PTS SUPERVISI KELAS BERBASIS KLINIS DENGAN PENDEKATAN PIS


ABSTRAK


Mudiyono, 2012. Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Guru dengan Mengefektif-kan Supervisi Kelas Berbasis Klinis dengan Pendekatan PIS di SMP Plus Murung Pudak Kabupaten Tabalong Tahun 2012. PTS. Pengawas PLB, Dikmen Dinas Pendidikan Kabupaten Tabalong.


Penelitian tentang mengefektifkan supervisi kelas berbasis klinis untuk meningkatkan kualitas pembelajaran guru di SMP Plus Murung Pudak Kabupaten Tabalong Tahun 2012. Penelitian ini bertujuan untuk (1) meningkatkan kualitas pembelajaran guru dengan mengefektifkan supervisi kelas berbasis klinis di SMP Plus Murung Pudak. (2) mengetahui hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan supervisi kelas berbasis klinis dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran guru di SMP Plus Murung Pudak.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan sekolah dengan 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah 6 orang guru SMP Plus Murung Pudak. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrument supervise klinis, lembar penilaian rencana pelaksanaan pembelajaran dan lembar penilaian pelaksanaan pembelajaran.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa (1) supervisi kelas berbasis klinis dapat meningkatkan kualitas pembelajaran guru di SMP Plus Murung Pudak, sesuai hasil penilaan rencana pelaksanaan pembelajaran rata-rata 3.4 pada siklus I dan 4,4 pada siklus II, dan hasil penilaan pelaksanaan pembelajaran  nilai rata-rata 3.7 pada siklus I dan 4,3 pada siklus II (2) hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan supervisi kelas berbasis klinis adalah tidak semua guru siap untuk disupervisi klinis.


Kata Kunci: Supervisi kelas berbasis klinis, Rencana Pembelajaran, Pelaksanaan
                     Pembelajaran.

 
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

SMP Plus Murung Pudak adalah perubahan nomenklatur dari SMP Patra Darma yang merupakan salah satu sekolah binaan PT. Pertamina UP. Tanjung. Seiring dengan jalannya waktu SMP Patra Darma ini berkembang pesat dan merupakan salah satu sekolah favorit di Kabupaten Tabalong.  Semenjak otonomi daerah SMP Patra Darma ini diserahkan oleh PT. Pertamina UP. Tanjung kepada Yayasan Pendidikan Penghulu Rasyid (YPPR) Kabupaten Tabalong dan berubah nomenklatur menjadi SMP Plus Murung Pudak. Pada tahun 2012 ini jumlah siswa SMP Plus Murung Pudak 288 siswa terbagi dalam 9 rombongan belajar yang terdiri dari kelas VII, VIII dan IX masing-masing 3 rombongan belajar.
Sebagai sekolah favorit seharusnya semua guru SMP Plus Murung Pudak melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien serta profesional. Guru yang profesional akan melaksanakan tugasnya dengan baik, memiliki perencanaan dengan baik dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Guru dalam mengajar harus memfasilitasi siswa untuk belajar secara optimal, memotivasi siswa untuk memiliki rasa ingin tahu serta memotivasi siswa untuk mengembangkan kreatifitasnya. Pada kegiatan belajar mengajar, guru harus mampu memilih dan menggunakan metode dan pendekatan pembelajaran yang menarik, bervariasi sehingga pembelajaran akan menyenangkan bagi siswa.
Pembelajaran akan berhasil dengan baik bila pembelajaran itu mampu menggali kemampuan siswa dalam eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi sehingga siswa betul-betul memahami materi yang telah dipelajari. Demikian pula dalam mengakhiri pembelajaran, seorang guru harus menanamkan kesan yang mendalam bagi siswa sehingga materi itu betul-betul dikuasai dan dipahami siswa, guru membuat umpan balik sesuai materi yang dipelajari secara proporsional, serta bersama-sama siswa menyimpulkan materi pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan awal bahwa terdapat kesan guru belum melaksanakan tugasnya secara optimal dalam pembelajaran. Guru masih ada yang melaksanakan pembelajaran secara tradisional, kurang sistematis serta kurang memperhatikan metode dan teknik pembelajaran. Pembelajaran yang kurang sistematis maka hasil pembelajaran juga tidak maksimal. Untuk melaksanakan pembelajaran yang sistematis guru harus membuat persiapan mengajar, mempersiapkan sarana prasarana pembelajaran yang diperlukan, membuka pelajaran dengan baik, memotivasi siswa untuk belajar, menyampaikan tujuan pembelajaran secara jelas, menyampaikan materi pelajaran dengan jelas dan dapat diterima siswa, mengaktifkan siswa dalam pembelajaran, mengevaluasi hasil pembelajaran dan bersama siswa guru menyimpulkan materi pelajaran.
Kesenjangan yang terjadi adalah masih ada guru yang belum maksimal dalam pelaksanaan pembelajaran, sehingga diperlukan motivasi eksternal bagi guru. Untuk memotivasi guru agar melaksanakan pembelajaran secara optimal maka kepala sekolah dan pengawas perlu mengefektifkan kembali supervisi kelas terhadap beberapa guru di SMP Plus Murung Pudak. Supervisi kelas yang akan dilakukan meliputi tiga tahap kegiatan yaitu: 1) kepala sekolah, pengawas dan guru mengadakan pertemuan awal untuk membuat kesepakatan pelaksanaan supervisi kelas, guru dapat menggali berbagai macam informasi tentang persiapan pembelajaran, sebaliknya kepala sekolah dan pengawas dalam hal ini dapat memberikan pembinaan untuk perbaikan perencanaan pembelajaran 2) pelaksanaan pembelajaran, kepala sekolah dan pengawas mengamati, mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran guru, 3) kepala sekolah dan pengawas menyampaikan kelemahan dan kelebihan guru dalam mengajar serta  membimbing dan memberikan saran perbaikan, sehingga kelemahan-kelemahan itu tidak akan terjadi pada pembelajaran berikutnya.
Berdasarkan pemikiran di atas perlu segera dilakukan penelitian mengenai peningkatan kualitas pembelajaran guru dengan mengefektifkan supervisi kelas berbasis klinis dengan pendekatan PIS di SMP Plus Murung Pudak Kabupaten Tabalong pada tahun 2012.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, dapat dirumuskan masalah yang akan dijadikan fokus penelitian sebagai berikut:
1.      Apakah dengan mengefektifkan supervisi kelas berbasis klinis dengan pendekatan PIS dapat meningkatkan kualitas pembelajaran guru di SMP Plus Murung Pudak?
2.      Apakah hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan supervisi kelas berbasis klinis dengan pendekatan PIS dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran guru di SMP Plus Murung Pudak?

