat diketahui bahwa 38 – 15 = 23
38      =     30    +    8
15      =     10    +    5      
––––––––––––––––––   
          =     20    +    3
          =     23

Setelah anak menguasai dengan cara panjang, baru anak diajak unjtuk mengoperasikan pengurangan tersebut dengan jalan pendek sebagi berikut:
38
15
–––   
 . . .

Langkah selanjutnya adalah mengurangkan bilangan satuan dengan satuan yaitu 8 – 5 = 3, tulis angka 3 dibawah angka 5, dan kurangkan angka puluhan dengan puluhan  yaitu  3 – 1= 2,  tulis angka 2 dibawah angka 1 sebelah kiri angka 3, dengan hasil tersebut sehingga dapat diketahui bahwa 38 – 15 = 23
38                                      3 8                                     3 8
1 5                                     1 5                                     1 5
–––                                 –––––                           –––––          
. . .                                        3                                     2  3

Jadi 38 – 15 = 23
Ada seorang guru yang menanyakan “bagaimana cara menentukan langkah-langkah kegiatan operasi pengurangan dengan teknik meminjam?”. Pengawas menjelaskan bahwa pada prisnsipnya sama yaitu mencarikan cara termudah bagi anak-anak misalnya 32 – 15 = ….
32
15
–––   
 . . .
Langkah selanjutnya adalah mengurangkan bilangan satuan dengan satuan yaitu 2 – 5, karena 2 dikurang 5 tidak bisa maka pinjam angka 1 puluhan dari angka 3 puluhan, tulis angka 12 satuan di atas angka 2, karena 3 puluhan di pinjam 1 maka tinggal 2 puluhan maka tuliskan angka 2 puluhan tersebut diatas angka 3, selanjutnya kurangkan angka satuan dengan satuan  yaitu  12`– 5 = 7,  tulis angka 7 dibawah angka 5 selanjutnya kurangkan angka puluhan dengan puluhan  yaitu  2`– 1 = 1,  tulis angka 1 dibawah angka 1 sebelah kiri angka 7, dengan hasil tersebut sehingga dapat diketahui bahwa 32 – 15 = 17
                                          12                                2 12
32                                      3 2                                     3 8
1 5                                     1 5                                     1 5
–––                                 –––––                           –––––          
. . .                                     . .  .                             . . .

 212                                2 12                                2 12
32                                      3 2                                     3 8
1 5                                     1 5                                     1 5
–––                                 –––––                           –––––          
. . .                                        7                                     1  7

Jadi 32 – 15 = 17

Pada akhir kegiatan pengawas bersama-sama guru menyimpulkan materi bahwa program remedial dibuat untuk mengulang materi bagi anak-anak berkesulitan belajar, dengan mencarikan cara yang termudah agar anak-anak dapat menguasai materi yang dipelajari. Pengawas memberikan tugas pada guru untuk mencoba membuat program remedial sesuai dengan kesulitan anak dikelas yang menjadi tanggung jawabnya masing-masing untuk dibahas pada pertemuan yang akan datang.

