JURNAL
SEMINAR
P
T K /
P T S
MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA KELAS VII SMPN 2 MUARA
UYA PADA MATERI EKOSISTEM MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE JIGSAW DIMODIFIKASI
SUCIPTO
SMPN
2 MUARA UYA KABUPATEN TABALONG
ABSTRAK
Telah dilakukan
penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw dimodifikasi untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa kelas
VII SMPN 2 Muara Uya pada metri ekosistem pada konsep komponen-konponen,
satuan-satuan dalam ekosistem dan rantai makanan, jaringjaring makanan. Tujuan
penelitian adalah meninhgkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa, serta
bagaimanan respon siswa terhadap proses pembelajaran.Penelitian tindakan kelas
ini dilakukan sebanyak dua siklus, di mana siklus I dilakukan 2 kali
pertemuan/tindakan dan siklus II satu pertemuan. Siklus 2 merupakan perbaikan dari siklus I dengan materi
lanjutan dari pokok bahasan yang sama yaitu ekosistem Subyek penelitian adalah
siswa kelas VII SMPN 2 Muara Uya yang terdiri dari 14 siswa tahun pelajaran
2010/2011. Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dimodifikasi yang PBM dilakukan puzlle
semua siswa terlibat di dalam kelompok sebagai model organisme yang ada di
dalam ekosistem, hal ini meningkatkan aktivitas, keaktifan, dan respon siswa
dalam KBM sehingga hasil belajar siswa meningkat. Meningkatnya hasil belajar
siswa berarti ketuntasan hasil belajar secara klasikal tercapai yaitu : dari
42,86% menjadi 85,72%, begitu juga respon siswa dikatakan positif karena jumlah
persentasi katagori yang memilih setuju dan sangat setuju >50% dari katagori
tidak setuju dan tidak menjawab. Hal ini berarti menggunakan model kooperatif
tipe Jigsaw yang dimodifikasi (ada puzlle) dapat meningkatkan aktivitas, respon
siswa dalam PBM sehingga hasil belajar tercapai sesuai yang diinginkan.
Kata kunci: Jigsaw,
komponen-komponen, satuan-satuan, ekosistem, rantai makanan, jarring-jaring
makanan, piramida makanan.
PENDAHULUAN
Keterampilan
mengamati dan memaknai ekosistem adalah salah satu keterampilan yang harus
dimiliki oleh siswa SMP dalam Mata Pelajaran IPA, sehingga siswa memahami dan memaknai
bagaimana kehidupan di ekositem yang
saling berhubungan/berinteraksi dan
saling memerlukan antara mahkluk hidup yang
satu dengan yang lainnya termasuk mahkluk
tak
hidup. Standar Kompetensi yang diharapkan adalah siswa mampu memahami saling ketergantungan dalam ekosistem dan menentukan
saling ketergantungan antara komponen-komponen dalam ekosistem.
Namun kondisi di
Lapangan masih jauh dari kompetensi yang diharapkan, sebagian besar siswa
mengalami kesulitan dalam memahami, mengamati interaksi antara
komponen-komponen yang ada di dalam ekosistem dalam pembelajaran IPA, kesulitan
ini disebabkan oleh kurangnya kompetensi siswa atau kurangnya aktivitas dan
motivasi siswa untuk mempelajari dan mengamati ekosistem yang ada disekitar
siswa, bahwa komponen-komponen dalam ekosistem saling berhubungan atau saling
memerlukan.
Problematika tersebut juga terjadi pada
siswa kelas VII SMPN 2 Muara Uya dalam kegiatan pembelajaran materi “ekosistem”.