C.    Rencana Pemecahan Masalah
Pertemuan awal dengan guru-guru di SMP Plus Murung Pudak, berdiskusi tentang pelaksanaan pembelajaran yang sudah dilaksanakan selama ini. Tindakan selanjutnya adalah menyampaikan teknis pembelajaran yang sistematis agar dapat dilaksanakan secara optimal dan bekerja sebagai guru yang profesional. Selanjutnya menentukan jadwal supervisi kunjungan kelas. Pelaksanaan Supervisi kelas bersama kepala sekolah untuk mendapatkan gambaran pelaksanaan pembelajaran yang optimal bagi semua guru yang mengajar di kelas VII dan VIII di SMP Plus Murung Pudak.

D.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian tersebut di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1.      Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran guru dengan mengefektifkan supervisi kelas berbasis klinis dengan pendekatan PIS di SMP Plus Murung Pudak.
2.      Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan supervisi kelas berbasis klinis dengan pendekatan PIS dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran guru di SMP Plus Murung Pudak.

E.     Manfaat Penelitian

1.      Manfaat teoritis
a.       Pengembangan ilmu manajemen pendidikan terutama yang berkaitan dengan masalah supervisi kelas berbasis klinis dengan pendekatan PIS dalam pembelajaran di tingkat satuan pendidikan dasar (khususnya SMP), sehingga tujuan sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien dan produktif.
b.      Menjadi pedoman/panduan dan rujukan atau sebagai bahan masukan bagi para pendidik, peneliti pendidikan, pengelola lembaga pendidikan yang memiliki kesamaan karakteristik.
c.       Sebagai bahan referensi peneliti lain yang akan melaksanakan penelitian serupa dimasa yang akan datang.
2.      Manfaat praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah:
a.       Bagi guru sebagai informasi tambahan pengetahuan tentang pelaksanaan supervisi kelas berbasis klinis dengan pendekatan PIS dan pembiasaan bagi guru untuk menerima kegiatan supervisi kelas.
b.      Bagi peneliti sebagai suatu pengalaman yang berharga dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pelaksanaan supervisi kelas berbasis klinis dengan pendekatan PIS.
c.       Bagi SMP Plus Murung Pudak Kabupaten Tabalong sebagai referensi yang dapat dipelajari untuk pengayaan pelaksanaan supervisi kelas berbasis klinis dengan pendekatan PIS.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Pengertian Supervisi

Menurut N. A. Ametembun (2000:1) istilah supervisi pendidikan dapat dijelaskan baik menurut asal usul (etimologis), bentuk perkataannya (morfologis), maupun isi yang terkandung dalam perkataan itu (semantik). Istilah supervisi secara etimologis diambil dari perkataan Inggris “supervision” artinya pengawasan, maka supervisi pendidikan berarti kepengawasan dibidang pendidikan. Sedangkan secara morfologis supervisi dapat dijelaskan menurut bentuk perkataannya, supervisi dari dua patah kata “super” dan “visi”, yaitu super berarti atas atau lebih, dan visi berarti lihat, tilik, awasi.
Seorang “supervisor” memang mempunyai posisi di atas atau mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari pada orang-orang yang disupervisinya, tugasnya adalah melihat/menilik atau mengawasi orang-orang yang disupervisinya itu. Kelebihan yang dimiliki supervisor bukan hanya karena posisi atau kedudukan yang ditempatinya, akan tetapi juga karena pengalamannya, pendidikannya, kecakapan atau keterampilan-keterampilan yang dimilikinya atau karena mempunyai sifat-sifat kepribadian yang meninjol dari pada orang-orang yang disupervisinya. Dengan kelebihan-kelebihan yang dimilikinya, seorang supervisor dapat melihat, menilik atau mengadakan pengawasan terhadap yang disupervisinya.
Pengertian supervisi secara umum menurut Harris dan Benssent (1971) yang dikutip oleh Nurtain (1989:11) menyebutkan bahwa supervisi adalah apa yang dilakukan personalia sekolah dengan orang dewasa dan barang-barang dengan maksud untuk memelihara atau merubah penyelenggaraan sekolah agar supaya secara langsung dapat mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan pengajaran pokok sekolah.
Sedangkan menurut Good Carter (1959) yang dikutip oleh Piet A. Sahertian (2000:17) menyatakan bahwa supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode serta evaluasi pengajaran.
Perkembangan konsep supervisi pendidikan selanjutnya sudah menuju kepada sasaran khusus. Sudah ada yang membedakan supervisi pendidikan dalam pengertian yang luas dan ada yang melihat supervisi dalam batasan yang spesifik yaitu pengajaran. Menurut Harris dalam Oliva (1984) yang dikutip oleh Piet A. Sahertian (2000:18) menyatakan bahwa supervisi pengajaran adalah segala sesuatu yang dilakukan personalia sekolah untuk memelihara atau mengubah apa yang dilakukan sekolah dengan cara yang langsung mempengaruhi proses belajar mengajar dalam usaha meningkatkan proses belajar siswa.
Menurut Alfonso R. J. et al (1981) dalam Oliva (1984) yang dikutip oleh Piet A. Sahertian (2000:18) menyatakan bahwa supervisi pengajaran adalah tindak laku pejabat yang dirancangkan oleh lembaga yang langsung berpengaruh terhadap perilaku guru dalam berbagai cara untuk membantu cara belajar siswa dan untuk mencapai tujuan yang dilakukan oleh lembaga itu. Mark Stoops dan King Stoops (1978) yang dikutip oleh Nurtain (1989:13) menyatakan bahwa supervisi adalah perbuatan dan percobaan yang ditujukan untuk memperbaiki pelajaran dan program yang bersifat pengajaran. Perkembangan selanjutnya para ahli menerapkan supervisi klinis.
Menurut Richard Waller yang dikutip oleh Nurtain (1989:253), supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada pada peningkatan mengajar dengan melalui sarana siklus yang sistematis dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intelektual dan intensif mengenai penampilan mengajar yang nyata, didalam mengadakan perubahan dengan dengan cara yang rasional.
Nurtain (1989:253) mengemukakan bahwa supervisi klinis adalah suatu pembimbingan yang bertujuan untuk meningkatkan profesionalitas guru secara sengaja yang dimulai dari pertemuan awal, observasi kelas, dan pertemuan akhir yang dianalisis secara cermat, teliti dan obyektif untuk mendapatkan perubahan perilaku mengajar yang diharapkan. Hal ini senada dengan pendapat Purwanto (2010:90) yang mengatakan bahwa supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pengajaran yang prosedur pelaksanaannya untuk mencari sebab atau kelemahan yang terjadi dalam proses pembelajaran dan secara langsung diusahakan cara memperbaiki kelemahan tersebut.
B.     Usaha Membina dan Mengembangkan Profesi Guru
Usaha-usaha yang dilakukan dalam membina dan mengembangkan potensi sumber daya profesi guru dalam belajar mengajar antara lain:
1.         Membantu guru menerjemahkan kurikulum dari pusat ke dalam PBM
Kurikulum adalah sejumlah pengalaman belajar yang dirancangkan dibawah tanggung jawab sekolah dalam rangka mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Pengalaman belajar dan kegiatan belajar serta pokok-pokok bahasan merupakan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang telah ditetapkan oleh Kemdikbud di Jakarta, perlu dijabarkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Maka setiap kurikulum yang akan diterapkan harus diikuti dengan pembinaan terhadap isi dan konsep berfikir yang ditetapkan dalam kurikulum itu.  Lebih baik informasi itu diberikan melalui para pengawas dan kepala sekolah, melalui tim penggerak dari pusat ke daerah (go structure).
2.      Membantu guru untuk meningkatkan program belajar mengajar
a.         Membantu dalam merancang program belajar mengajar
Mengajar memerlukan keterampilan atau seni dalam mengajar. Guru adalah seorang model atau perancang program pembelajaran. Ia harus menguasai dan terlatih dalam menyusun skenario pembelajaran. Oliva (1984) yang dikutip oleh Piet A. Sahertian (2000:135-140) mengemukakan beberapa model rancangan belajar mengajar antara lain:
1)   Model sederhana, terdiri dari tiga bagian