b.      Pelaksanaan Tindakan pertemuan keempat Siklus II
Pada tanggal 13 September 2011 dilaksanakan tindakan sekolah pertemuan ke empat, pengawas melatih guru-guru untuk membuat program remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika. Kegiatan dilakukan pada setelah anak-anak pulang sekolah sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar disekolah. Lonceng berbunyi tanda pulang sekolah, anak-anak berdo’a kemudian bertebaran dihalaman sekolah untuk pulang kerumah masing-masing. Suasana sekolah jadi sunyi anak-anak sudah pulang, guru-guru sudah siap diruangan, pengawas mengikuti masuk ruangan dan menyampaikan salam  pada guru-guru guru-guru juga membalas salam secara bersama-sama. Selanjutnya pengawas mengulang menyampikan tujuan kegiatan yang dilakukan yaitu pembinaan pembuatan program remedial untuk membantu anak-anak berkesulitan belajar matematika agar dapat memahami dan menguasai materi pelajaran dengan muda. Pertemuan yang lalu kita telah menguraikan cara membantu anak-anak berkesulitan belajar tentang pengurangan. Sebelum kita lanjutkan, mungkin masih ada kesulitan dalam mengembangkan dan menyusun program remedial. Salah seorang guru menyampaikan permasalah bahwa “anak-anak yang lambat belajar dalam matematika  pada umumnya tidak hafal kalian, sehingga mereka kesulitan bahkan tidak dapat mengikuti pelajaran matematika misalnya mencari luas empat persegi panjang, mencari akar dan memecahkan soal matematika lainnya”. Pengawas menanggapi keluhan guru tersebut baiklah dalam kesempatan ini mari kita coba untuk membuat program remedial bagi anak-anak yang kesulitan melakukan operasi perkalian.
Agar anak mudah menghafal perkalian, maka kita tanamkan konsep perkalian pada anak bahwa perkalian merupakan singkatan dari penjumlahan dengan suku-suku yang sama atau hasil perkalian merupakan hasil penjumlahan berulang (Ekaningsih: 1998:90-91). Misalnya penjumlahan 3 + 3 + 3 + 3 + 3 ini sama dengan 5 x 3 disebut perkalian 5 dan 3. Contoh lainnya:
3 x 6 artinya 6 x 6 x 6
6 x 4 artinya 4 x 4 x 4 x 4 x 4 x 4
Setelah kita menyampikan konsep perkalian pada anak-anak, dalam program remedial bagi anak-anak yang mengalami hambatan dalam perkalian kita harus memberikan contoh-contoh pengoperasian perklian dengn cara yang sederhana dan mudah dipahami oleh siswa. Pengawas memberikan contoh dan melatih guru-guru untuk mengingat kembali cara pengoperasian perkalian, dengan menjelaskan cara atau langkah-langkah pengerjaannya, misalanya 13 x 3 = …  untuk anak-anak slow lener (lamabat belajar) akan mengalami kesulitan, maka kita harus melatih untuk mengerjakan perkalian tersebut dengan cara yang sederhana dan mudah dipahami anak-anak misalnya dengan mengubah perkalian tersebut menjadi bersusun panjang sebagai berikut:
13   =   . . .      +    . . .  
  3   =             . . .
––––––––––––––––––  x
               . . .    +    . . . .
 =     . . .

Kita perlu menjelaskan pada anak bahwa kita harus memisahkan angka puluhan dan satuan yaitu 13 terdiri dari 1 puluhan yang berarti 10 dan 3 masing-masing akan kita kalikan dengan angka 3. Satuan kalikan lebih dulu yaitu 3 dikalikan 3 sama dengan  9 tulis angka 9 dibawah angka 3 satuan. Selanjutnya mengalikan angka puluhan yaitu 3 dikalikan 10 sama dengan 30 tulis dibawah angka puluhan baru kemudian jumlahkan hasil perkalian puluhan dengan satuan yaitu 30 ditambah 9 sama dengan 39.
13   =   10     +      3
  3   =             3
––––––––––––––––––  x
             30    +     9
 =    39

Contoh berikutnya misalnya 25 x 7 kita pisahkan puluahan dengan satuan yaitu 25 sama dengan 2 puluhan = 20 ditambah 5 satuan = 5 masing-masing dikalikan 7. Satuan kalikan lebih dulu yaitu 7 dikalikan 5 sama dengan  35 tulis angka 35 dibawah angka 5 satuan. Selanjutnya mengalikan angka puluhan yaitu 7 dikalikan 20 sama dengan 140 tulis dibawah angka puluhan baru kemudian pisahkan angka ratusan, puluhan dan satuan yaitu 35 = 30 + 5 dan 140 =100 + 40 kemudian tuliskan ratusan, puluhan dan satuan tesebut baru di jumlahkan sehingga hasilnya menjadi 175.
25   =   20     +      5
  7   =             7
––––––––––––––––––  x
             140    +     35
 =    100  + 40  +  30  + 5
 =    175