Sebagian siswa enggan untuk belajar mencoba memahami dan mengingat apa yang
diajarkan oleh guru, hanya siswa yang berkemampuan tinggi (high level) yang aktif mencoba bertanya, mengingat dan memahami
yang diajarkan, kenyataan ini menyebabkan nilai rata-rata siswa kelas VII semester ganjil dalam pembelajaran IPA
masih di bawah KKM 60. Hanya 40% siswa
yang mencapai ketuntasan sedangkan belajar atau dengan nilai >_ 60 sedangkan
60% belum tuntas. Berdasarkan hasil refleksi awal peneliti, hal tersebut
disebabkan antara lain penyajian model pembelajaran yang belum tepat, guru
relatif kurang mengoptimalkan motivasi dan aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran IPA.Bertolak dari permasalahan yang dijumpai di kelas maka
diupayakan tindakan guru untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam
pembelajaran IPA khususnya materi ekosistem dengan harapan kompetensi siswa
untuk memahami, mempelajari dan memaknai dalam konsep ketergantungan dalam
ekosistem serta dapat berinteraksi dengan lingkungan meningkat. Model
pembelajaran yang diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan di atas adalah
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, melalui tipe pembelajaran ini diharapkan akan
tercipta pembelajaran yang menarik
perhatian siswa sehingga siswa termotivasi untuk belajar IPA, khususnya pada
materi ekosistem.
Agar peserta didik SMP
dapat mempelajari IPA dengan benar, maka IPA harus dikenalkanlkan secara
utuh baik menyangkut obyektif, persoalan maupun tingkat organisasi dari
benda-benda yang ada di alam jagat raya.
Dimensi obyek IPA meliputi :
a.
Benda hidup: mencakup (a)Plantae
(tumbuhan), (b)Animalium(hewan) termasuk didalamnya manusia, (c)Fungi(jamur),
(d)protista, (e) Archebacteria, dan (f) Eubacteria.
b.
Benda tak hidup : mencakup (a) Bumi
(tanah dan batuan, air dan udara), (b) Tata Surya, (c) Galaksi, dan (d) Jagat
Raya (alam semesta).
Dengan demikian IPA sebagai mata
pelajaran hendaknya diajarkan secara utuh dan terpadu tidak dipisah-pisahkan
antara biologi, fisika, kimia dan bumi antariksa. Ditinjau dari segi proses
maka IPA memiliki berbagai keterampilan sains,
misalnya : (a) mengindentifikasi dan menentukan variabel tetap/bebas dan
variabel berubah/tergayut, (b) menentukan apa yang diukur dan diamati, (c)
keterampilan mengamati menggunakan sebanyak mungkin indera, mengumpulkan fakta
yang relevan, mencari persamaan dan perbedaan, mengklarifikasi, (d)
keterampilan dalam menafsirkan hasil pengamatan seperti mencatat secara
terpisah setiap jenis pengamatan dan dapat menghubung-hubungkan hasil
pengamatan, (e) keterampilan menemukan suatu pola dalam segi pengamatan dan
keterampilan dalam mencari kesimpulan hasil-hasil pengamatan.
Berhasil tidaknya proses
pembelajaran sebagian besar tergantung skenario, model pembelajaran yang
dilakukan oleh guru. Guru harus mampu memilih model pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik dan tujuan yang ingin dicapai. Pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Aronson,Blaney, Stephen, Sikes And
Snaap tahun 1978 di Universitas Texas. Model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw merupakan
pembelajaran kooperatif,siswa belajar dalam
kelompok kecil yang terdiri dari 4 orang dengan memperhatikan keheterogenan,
bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggungjawab untuk mempelajari
masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut
kepada anggota kelompok yang lain.