Perencanaan
=====à
Pelaksanaan
====à
Evaluasi

Perencanaan isinya mengenai segala apa yang akan diajarkan.

Menetapkan bagaimana cara menyajikan pelajaran.

Menyusun evaluasi hasil belajar.

2)      Model empat bagian
Perumusan tujuan
==à
Pretes
==à
Pelaksanaan
mengajar
==à
Evaluasi

3)      Model lima bagian
Rumusan Pembela jaran Umum
à
Rumusan Tujuan Pembela jaran khusus
à


à
Pelak sanaan
KBM
à

Pretes
Evaluasi



4)        Model Banalthy
(1)

(3)

(4)

(5)
Rumusan Tujuan

Menganalisis tugas pembelajaran

Menyusun desain pembelajaran

Melaksanakan dan tes akhir hasil belajar





(2)


(6)

Menyusun tes awal

Mengubah dan memperbaiki


balikan


5)      Model yang dikemukakan Universitas Florida








Analisis tujuan








à
Merumus kan tujuan operasional pelajaran
à
Menyeleksi dan meng-organisasi pelajaran
à
Menetap kan strategi pelajaran
à
Evaluasi hasil belajar
Analisis status siswa










6)      Model Oliva
Analisis kebutuhan siswa
Merumuskan tujuan operasional

Menyeleksi materi prosedur dan strategi pembelajaran
Evalusi tujuan yang telah dicapai






Analisis ciri bidang studi






Pretes
Menyeleksi dan menyusun isi dari materi pembelajaran


Analisis kebutuhan masyarakat






7)      Model Sistem alternatif


 

Membahas apa yang disajikan sekarang ini
à
Merumuskan tujuan umum/TPU
à
Merumuskan tujuan khusus pembelajaran
à
Mendesain rencana penilaian









Mendesain dan menganalisis kegiatan belajar
à
Mendesain prosedur pembelajaran
à
Menerapkan prosedur pembelajaran
à
Menerapkan menilai apa yang disajikan


8)      Model Glaser
Instructional Objective
==à
Entry Behavior
==à
Instructional Procedure
==à
Performance Assesment

9)      Model V. Gelder
Tujuan Instruksional
==============================à
Analisis Situasi

Kegiatan guru

Kegiatan siswa

Materi Pelajaran

Alat/bahan pelajaran


EVALUASI

10)  Model Gerlach dan Ely
Menyusun Spesifikasi isi materi pelajaran

                              à
à
Penetapan strategi





à
Penilaian Entering Behavior
à
   à
Pengorganisasian kelompok
à
Penilaian hasil belajar