Setelah dengan jalan panjang kita latih anak untuk operasi perkalian dengan jalan pendek misalnya  13 x 2 = . . . kalikan satuan 2 dikalikan 3 sama dengan 6 tulis angka 6 di bawah angka 2 lurus dengan 3 satuan, baru kalikan puluhan 2 x 1 sama dengan 2 tulis angka 2 puluhan ini dibawah angka 1 puluhan perhatikan contoh berikut:

  1 3                                1  3                                 1   3
    2                                         2                                          2
–––  x                               –––––  x                            ––––– x       
. . .                                          6                                    2   6

Contoh berikutnya adalah : 36 x 4 = . . . kalikan satuan lebih dulu  4 dikalikan 6 sama dengan 24 tulis angka 4 di bawah angka 4 lurus dengan 6 satuan, simpan angka 2 tuliskan angka 2 tersebut diatas angka 3 puluhan, baru kalikan puluhan 4 dikalikan 3 sama dengan 12 ditambahkan angka 2 yang disimpan menjadi 14 tulis angka 14 dibawah angka 3 puluhan sehingga hasil 36 x 4 = 144 perhatikan contoh berikut:
                                                                   2                         2     
  3 6                            3  6                          3  6                     3   6
    4                                    4                                 2                                 4
–––  x                         –––––  x                   –––––  x             ––––––– x       
. . .                                     4                                 4                      1   4   4

Selanjutnya untuk perkalian puluhan di kalikan puluhan (28 x 26 = . . .) kalikan satuan dengan satuan lebih dulu  6 dikalikan 8 sama dengan 48 tulis angka 8 di bawah angka 6 satuan, simpan angka 4 tuliskan angka 4 tersebut diatas angka 2 puluhan, baru kalikan satuan dengan puluhan 6 dikalikan 2 sama dengan 12 ditambahkan angka 4 yang disimpan menjadi 16 tulis angka 16 dibawah angka 2 puluhan sehingga hasil 168  baru mengalikan puluhan dengan satuan 2 dikalikan 6 sama dengan 12 tulis angka 2 dibawah angka 6 puluhan simpan angka 1 tulis angka 1 diatas angka 4 yang dicoret karena tidak terpakai lagi baru kalikan puluhan dengan puluhan 2 dikalikan 2 sama dengan 4 tambahkan 1 yang disimpan sehingga menjadi 5 tulis angka 5 di bawah angka 1 ratusan sehingga hasilnya menjadi 52, selanjutnya jumlahkan 168 (ratusan, puluhan dan satuan) dengan 52 (ratusan dan puluhan) perhatikan contoh berikut:
                                   4                             4                    
  2 6                            2  6                          2  6                
 2 8                               2   8                            2  8                      
–––  x                         –––––  x                   –––––  x                     
. . .                                     8                        1  6  4                      
                                   1                             1                         1  
                                   4                             4                         4     
    2 6                          2  6                          2  6                     2   6
    2 8                            2   8                            2  8                                  4
–––––  x                    –––––  x                   –––––  x             ––––––– x       
1 6 8                         1  6  8                        1  6  8                        1   6   8
                                    2                          5  2                   5   2
                                                                                          –––––––  +
                                                                                           6   8   8
Pengawas memberikan tugas kepada guru untuk mengembangkan menyusun program remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika. Pengawas bersama guru menyimpulkan materi yang telah di bahas yaitu penyelesaian perkalian untuk anak-anak berkesulitan belajar. Selanjutnya pengawas mengingatkan kembali bahwa komponen-komponen program remedial meliputi: 1) Identitas Sekolah, 2) Identitas Mata Pelajaran, 3) Kelas dan Semester, 4) Alokasi waktu yang diperlukan, 5) Jumlah pertemuan,     6) Standar Kompetensi,   7) Kompetensi Dasar, 8) Indikator,    9) Tujuan pembelajaran,         10) Metode pembelajaran, 11) Materi Ajar, 12) Kesulitan/hambatan siswa, 13 Langkah-langkah pembelajaran (kegiatan awal, inti dan penutup), 14) Alat, Bahan dan Sumber Belajar, serta 15) Penilian.

c.       Pelaksanaan Evaluasi dan Refleksi Tindakan pada Siklus II
Evaluasi pelaksanaan tindakan sekolah pada siklus I ini adalah mengevaluasi program remedial hasil latihan dan pengembangan guru-guru yang menjadi subyek penelitian. Hasil penilaian dengan 15 indikator penilaian Program remedial yang dibuat 6 orang guru kelas pada siklus II dapat di lihat pada tabel 3.