Keunggulan kooperatif tipe jigsaw meningkatkan rasa
tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran
orang lain. Semua siswa juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi
tersebut pada anggota kelompok yang lain. Dalam model pembelajaran koopertif
tepi jigsaw, terdapat kelompok ahli dan kelompok asal. Kolompok asal adalah
kelompok awal siswa terdiri dari beberapa anggota ahli yang dibentuk dengan
mamperhatikan keragaman dan latar belakang. Guru harus terampil dan mengetahui
latar belakang siswa agar tercipta suasana yang baik bagi setiap anggota
kelompok. Sedangkan kelompok ahli adalah kelompok siswa yang terdiri dari
anggota kelompok ahli (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik
tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Para anggota dari
kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan
membahas materi yang ditugaskan dan pada masing-masing anggota kelompok serta
membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Di sini peran
guru adalah memfasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah
untuk memahami materi yang diberikan. Setelah pembahasan selesai, para anggota
kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman
sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok
ahli. Para kelompok ahli harus mampu untuk membagi pengetahuan yang di dapatkan
saat melakukan diskusi di kelompok ahli, sehingga pengetahuan tersebut diterima
oleh setiap anggota pada kelompok asal. Kunci tipe Jidsaw ini adalah setiap
siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya
para siswa harus memiliki tanggung jawab dan kerjasama yang positif dan saling
ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang
diberikan. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk
mengetahui (1) peningkatan hasil belajar siswa, (2) peningkatan aktivitas siswa
dan (3) respon siswa terhadap penggunaan medel pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw dimodifikasi pada materi ekosis.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini
menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua
siklus, setiap siklus dilaksanakan dengan langkah-langkah : perencanaan,
pelaksanaan, tindakan, pengawasan (observasi) dan refleks. Setiap diakhir
siklus dilakukan postest untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dan
menganalisis kemungkinan terjadinya salah konsep. Siklus I terdiri dari 2
tindakan/pertemuan, sedangkan tiap tindakan berdurasi 2x40 menit. Dan siklus II
merupakan perbaikan dari siklus I dengan materi lanjutan yaitu rantai makanan,
jaring-jaring makanan dan piramida makanan dan dilaksanakan satu
tindakan/pertemuan.
Sebagai subyek penelitian
adalah siswa kelas VII SMPN 2 Muara Uya Tahun Pelajaran 2010/2011, yaitu
berjumlah 14 orang Lokasi Sekolah ini berada di Jalan Bukti Utama No. 07, Rt 08
Ribang, Kecamatan Muara Uya, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Selain
hasil belajar siswa kegiatan pembelajaran di kelas juga diobservasi sebagai
bahan refleksi untuk merancang kegiatan belajar pada siklus berikutnya.
Instrumen penelitian
ini meliputi. (1)pengamatan keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan lembar keterlaksanaan RPP. Lembar ini berisi langkah-langkah
yang dilakukan guru yang harus diceklist pengamat (terlaksana atau tidak), dan catatan
butir-butir yang lemah, butir-butir yang kuat, serta saran dan komentar,(2)pengamatan
aktivitas siswa yang meliputi daftar ceklist, indikator aktivitas
siswa,
catanan butir-butir yang lemah, butir-butir yang kuat, aktivitas yang tidak
terdapat dalam indikator, saran dan komentar,(3)pemberian angket untuk
mendapatkan respon siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan, apakah siswa
Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS),
Setuju (S), Sangat Setuju (SS) dan
Tidak Menjawab (TM).
Hasil penelitian
dianalisis secara deskritif kualitatif yang dilakukan sepanjang penelitian
berlangsung. Dalam arti sejak pengumpulan informasi dilakukan maka sejak itulah
analisis terhadap data yang ditemukan dilakukan pula. Analisa data hasil
Pengamatan keterlaksanaan RPP dianalisa dengan menghitung jumlah butir-butir
yang terlaksana dibagi jumlah butir seluruhnya dikalikan 100%. Dan
memperhatikan butir-butir yang lemah, butir-butir yang kuat serta serta saran
dan komentar pengamat. Tindakan kelas dikatakan berhasil jika siswa mendapat
nilai sesuai KKM ≥ 60 dan secara klasikal ≥ 80% siswa tuntas. Aktivitas siswa
dianalisa dengan melihat jumlah indikator-indikator yang terpenuhi dari
butir-butir aktivitas siswa, Kemudian dideskripsikan berdasarkan kriteria kurang,
sedang, baik dan baik sekali. Analisa data respon siswa dikatakan positif jika
jumlah persentase katagori sangat setuju dan setuju > 50 % dari
jumlah persentase kategori sangat tidak setuju, tidak setuju dan tidak
menjawab.
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil observasi pada
siklus I menunjukkan bahwa pada umumnya siswa masih beradaptasi dengan model pembelajaran yang baru yaitu
model kooperatif tipe Jigsaw yang dimodifikasi. Namun demikian siswa tampak
sangat antusias dan senang mengikuti pelajaran. Secara umum proses pembelajaran
baik pada siklus I maupun siklus II berlangsung sangat baik ≥ 85% anak sangat
senang dan berminat mengikuti PBM.