à


Merumuskan tujuan-tujuan belajar khusus
à
Pengalokasian waktu




à
Pengalokasian lokasi



à
Pemeliharaan sumber belajar

Analisis balikan









b.      Membantu dalam melaksanakan proses belajar mengajar
Pengajaran bukanlah tujuan, tetapi pengajaran adalah alat untuk membentuk pribadi terdidik. Jadi guru lebih banyak memberi berbagai pengalaman belajar melalui berbagai kegiatan belajar yang bervariasi.  Untuk dapat memberikan pengalaman belajar yang bervariasi guru juga perlu mendapat bantuan dan bimbingan untuk menguasai berbagai macam keterampilan mengajar yang dapat dikembangkan dalam pelaksanaannya antara lain:
1)      Keterampilan bertanya
Dalam mengajar guru tidak lepas dari mengajukan pertanyaan, maka fungsi pertanyaan bagi guru adalah sebagai alat mengajar. Pertanyaan yang diajukan guru memiliki bermacam-macam tujuan. Dalam menggunakan pertanyaan guru harus mampu menunjukkan kehangatan serta sikap antusias, sehingga dapat mendorong siswa untuk lebih bergairah belajar. Dalam memberikan peretanyaan kita perlu mengingat bahwa ada tingkatan pertanyaan dari pertanyaan singkat yang paling rendah sampai dengan tingkatan yang tertinggi. Untuk mengklasifikasikannya kita dapat menggunakan taksonomi Bloom, khususnya untuk aspek kognitif yang berturut-turut terdiri dari: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, serta evaluasi.
2)      Keterampilan menjelaskan
Menjelaskan adalah menyajikan informasi yang diorganisasikan secara sistematis untuk menunjukkan suatu hubungan seperti sebab akibat, antara dalil dengan contoh, antara sesuatu yang telah diketahui dengan yang belum diketahui. Dalam menjelaskan guru harus memperhatikan dua hal yaitu a) merencanakan dan menjelaskan isi pesan dan b) hal-hal yang berhubungan  dengan siswa sebagai penerima pesan. Selain itu juga kejelasan, penggunaan contoh ilustrasi, dan pemberian tekanan.
3)      Keterampilan mengadakan variasi
Untuk menghindari kejenuhan siswa dalam belajar, maka guru perlu memiliki berbagai variasi dalam mengajar antara lain: gaya mengajar, suara, pemusatan perhatian, gerakan, kontak pandang, posisi, penggunaan media/alat, dan interaksi dengan siswa.
4)      Keterampilan memberi penguatan
Dalam mengajar guru juga perlu memberikan penguatan kepada siswa yang telah melaksanakan tugasnya dengan baik, sehingga siswa akan lebih meningkatkan kemampuannya dalam belajar. Penguatan ini diberikan segera setelah anak melakukan kegiatan secara variasi baik verbal maupun nonverbal.
5)      Ketrampilan membuka dan menutup pelajaran
Membuka pelajaran bertujuan untuk menciptakan suasana siap mental para siswa untuk menerima pelajaran. Membuka pelajaran tidak pada awal kegiatan pelajaran saja, tetapi setiap penggal pelajaran. Komponen membuka pelajaran antara lain: menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberikan acuan, membuat kaitan/hubungan yang berkaitan.
Menutup pelajaran bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang materi yang dipelajari. Menutup pelajaran tidak pada akhir kegiatan pelajaran saja, tetapi setiap penggal pelajaran. Komponen menutup pelajaran adalah meninjau kembali/merangkum dan mengevaluasi tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan/diajarkan.
6)      Keterampilan mengelola kelas
Mengelola kelas adalah kegiatan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal serta mengembalikan kondisi belajar yang terganggu.
Mengelola kelas selalu berupaya untuk menciptakan dan meningkatan kedisiplinan kelas.
7)      Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil
Dalam topik-topik pelajaran tertentu perlu diberikan kesempatan pada siswa berdiskusi untuk belajar saling tukar pengalaman dan pendapat dalam rangka memecahkan persoalan secara demokratis.
8)      Keterampilan membantu belajar anak
Dalam mengajar guru harus mampu membatu siswa dalam menguasai pelajaran yang telah disampaikan, dengan cara memahami berbagai macam kesulitan siswa dan menciptakan kondisi belajar yang kondusip.
9)      Keterampilan mengadakan evaluasi
Guru harus mampu mengadakan evalusai untuk mengetahui tingkat penguasaan materi yang telah disampaikan kepada siswa. dalam hal ini guru perlu menguasai cara-cara menyusun soal tes hasil belajar. Guru harus menguasai prinsip-prinsip penyusunan tes antara lain:
a)      Tes harus dapat mengukur hasil belajar yang telah dirumuskan secara operasional sesuai dengan tujuan-tujuan pengajaran.
b)      Tes dapat mengukur seluruh ruang lingkup materi yang diajarkan.
c)      Tes mampu mengukur hasil belajar yang diharapkan.
d)     Tes harus memiliki realibilitas yang tinggi
e)      Tes sebagai alat untuk meningkatkan kualitas belajar.
C.    Teknik Supervisi Klinis
Teknik supervisi klinis dalam hal ini membahas tentang ciri-ciri supervisi klinis, prinsip-prinsip supervisi klinis dan prosedur supervisi klinis.
1.      Ciri-ciri supervisi klinis meliputi:
a.         Pembimbingan yang diberikan oleh supervisor kepada guru/calon guru bersifat bantuan, bukan perintah/instruksi.
b.         Jenis keterampilan yang akan disupervisi diusulkan oleh guru/calon guru.
c.         Titik pusat perhatian dipusatkan pada beberapa keterampilan saja agar dapat diobservasi secara cermat dan diberikan umpan balik dengan tepat.
d.        Instrumen observasi dikembangkan/disepakati bersama.
e.         Umpan balik kegiatan mengajar guru/calon guru diberikan dengan segera dan obyektif.
f.          Walaupun supervisor telah menganalisis dan menginterpretasikan data yang direkam, tetapi dalam diskusi umpan balik, guru/calon guru terlebih dahulu diminta menganalisis penampilannya.
g.         Supervisor banyak mendengarkan dan bertanya daripada memerintahkan atau mengarahkan.
h.         Supervisi berlangsung dalam suasana intim dan bersifat terbuka antara supervisor dan guru/calon guru.
i.           Supervisi berlangsung dalam siklus yang meliputi perencanaan, observasi dan diskusi umpan balik.
j.           Supervisi klinis dapat dipergunakan untuk pembentukan/peningkatan dan perbaikan keterampilan mengajar, dipihak lain supervisi klinis ini dapat dipakai pula dalam konteks pendidikan prajabatan maupun pendidikan dalam jabatan.
2.      Prinsip-prinsip supervisi klinis meliputi:
a.         Terpusat pada guru/calon guru ketimbang supervisor. Peningkatan kemampuan profesional  guru menjadi prakarsa dan tanggung jawab guru/calon guru.
b.         Hubungan guru/calon guru dengan supervisor lebih interaktif ketimbang direktif. Antara supervisor dan guru pada hakikatnya sederajat dan saling membantu dalam meningkatkan kemampuan dan sikap profesionalnya. Perbedaannya adalah sementara dan kebetulan. Supervisor sebagai tenaga pengajar yang sudah lama dan berpengalaman berkewajiban membantu guru/calon guru yang kurang/belum berpengalaman.
c.         Demokratif ketimbang otoritatif. Kedua belah pihak bersifat terbuka, bebas memngemukakan pendapat, namun kedua belah pihak wajib mengkaji dan mempertimbangkan pendapat pihak lain untuk mencapai kesepakatan.
d.        Sasaran supervisi terpusat pada kebutuhan dan aspirasi guru/calon guru. Kebutuhan mendapatkan pelayanan supervisi bersumber dan dirasakan manfaatnya oleh guru/calon guru. Kebutuhan dan aspirasi guru dalam penampilannya secara aktual di dalam kelas.
e.         Umpan balik dari proses belajar mengajar guru/calon guru diberikan dengan segera dan hasil peninjauan/penilaiannya harus sesuai dengan kontrak yang telah disetujui bersama.
f.          Supervisi yang diberikan bersifat bantuan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan mengajar dan sikap profesional. Bila guru sudah profesional supervisor dapat melepaskan secara mandiri.
g.         Pusat perhatian pada waktu berlangsungnya supervisi dalam kegiatan belajar mengajar tertentu hanya pada beberapa keterampilan mengajar saja. Walaupun keterampilan mengajar dapat dilakukan secara integratif, tetapi untuk peningkatan keterampilan tertentu dapat dilakukan secara terisolasi agar mudah dikontrol dan diamati.
3.      Prosedur supervisi klinis meliputi:
a.       Tahap pertemuan awal, meliputi:
1)        Menciptakan suasana intim dan terbuka antara supervisor dan guru/calon guru sebelum maksud yang sesungguhnya dibicarakan.
2)        Membicarakan rencana pelajaran yang telah dibuat oleh guru/calon guru yang mencakup tujuan, bahan, KBM dan alat evaluasinya.
3)        Mengidentifikasi komponen keterampilan (beserta indikatornya) yang akan dicapai oleh guru/calon guru.
4)        Mengembangkan/memilih instrumen observasi yang akan digunakan, sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.
5)        Mendiskusikan instrumen tersebut beserta cara penggunaannya, data yang akan dijaring dan sebagainya. Hasil diskusi menjadi sasaran pada tahap-tahap berikutnya. Kriteria instrumen meliputi: a) sasaran observasi harus jelas, b) cara penggunaan instrumen harus jelas dan dapat dikelola oleh supervisor/pengamat, c) skor, skala, frekuensi, dan persentase, d) ketepatan dalam menginterpretasikan data yang direkam sesuai dengan target yang diinginkan guru/calon guru, e) disepakati kedua belah pihak.
b.      Tahap observasi kelas
Observasi adalah untuk menangkap apa yang terjadi selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hal hal yang harus diperhatikan dalam observasi adalah:
1)        Kelengkapan catatan. Mencatat sebanyak mungkin kejadian yang dilihat selama KBM, sebagai bahan untuk analisis bersama-sama supervisor dan guru. Semakin spesifik apa yang digambarkan semakin berarti analisis supervisor.
2)        Fokus. Mencatat aspek-aspek yang penting dengan persetujuan guru sebelumnya.
3)        Mencatat komentar. Mencatat komentar kejadian apa yang dicatat terpisah dalam kurung atau di tepi format observasi.
4)        Pola. Mencatat pola perilaku mengajar guru yang sering diulang-ulang yang harus dikurangi atau dihilangkan.
5)        Membuat guru tidak merasa gelisah. Dengan membuat kesepakatan apa yang akan diobservasi dan yang akan dicatat.
c.       Tahap pertemuan akhir
Kegiatan dalam tahap pertemuan akhir meliputi:
1)      Memberi penguatan serta menyakan perasaan guru/calon guru tentang apa yang dialami selama mengajar secara umum. Untuk menciptakan suasana santai guru tidak merasa diadili.
2)      Mereviu tujuan pelajaran
3)      Mereviu target keterampilan serta perhatian utama guru/calon guru dalam mengajar.
4)      Menanyakan perasaan guru/calon guru tentang jalannya pelajaran berdasarkan tujuan dan target yang telah direviu. Pertanyaan mulai dari hal-hal yang berhasil sampai hal-hal yang kurang berhasil.
5)      Menunjukkan data observasi yang sudah dianalisis dan diinterpretasikan oleh supervisor sebelum pertemuan akhir dimuali, kemudian memberikan waktu pada guru untuk menganalisis data dan menginterpretasikan dan akhirnya hasil observasi di diskusikan bersama-sama.
6)      Menanyakan kembali perasaan guru setelah mendiskusikan hasil analisis dan interpretasi data hasil observasi. Meminta guru menganalisis proses dan hasil pelajaran yang telah dicapai oleh siswa yang diajarnya.
7)      Menanyakan perasaan guru tentang proses dan hasil pelajaran tersebut.
8)      Menyimpulkan hasil pencapaian dalam mengajar dengan membandingkan antara kontrak yang bersumber pada keinginan dan target yang telah mereka susun dangan apa yang sebenarnya telah tercapai.
9)      Menentukan secara bersama rencana mengajar yang akan dating baik berupa dorongan untuk meningkatkan hal-hal yang belum dikuasai dalam kegiatan yang baru lalu, maupun keterampilan yang masih perlu disempurnakan.
Berdasarkan uraian tersebut diatas prinsip supervisi klinis harus menjiwai seluruh tahap kegiatan supervisi klinis. Prinsip tersebut haruslah tercermin sebagai wawasan supervisor yang harus menjadi landasan dari setiap keputusan dan perbuatannya dalam membantu guru.