Tabel 3: Hasil Penilaian Program Remedial pada Siklus II
No
Indikator
Skor penilaian Guru Kelas
Jumlah
1
2
3
4
5
6
Skor
Rt-rt
1
Merumuskan tujuan
5
4
5
5
4
4
27
  4.50
2
Menentukan metode
4
3
3
3
4
4
21
3.50
3
Menentukan langkah-langkah
4
4
4
4
5
4
25
  4.17
4
Menentukan cara memotivasi
4
4
4
4
4
4
24
  4.00
5
Bahan berpedoman pada karakteristik siswa
4
4
4
4
5
5
26
4.33
6
Bahan sesuai kesulitan siswa
4
5
5
4
4
5
27
4.50
7
Bahan tersesusun sesuai teraf kemampuan berpikir siswa
3
4
4
4
3
4
22
3.67
8
Pengaturan ruang kelas
4
4
4
4
4
4
24
4.00
9
Menentukan alokasi waktu
4
4
4
4
4
5
25
4.17
10
Menentukan cara siswa aktif
4
4
4
4
4
4
24
4.00
11
Menentukan pengembangan alat
4
4
4
4
4
4
24
4.00
12
Menentukan media
4
4
4
4
4
4
24
4.00
13
Menentukan sumber
4
4
4
4
4
4
24
4.00
14
Menentukan bentuk/prosedur penilaian
4
4
4
4
4
4
24
4.00
15
Membuat alat penilaian
4
4
4
4
4
4
24
4.00

Jumlah
60
60
61
60
61
63

60.83

Rata-Rata
4.00
4.00
4.07
4.00
4.07
4.20
24.33
4.06

Dengan menganalisis hasil evaluasi pada tindakan siklus II penyususnan program remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika mencapai nilai rata-rata 4,03 dapat di golongkan kategori baik. Penelitian tindakan sekolah ini dapat dikatakan berhasil sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan pada bab III bahwa penelitian ini berhasil bila hasil evaluasi dari penyusunan program remedial minimal mendapat nilai baik. Karena keterbatasan waktu maka penelitian ini hanya dapat dilakukan sempai dua siklus.   