Hasil belajar
siswa pada siklus I dapat diketahui secara ringkas seperti pada tabel berikut :
Tabel 1. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus
I
Ketuntasan Individu
|
Jumlah
Siswa
|
Prosentasi
|
Ketuntasan Klasikal
|
Siswa
tuntas
|
6
|
42,86 %
|
Tidak tuntas
|
Siswa
tidak tuntas
|
8
|
57,14 %
|
Rentang Nilai Katagori :
< 40 : Amat kurang
40,1 > 54,9
: Kurang
55,0 > 64,9
: Cukup
65,0 > 79,9
: Baik
80,0 > 95,9
: Amat Baik
> 96,0
: Istimewa
|
Gambar.
Daya serap siswa pada siklus I
·
Dari tabel di atas diketahui bahwa
terdapat 6 siswa tuntas hasil belajarnya atau hanya 42,86 %, dan 8 siswa yang
tidak tuntas (57,14). Ketidak berhasilan
terjadi pada butir soal 1 poin a yang merupakan katagori C3 yang indikatornya
menjelaskan, dan butir soal nomor 2 a dan b yang merupakan katagori C4 dengan
indikator macam-macam individu, populasi, dan komunitas pada suatu kawasan.
Jadi siswa harus memahami soal berupa tema atau cerita.
Sehingga secara klasikal belum tuntas,
dan akan dilanjutkan pada siklus II untuk melihar hasil belajar dan ketuntasan
secara klasikal. Sedangkan observasi dan pengamatan terhadap aktivitas pada
pertemuan I dan II menggunakan instrument aktivitas siswa dapat dilihat tabel
berikut ini :
Tabel
2. Penilaian aktivitas siswa siklus I
Berdasarkan data di
atas pada umumnya siswa sudah mampu menerapkan kegiatan belajar dengan baik.
Tetapi masih ada aspek yang kurang baik yaitu membentuk kelompok baru (tim
ahli) hal ini disebabkan baru pertama kali model pembelajaran Jigsaw ini
dilakukan, biasanya pembentukan kelompok hanya satu kali. Aktivitas pembelajran
guru
Hasil pengamatan terhadap pengelolaan
pembelajaran pada siklus I pertemuan 1 dan 2 menggunakan instrumen
keterlaksanaan RPP, secara sederhana dan ringkas data instrumen aktivitas pembelajaran
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel
3. Aktivitas Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus I
Berdasarkan tabel di
atas menunjukan bahwa skor rata-rata untuk setiap aspek yang amati pada
kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang dimodifikasi yang dilakukan
guru sudah baik. Guru dapat mengoperasikan pembelajaran dengan baik dan siswa
menjadi lebih bersemangat dan antusias dalam mengikuti KBM.
Namun pada aspek
pengelolaan waktu yang masih kurang baik. Waktu yang telah dialokasikan untuk
pembelajaran selama 2 x 40 menit ternyata tidak mencukupi hal ini disebabkan
siswa baru mengenal model yang digunakan guru dalam KBM.
Hasil belajar siswa pada siklus II dapat
diketahui secara ringkas seperti pada tabel berikut
:
Tabel 4 Ketuntasan hasil belajar siklus II :
Ketuntasan Individu
|
Jumlah
Siswa
|
Prosentasi
|
Ketuntasan Klasikal
|
Siswa
tuntas
|
12
|
85,72 %
|
Tuntas
|
Siswa
tidak tuntas
|
2
|
14,28 %
|
Dari
table di atas diketahui bahwa terdapat 12 siswa tuntas hasil belajarnya atau
85,72%, dan hanya 2 siswa yang tidak tuntas, sehingga secara klasikal dikatakan
tuntas dan penelitian tindakan kelas ini berhasil.
Sedangkan observasi dan pengamatan
terhadap aktivitas pada siklus II menggunakan instrument aktivitas siswa dapat
dilihat tabel berikut ini :
Tabel
5. Penilaian aktivitas siswa siklus II
Berdasarkan data di atas pada umumnya
siswa sudah mampu menerapkan KBM dengan model
pembelajaran Jigsaw dimodifikasi dengan baik
Hasil pengamatan terhadap pengelolaan
pembelajaran pada siklus II menggunakan
instrumen keterlaksanaan RPP, secara sederhana dan ringkas data instrumen
aktivitas pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 6 Aktivitas Pengelolaan
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus II
Berdasarkan tabel di
atas menunjukan bahwa skor rata-rata untuk setiap aspek yang amati pada
kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang dimodifikasi yang dilakukan
guru sudah baik. Guru dapat mengoperasikan pembelajaran dengan baik dan siswa
menjadi lebih bersemangat dan antusias dalam mengikuti KBM.