D.    Pendekatan PIS
Pendekatan PIS merupakan singkatan dari Persuasi, Identifikasi dan Solusi. Menurut Depdiknas (2002:246) pendekatan berarti proses antara usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti. Selanjutnya menurut Depdiknas (2002:864) persuasi berarti membujuk secara halus supaya menjadi yakin. Ajakan kepada seseorang dengan cara memberikan alasan dan prospek baik yang meyakinkannya. Pendekatan persuasi dalam penelitian ini berarti mengajak secara halus kepada guru-guru dengan cara memberikan alasan dan prospek baik yang meyakinkan sehingga mereka mau meningkatkan kemampuan mengajarnya sesuai bidang studi masing-masing.
Sedangkan identifikasi menurut Depdiknas (2002:417) berarti tanda kenal diri, menemukan/menetapkan identitas/ciri-ciri seseorang/benda. Identifikasi dalam penelitian ini berarti menemukan kelemahan/kesenjangan dalam pembelajaran yang dialami guru dengan perilaku mengajar yang ideal. Selanjutnya solusi menurut Depdikbud (2002:1082) solusi berarti penyelesaian/pemecahan masalah, maka solusi dalam penelitian ini adalah cara menyelesaikan masalah-masalah dalam pembelajaran untuk melakukan perbaikan dalam pembelajaran berikutnya.
Sesuai dengan tujuan supervisi klinis yaitu untuk membantu guru memperkecil kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal, maka pendekatan PIS dengan cara mengajak secara halus dengan memberikan alasan dan prospek yang baik dalam pembelajaran sehingga mereka menemukan kesenjangan dalam pembelajaran serta mampu menyelesaikan kesenjangan tersebut dengan tingkah laku mengajar yang ideal.

 

E.     Kerangka Berfikir

Berdasarkan kajian pustaka di atas, kelemahan metode praktikum diasumsikan dapat diatasi. Pelaksanaan pembelajaran yang kurang optimal akan menyebabkan hasilnya juga tidak optimal. Pembelajaran akan terlaksana dengan baik bila ada pengawasan yang intensif dari atasan baik kepala sekolah maupun pengawas pembina. Pengawasan ini salah satunya dilakukan dengan supervisi kelas oleh kepala sekolah dan pengawas.
Peningkatan kualitas pembelajaran bagi guru diperlukan supervisi kelas berbasis klinis. Hal ini pengawas selaku pembina berkewajiban membina guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran menggunakan berbagai cara. Salah satu cara yang digunakan adalah mengefektifkan pelaksanaan supervisi kelas berbasis klinis dengan pendekatan PIS atau persuasi, identifikasi dan solusi.