B.     PEMBAHASAN
SD Negeri 2 Belimbing Raya adalah salah satu penyelenggara program pendidikan inklusi yang konskuensinya sekolah harus menerima semua siswa dalam kondisi apapun termasuk anak-anak yang berkesulitan belajar matematika. Karena kondisi anak berkesulitan belajar matematika selalu mengalami hambatan dalam menerima pelajaran dan nilainya belum mencapai KKM, maka mereka perlu di berikan remedial teaching. Agar dapat memberikan remedial secara optimal dan terarah, maka guru harus membuat program remedial. Penyusunan program remedial meliputi beberapa komponen antara lain: 
1.      Identitas Sekolah
2.      Identitas Mata Pelajaran
3.      Kelas dan Semester
4.      Alokasi waktu yang diperlukan
5.      Jumlah pertemuan
6.      Standar Kompetensi
7.      Kompetensi Dasar
8.      Indikator
9.      Tujuan pembelajaran
10.  Metode pembelajaran
11.  Materi Ajar
12.  Kesulitan/hambatan siswa
13.  Langkah-langkah pembelajaran (kegiatan awal, inti dan penutup)
14.  Alat, Bahan dan Sumber Belajar
15.  Penilian.
Untuk menyusun program remedial agar dapat membantu anak berkembang secara optimal, maka kita sebagai guru harus mngetahui kesulitan/hambatan-hambatan yang dialami siswa. Kesulitan bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika antara lain: kesulitan dalam operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Bagi anak-anak berkesulitan belajar banyak yang mengalami kesulitan dalam memahami tentang nilai tempat seperti nilai ratusan, puluhan dan satuan. Akibat tidak memahami nilai tempat ini anak berkesuitan belajar matematikan akan kesulitan dalam penjumlahan seperti menjumlahkan semua digit tanpa memperhatikan nilai tempat sehingga hasil akhir penjumlahan tdak sesuai dengan apa yang seharusnya. Selain kesulitan dalam penjumlahan maka siswa akan kesulitan pada oeparsi matematika yang lainnya. Agar anak dapat berkembang secara optimal, maka guru dalam membuat program remedial perlu mengetahui hambatan da kesulitan anak dalam memahami konsep matematika, carikan cara pemahaman yang paling mudah dan sederhana bertahap dari yang mudah sampai yang komplek sehingga anak betul-betul memahami konsep matematika secara keseluruhan.
Agar dapat menangani berbagai macam kesulitan dan hambatan yang dialami anak-anak guru juga perlu mendapatkan pembinaan yang intensif sehingga pelayanan yang diberikan pada anak-anak juga terarah sesuai dengan tujuan pendidikan pada umumnya. Pembinaan guru selalu muncul permasalahan bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan guru serta situasi dan kondisi lingkungan yang ada. Pembinaan Pembuatan program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika juga menimbulkan permasalahan-permasalahan disekolah karena guuru satu dengan guru yang lainya ada perbedaan persepsi tentang program remedial tersebut, untuk itu pengawas perlu melakukan pembinaan yang efektif dan efisien salah satunya dengan metode CLCK.
Pelaksanakan pembinaan dengan metode CLCK, pengawas memberikan contoh program remedia, menguraikan komponen-komponen program remedial dan memberikan contoh cara mengatasi kesulitan-kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika seperti dalam penjumlahan, pengurangan dan perkalian. Selain mendapatkan contoh program remedial guru-guru juga diberi kesempatan untuk latihan, mencoba dan mengembangkan penyusunan program remedial. Hasil penyusunan program remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika yang dibuat guru diadakan evaluasi dan analisis untuk meningkatkan kegiatan-kegiatan selanjutnya. Perbandingan hasil penilaian program remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika yang dibuat guru pada siklus I dan siklus II dapat dilhat pada Tabel 4.

Tabel 4: Perbandingan Hasil Penilaian Program Remedial Siklus I dan II
No
Indikator
Rata-Rata Skor
Siklus I
Siklus II
1
Merumuskan tujuan
4.33
4.50
2
Menentukan metode
3.00
3.50
3
Menentukan langkah-langkah
3.00
4.17
4
Menentukan cara memotivasi
3.00
4.00
5
Bahan berpedoman pada karakteristik siswa
3.33
4.33
6
Bahan sesuai kesulitan siswa
4.17
4.50
7
Bahan tersesusun sesuai teraf kemampuan berpikir siswa
3.67
3.67
8
Pengaturan ruang kelas
4.00
4.00
9
Menentukan alokasi waktu
4.00
4.17
10
Menentukan cara siswa aktif
4.00
4.00
11
Menentukan pengembangan alat
3.50
4.00
12
Menentukan media
4.00
4.00
13
Menentukan sumber
4.00
4.00
14
Menentukan bentuk/prosedur penilaian
4.00
4.00
15
Membuat alat penilaian
4.00
4.00

Jumlah
56.00
60.83

Rata-Rata
3.73
4.06

Berdasarkan data tersebut pembinaan dengan metode Contoh Latih Coba dan Kembangkan (CLCK) dalam penyusunan Program Remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika yang telah dilakukan selama empat kali pertemuan dengan memberikan contoh program remedial dan latihan-latihan penyusunan program remedial serta mencoba dan mengembangkan penyusunan program remedial menunjukan  hasil yang baik. Sesuai dengan hasil analisis evaluasi pada tindakan siklus I dan II penelitian ini dapat dikatakan berhasil. Keberhasilan dalam penelitian ini ditunjukan adanya peningkatan hasil penilaian pada program remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika yang dibuat oleh 6 orang guru kelas pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 3,73 dan pada siklus II memperoleh nilai rata-rata 4,03 dengan kategori Baik.