Respon siswa selama KBM dengan model pembelajaran yang baru
(model Jigsaw dimodifikasi) yang dilakukan dengan menggunakan angket (lembar
respon siswa) yang dilaksanakan setelah selesai dilaksanakan siklus II, dapat
diambil kesimpulan bahwa respon siswa adalah positif karena >50% siswa
setuju dan sangat setuju, bahkan 59,0% setuju dan 41,0% sangat setuju.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil tindakan kelas terhadap siswa kelas VII SMPN 2 Muara Uya disimpulkan (1)
terjadinya peningkatan nilai yang sangat berarti antara siklus I ke siklus II
yaitu; 6 orang siswa / 42,86% tuntas dan 8 orang siswa /57,14% tidak tuntas,
secara klasikal belum tuntas. Pada
siklus ; 12 orang siswa / 85,72% tuntas, 2 orang siswa / 14,28% tidak
tuntas dan secara klasikal sudah tuntas.
(2) pembelajaran model jigsaw dimodifikasi juga dapat meningkatkan aktivitas
dan motivasi siswa belajar, sehingga dapat dijadikan solusi dalam pelaksanaan
proses pembelajaran IPA khususnya pada konsep ekosistem. (3) respon siswa
terhadap pembelajaran IPA dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dimodifikasi adalah positif karena > 55% siswa senang dan sangat setuju
dengan model pembelajaran yang baru..
Saran
Berdasarkan
hasil penelitian ini disarankan (1) untuk memperkuat wawasan penelitian
tindakan kelas diperlukan kolaboratif lebih dari 1 orang atau 2 orang sehingga
dapat berdiskusi kalau ada permasalahan atau penggabungan model pembelajaran.
(2) sebelum pelaksanaan PTK diperlukan rancangan pembelajaran dan analisis
materi yang akan diajarkan dengan model pembelajaran, alokasi waktu yang sesuai
(tepat). (3) pengelompokan siswa harus benar-benar heterogen karena sangat
menentukan keberhasilan kelompok dan penelitian itu sendiri. (4) perlu adanya
penelitian dengan strategi / model pembelajaran yang lain, sehingga nantinya
dapat dipilih model mana yang lebih baik untuk dilaksanakan di sekolah ditinjau
dari segi minat dan ketuntasan belajar.
DAFTAR
PUSTAKA
Badan
Standar Nasional Pendidikan, 2006, Mode
Kurikulum. Jakarta ; Digandakan oleh Depdiknas.
D.
Deni Koswara, Haliman, 2008, Bagaimana
Menjadi Guru Kreatif.
Husnul
Chotimah, M.Pd, Yuyun Dwitasari, S.Pd, 2009, Strategi-Strategi Pembelajaran untuk Penelitian Tindakan Kelas, Malang,
Surya Pena Gemilang.
Mulyasa,
2005, Menjadi Guru Profesional
Menciptakan Pembelajaran Yang Menyenangkan, Bandung ; PT. Remaja Posda Karya.
Rusman,
M.Pd. 2010, Model-Model Pembelajaran
Mengembangkan Profesional Guru, Bandung, Rajawali Pers.
Sukidi,
Bahtowi, Suranto, 2010. Manajemen
Penelitian Tindakan Kelas. Insan
Cendikiawan.
Syahmani,
2011. Menulis Makalah Senior.
Syaiful
Bahri Djamarah, 2000, Psikologi Belajar,
Banjarmasin, PT. Renika Cipta.
Tim
Instruktur Kemendiknas LPTK Rayon 17, 2010. Modul
Model Pembelajaran Banjarmasin. Universitas Lambung Mangkurat.
Suka artikel ini?
0 komentar on MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA KELAS VII SMPN 2 MUARA UYA PADA MATERI EKOSISTEM MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DIMODIFIKASI :
Posting Komentar