F.     Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis tindakan yang diajukan dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini adalah bahwa “melalui tindakan mengefektifkan supervisi kelas berbasis klinis dengan pendekatan PIS dapat meningkatkan kualitas pembelajaran guru di SMP Plus Murung Pudak Kabupaten Tabalong pada tahun 2012.”








BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Metode dan Pendekatan Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Sekolah (School Action Research). Penelitan Tindakan Sekolah dikembangkan dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Zainal Aqib (2009:12) PTK pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946, sedangkan di Indonesia baru dikenal pada akhir dekade 80-an.
Zainal Aqib (2009:13) menyebutkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research, yaitu satu action research yang dilakukan di kelas.  Sedangkan Penelitian Tindakan Sekolah menurut Depdiknas (2008:11) adalah penelitian tindakan sebagai salah satu jenis penelitian kualitatif di bidang pendidikan yang dilaksanakan disekolah untuk memperbaiki proses pembelajaran dan manajemen sekolah. Penelitian tindakan yang dilakukan adalah mengefektifkan supervisi kelas berbasis klinis dengan pendekatan PIS untuk meningkatkan kualitas pembelajaran guru.

B.     Setting Penelitian

Penelitian tindakan ini dilaksanakan di SMP Plus Murung Pudak Kabupaten Tabalong, yang dilaksanakan mulai bulan April s.d. Agustus 2012. Adapun subjek penelitian adalah guru mata pelajaran yang mengajar di SMP Plus Murung Pudak Kabupaten Tabalong.

C.    Prosedur Penelitian

Setiap penelitian pada dasarnya memiliki cara yang berbeda-beda untuk mendapatkan data pada suatu subyek ataupun obyek yang akan ditelitinya. Agar mendapatkan data yang baik, valid dan reliabel diperlukan suatu pendekatan yang jelas. Berdasarkan pada pendekatan yang diambil, dapat digunakan untuk merencanakan penelitian yang akan dilaksanakan. Menurut Suharsimi (1998:88) dalam menentukan pendekatan penelitian, perlu mempertimbangkan tujuan penelitian, waktu dan dana yang diperlukan, adanya subyek penelitian serta kemauan atau keinginan peneliti.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan sekolah, dengan langkah-langkah: penetapan focus permasalahan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan yang disertai dengan observasi, interpretasi dan replikasi. Penelitian tindakan dengan melakukan supervisi kelas berbasis klinis dengan pendekatan PIS, yaitu persuasi, identifikasi dan solusi. Tindakan yang pernah dilakukan akan selalu dipelajari dan dievaluasi untuk menentukan tindakan selanjutnya.  Tindakan lanjutan ini akan berguna untuk perbaikan skenario yang tentunya akan memberikan gambaran pasti terhadap pelaksanaan tindakan dalam penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, masing-masing siklus satu kali pertemuan. Menurut Depdiknas (2008:13) Penelitian tindakan sekolah berbentuk siklus metodologis yang berdaur (cyclical methodology cyclus) yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.
Hasil refleksi mencakup analisis, sintesis dan penilaian hasil tindakan yang dilakukan, bila masih terdapat permasalahan dilakukan tindakan kedua yang meliputi perencanaan ulang, tindakan dan pengamatan ulang sampai permasalahan teratasi. Siklus metodologis penelitian tindakan sekolah ini sama dengan siklus metodologis penelitian tindakan kelas yang di kemukakan oleh Zainal (2009:30) bahwa penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan merefleksi.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka siklus metodologis/rancangan penelitian tidakan sekolah ini dilakukan 2 siklus seperti bagan berikut:


Rancangan Penelitian
 









                                                     


Gambar 1: Rancangan Penelitian
1.      Perencanaan (planning)
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan ini adalah :
a.       Menyusun instrumen penelitian yang terdiri dari :
1)      Rencana Kepengawasan akademik (RKA)
2)      Alat evaluasi guru dalam mengajar
3)      Lembar observasi supervisi akademik
4)      Instrumen supervisi akademik
5)      Lembar rekapitulasi administrasi pembelajaran guru
6)      Lembar rekapitulasi hasil supervisi akademik
7)      Lembar hasil wawancara dengan guru
b.      Mengadakan pertemuan dengan guru
c.       Menyusun jadwal supervisi.
2.      Pelaksanaan tindakan (action)
Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan 2 siklus, setiap satu siklus terdiri atas satu kali pertemuan (tatap muka), sehingga 2 siklus ada dua kali pertemuan (tatap muka).
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :
a.      Pelaksanaan Tindakan Siklus I
1)      Kegiatan Supervisi:
a)   Mengadakan pertemuan dengan guru yang akan disupervisi
b)   Melaksanakan kunjungan kelas
c)   Melaksanakan pertemuan setelah selesai kunjungan kelas.
2)      Kegiatan Observasi, meliputi:
a)      Mencatat kesesuaian hasil pelaksanaan supervisi klinis yang dilakukan pengawas dan kepala sekolah untuk mengukur kesesuaian pelaksanaan supervisi dengan RKA dan prosedur supervisi klinis pada format yang telah disiapkan.
b)      Mengumpulkan data untuk direkapitulasi hasil supervisi akademik sebagai data kolektif
c)      Mencatat hasil wawancara dengan guru
d)     Melaksanakan evaluasi /tes siklus 1
3)      Refleksi: melakukan perenungan yang didasarkan atas data yang diperoleh melalui observasi, hasil wawancara maupun hasil tes siklus 1 yang telah dilakukan untuk meninjau kembali apa yang telah dilakukan untuk membuat perencanaan perbaikan siklus 2.
b.      Pelaksanaan Tindakan Siklus II
1)      Kegiatan Supervisi:
a)   Mengadakan pertemuan dengan guru yang akan disupervisi
b)   Melaksanakan kunjungan kelas
c)   Melaksanakan pertemuan setelah selesai kunjungan kelas
2)      Kegiatan Observasi, meliputi:
a)   Mencatat kesesuaian hasil pelaksanaan supervisi klinis yang dilakukan pengawas dan kepala sekolah untuk mengukur kesesuaian pelaksanaan supervisi dengan RKA dan prosedur supervisi klinis pada format yang telah disiapkan.
b)   Mengumpulkan data rekapitulasi hasil supervisi akademik.
c)   Mencatat hasil wawancara dengan guru
d)  Melaksanakan evaluasi /tes siklus 2
3)     Refleksi: melakukan perenungan yang didasarkan atas data yang diperoleh melalui observasi, hasil wawancara maupun hasil tes siklus 2 yang telah dilakukan untuk untuk membuat kesimpulan hasil penelitian.