BAB  V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.          Kesimpulan
               Berdasarkan uraian hasil Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dan Analisis hasil pembinaan dengan metode Contoh Latih Coba dan Kembangkan (CLCK) dalam penyusunan Program Remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika dapat disimpulkan :
1.        Metode CLCK dapat meningkatkan kemampuan guru dalam  penyusunan Program Remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika.
2.        Berdasarkan penilaan penyusunan program remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika yang dibuat oleh 6 orang guru memperoleh nilai rata-rata 3.73 pada siklus I dan nilai rata-rata 4,03 pada siklus II.
              
B.           Saran-saran
1.      Bagi para guru yang siswanya belum mencapai KKM agar membuat program remedial  dan mencarikan cara termudah dalam memahami materi pembelajaran khususnya bagi anak-anak yang mengalami kesulitan belajar matematika.
2.      Bagi Pengawas dan Kepala Sekolah  melalui supervisi dapat memberikan bimbingan kepada guru-guru untuk membuat program remedial dengan pendekatan CLCK serta pendekatan yang lainnya.
3.      Bagi peneliti lanjutan, penelitian ini dapat diteliti dengan kajian yang lebih luas sehingga hasilnya akan lebih sempurna.

DAFTAR PUSTAKA


Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru Bandung: CV Yrama Widya.

Asrori, 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Wacana Prima.

Berit H. Johnsen dan Miriam D. Skjorten, 1935. Pendidikan Kebutuhan Khusus Sebuah Pengantar. Terjemahan oleh Susi Septaviana Rakhmawati, 2003. Bandung: Program Pascasarjana  Universitas Pendidikan Indonesia.

Depdiknas, 2002.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ketiga, Jakarta: Balai Pustaka

Dirjen PMPTK, 2008a. Pedoman Penelitian Tindakan Sekolah (School Action Research)Peningkatan Kompetensi Supervisi Pengawas Sekolah SMA/SMK.  Jakarta: Depdiknas, Ditjen PMPTK.

Dirjen PMPTK, 2008b. Petunjuk Teknis Penelitian Tindakan Sekolah (School Action Research)Peningkatan Kompetensi Supervisi Pengawas Sekolah SMA/SMK. Jakarta: Depdiknas, Ditjen PMPTK.

Purwanto, E. dan Suhairi H.N. 1996. Bimbingan Konseling Anak Luar Biasa. Jakarta: Depdikbud.

Ekodjatmiko, 2007.  Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa.

Fish  John &  Evans Jennifer, 1995, Managing Special Education (codes, charters, and competition) , Buckingham, Open University Press.

Foreman, Phil. 2000, Integration And Inclusive In Action 2nd Edition, Australia: Nelson Thomson Learning, Victoria.

Uno, Hamzah B. 2011. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajaryang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara

Harwell J. M., 1998, Complete Learning Disabilities handbook New Second Edition, California, USA : The Center for Applied Research in Education,.
Majid, Abdul, 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Moch Sholeh Y.A. Ichrom, 2004. Menjadikan Lingkungan Inklusif ramah terhadap pembelajaran (LIRP). Jakarta : Direktorat Pendidikan Luar Biasa, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Mulyasa, E. 2009. Standar Kompetensi dan Sertifikasi guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Mulyono, 2003. Morfologi Bahasa Indonesia, Modul IND A.06 Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Dirjendikdasmen, Depdiknas

Nasichin, 2001. Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Direktorat Pendidikan Luar Biasa, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Paimin. Joula Ekaningsih, 1998. Agar Anak Pintar Matematika. Jakarta: Puspa Swara

Suharsimi A. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Suharsimi A., 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Usman M.U. dan Lilis S. 2001. Upaya Optimalisasi Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Usman M.U. 2011. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


Suka artikel ini?

0 komentar on MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU MEMBUAT PROGRAM REMEDIAL BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBINAAN GURU DENGAN METODE CLCK DI SEKOLAH INKLUSI SDN 2 BELIMBING RAYA TAHUN 201 :

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Komunitas Komunitas