D.    Faktor yang Diteliti

Kualitas kegiatan pembelajaran guru mata pelajaran pada SMP Plus Murung Pudak berdasarkan terpenuhinya indikator yang terdapat dalam instrumen supervisi akademik, selain itu perlu meneliti hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan supervisi kelas berbasis klinis dengan pendekatan PIS di SMP Plus Murung Pudak.

E.     Cara Penggalian Data

Jenis data yang diperoleh adalah data kualitatif hasil tanya jawab  dan lembar observasi tentang pelaksanaan supervisi kunjungan kelas berbasis klinis di SMP Plus Murung Pudak. Hasil data yang telah dikumpulkan di adakan verifikasi dan analisis, dari analisis data ini peneliti dapat merefleksikan dengan melihat data observasi apakah kegiatan yang ditetapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran guru mata pelajaran pada SMP Plus Murung Pudak. Hasil analisis data akan digunakan sebagai acuan dalam memberikan tindakan pada siklus berikutnya atau menyimpulkan hasil penelitian.

F.     Indikator Keberhasilan

Untuk mengetahui keberhasilan penelitian tindakan sekolah ini menggunakan rentang nilai 1 sampai dengan 5, menurut Usman (2011:119) nilai tersebut berarti:
1 = kurang sekali
2 = kurang
3 = cukup
4 = baik
5 = baik sekali.
Berdasarkan rentang nilai tersebut maka penelitian tindakan sekolah ini dapat dikatakan berhasil bila memenuhi indikator sebagai berikut:
Sebanyak 80 % guru yang disupervisi dalam mengajar mendapat nilai Baik (B) berdasarkan hasil penilaian RPP dan Pelaksanaan Pembelajaran, serta ada peningkatan hasil penilaian RPP dan Pelaksanaan Pembelajaran dari siklus I ke siklus berikutnya.







BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A.    Hasil Penelitian
Penelitian Tindakan Sekolah ini dilaksanakan di SMP Plus Murung Pudak Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong, yang pelaksnaannya meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
  1. Perencanaan, yang meliputi penetapan materi pembinaan dan penetapan alokasi waktu pelaksanaannya (bulan April s.d. Agustus 2012).
  2. Tindakan, meliputi seluruh proses kegiatan pembinaan kepengawasan melalui supervisi kelas berbasis klinis dengan pendekatan PIS, siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 21 s.d. 24 Mei 2012, sedangkan siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 28 s.d. 31 Mei 2012.
  3. Observasi, dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan kepengawasan supervisi kelas berbasis klinis dengan pendekatan PIS.
  4. Refleksi, meliputi kegiatan analisis hasil pembinaan kepengawasan sekaligus menyusun rencana perbaikan pada siklus berikutnya atau menyimpulkan hasil kegiatan penelitian yang telah dilakukan.
 Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan secara kolaborasi dengan kepala sekolah yang membantu pelaksanaan observasi dan refleksi selama kegiatan penelitian berlangsung.
Pelaksanaan penelitian sekolah dilaksanakan dalam tahapan 2 (dua) siklus yaitu sikulus I dan siklus II.
1.      Pelaksanaan Tindakan Sekolah Siklus I
a.         Perencanaan
Untuk melaksanakan penelitian ini peneliti mempersiapkan perlengkapan pembinaan seperti: Rencana Kepengawasan Akademik (RKA), Pedoman Penilaian Rencana Program Pembelajaran (RPP), melapor kepada Kepala Sekolah bahwa akan melaksanakan penelitian, sosialisasi kepada guru sebagai subyek pelaksanaan penelitian tindakan. Secara rinci perencanaan tindakan pada siklus I dapat diuraikan sebagai berikut:
1)      Mengadakan bimbingan kelompok, berdiskusi dengan kepala sekolah dan guru-guru
2)      Pendekatan persuasif: menyampaikan informasi tentang supervisi klinis
3)      Memberikan contoh identifikasi masalah dalam pembelajaran
4)      Memberikan contoh solusi dalam mengatasi masalah
5)      Menilai RPP yang dibuat guru
6)      Observasi KBM/Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran
7)      Berdiskusi, perbaikan pembelajaran yang dilakukan
8)      Analisis hasil Penilaian , Refleksi
b.      Pelaksanaan Tindakan siklus I
Pada tanggal 15 Mei 2012 mengadakan pertemuan dan bimbingan kelompok dengan kepala sekolah dan guru-guru yang akan disupervisi. Berdasarkan informasi dari Kepala Sekolah, hanya beberapa guru mata pelajaran yang proaktif minta disupervisi, sehingga sesuai kesepakatan dengan kepala sekolah hanya guru-guru tersebut yang akan dijadikan subyek penelitian ini. Pertemuan ini diadakan dialog dan wawancara pada guru-guru yang akan disupervisi sesuai format A instrumen supervisi klinis yang meliputi: 1) topik yang akan disajikan, 2) kompetensi yang diharapkan dimiliki siswa, 3) persiapan tertulis yang dibuat guru, 4) tahapan-tahapan pelaksanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan, 5) materi yang menjadi kesulitan siswa, 6) dugaan sementara  sumber kesulitan siswa, 7) kesiapan guru untuk mengajar, 8) metode yang akan digunakan, 9) rencana penggunaan alat bantu pembelajaran, 10) kesediaan guru untuk diamati waktu mengajar.
Setelah diadakan kesepakatan, maka pengawas menyiapkan instrumen penilaian pelaksanaan pembelajaran. Dengan instrumen tersebut pengawas dan kepala sekolah mengamati jalannya pembelajaran dan pengawas mengadakan penilaian pembelajaran mulai dari pembukaan, inti pelajaran sampai penutup sesuai dengan kriteria yang ada pada instrumen. Setelah selesai pelaksanaan pembelajaran, guru bersama kepala sekolah dan pengawas mengadakan diskusi tentang hasil pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan, serta mencari solusi terbaik untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang ditemukan untuk menyempurnakan pembelajaran berikutnya.
Hasil penilaian rencana program pembelajaran siklus I dapat di lihat pada tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1: Hasil Penilaian Rencana Program Pembelajaran pada Siklus I
No
Indikator
Skor penilaian Guru Mata Pelajaran
Jumlah
1
2
3
4
5
6
Skor
Rt-rt
1
Merumuskan tujuan
3
2
4
3
3
3
18
   3.0
2
Menentukan metode
4
3
4
3
4
3
21
   3.5
3
Menentukan langkah-langkah
4
3
4
4
4
4
23
   3.8
4
Menentukan cara memotivasi
4
3
4
4
4
4
23
   3.8
5
Bahan berpedoman pada karakteristik siswa
3
3
4
3
3
3
19
   3.2
6
Bahan sesuai kesulitan siswa
3
3
4
3
3
3
19
   3.2
7
Bahan tersesusun sesuai taraf kemampuan berpikir siswa
3
3
4
3
3
3
19
   3.2
8
Pengaturan ruang kelas
3
3
3
3
3
3
18
 3.0
9
Menentukan alokasi waktu
4
2
4
4
4
4
22
   3.7
10
Menentukan cara siswa aktif
4
3
4
4
4
4
23
   3.8
11
Menentukan pengembangan alat
4
3
4
3
3
3
20
   3.3
12
Menentukan media
4
3
4
3
3
3
20
   3.3
13
Menentukan sumber
4
4
4
4
4
4
24
   4.0
14
Menentukan bentuk/prosedur penilaian
3
3
4
3
3
3
19
   3.2
15
Membuat alat penilaian
3
4
4
3
3
3
20
  3.3

Jumlah
53
45
59
50
51
50

51.3

Rata-Rata
3.53
3.00
3.93
3.33
3.40
3.33

 3.4

Dengan menganalisis hasil evaluasi pada tindakan siklus I penyusunan Rencana Program Pembelajaran belum menunjukkan keberhasilan karena baru mencapai nilai rata-rata 3,4 dan belum mencapai kategori baik. Dari hasil penilaian dalam penyusunan Rencana Program Pembelajaran masih ditemukan kelemahan-kelemahan antara lain dalam: 1) merumuskan tujuan, 2) pengaturan ruang kelas, 3) menentukan materi yang sesuai karakteristik siswa dan 4) cara menentukan prosedur penilaian. Berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut peneliti perlu mengadakan perbaikan-perbaikan dalam pembinaan terutama dalam indikator: 1) merumuskan tujuan, 2) pengaturan ruang kelas, 3) menentukan materi yang sesuai karakteristik siswa dan 4) cara menentukan prosedur penilaian agar penilaian penyusunan rencana program pembelajaran mendapat nilai kategori baik (4,0).   

Selanjutnya hasil penilaian pelaksanaan pembelajaran siklus I dapat di lihat pada tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2: Hasil Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran pada Siklus I
NO
INDIKATOR
Skor Penilaian Guru
Mata Pelajaran
Jml
Rata-rata


1
2
3
4
5
6

I
PRAPEMBELAJARAN









1
Memeriksa kesiapan siswa
4
4
4
3
4
4

23
3.8
2
Melakukan kegiatan apersepsi
4
3
4
4
4
4

23
3.8
II
KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN









A
Penguasaan materi pelajaran









3
Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran
5
3
4
4
4
4

24
4.0
4
Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan
3
3
3
4
4
4

21
3,5
5
Menyampaikan materi dengan jelas dan sesuai dengan hierarki belajar
3
4
4
4
4
4

23
3.8
6
Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan
3
4
4
3
4
4

22
3.7
B
Pendekatan/strategi pembelajaran









7
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai
4
3
4
4
4
4

23
3.8
8
Melaksanakan pembelajaran secara runtut
4
3
3
4
4
4

22
3.7
9
Menguasai kelas
3
3
3
3
3
3

18
3.0
10
Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual
3
3
4
4
4
4

22
3.7
11
Melaksanakan pembelajaran yang memung-kinkan tumbuhnya kebiasaan positif
3
3
4
4
4
4

22
3.7
12
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan
4
4
4
4
4
4

24
4.0
C
Pemanfaatan sumber belajar/media PBM









13
Menggunakan media secara efektif /efisien
3
3
4
3
4
3

20
3.3
14
Menghasilkan pesan yang menarik
3
4
4
3
4
4

22
3.7
15
Melibatkan siswa dlam pemanfaatan media
3
3
4
3
3
3

19
3.2
D
Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa









16
Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran
3
4
4
4
4
4

23
3.8
17
Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa
4
4
4
4
4
4

24
4.0
18
Menumbuhkan keceriaan dan antusisme siswa dalam belajar
3
4
4
4
3
3

21
3,5
E
Penilaian proses dan hasil belajar









19
Memantau kemajuan belajar selama proses
3
3
3
4
3
3

19
3.2
20
Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan)
4
4
4
4
4
4

24
4.0
F
Penggunaan bahasa









21
Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar
4
4
4
3
4
4

23
3.8
22
Menyampaikan pesan dgn gaya yg sesuai
3
4
4
4
4
4

23
3.8
III
PENUTUP









23
Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa
4
4
4
4
4
4

24
4.0
24
Melaksanakan tindak lanjut  dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan
3
3
3
4
4
3

20
3.3

Jumlah
83
84
91
89
92
90


88

Rata-rata
3.5
3.5
3.8
3.7
3.8
3.8


3.7

 

Analisis hasil evaluasi pada tindakan siklus I Pelaksanaan Pembelajaran pada tabel 2, belum menunjukkan keberhasilan karena baru mencapai nilai rata-rata 3,7 dan belum mencapai kategori baik. Dari hasil penilaian dalam Pelaksanaan Pembelajaran masih ditemukan kelemahan-kelemahan antara lain dalam: 1) penguasaan kelas, 2) keterlibatan siswa dalam memanfaatkan media, 3) memantau kemajuan belajar dalam proses, dan 4) tindak lanjut setelah selesai pembelajaran. Berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut peneliti perlu mengadakan perbaikan-perbaikan dalam pembinaan terutama dalam indikator : 1) penguasaan kelas, 2) keterlibatan siswa dalam memanfaatkan media, 3) memantau kemajuan belajar dalam proses, dan 4) tindak lanjut setelah selesai pembelajaran agar penilaian pelaksanaan pembelajaran mendapat nilai kategori baik (4,0).
Berdasarkan hasil analisis pada siklus I dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengajar guru belum optimal, ini ditunjukkan dari hasil penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mendapat nilai rata-rata 3,4 dan penilaian Pelaksanaan Pembelajaran mendapat nilai rata-rata 3,7 ini berarti belum mencapai kategori baik (4,0), hal ini disebabkan oleh peneliti dalam membimbing guru masih secara kelompok dan peneliti masih besar peranannya dalam pengambilan solusi pemecahan masalah yang dihadapi guru.
Refleksi Siklus I:
Sesuai saran kolaborator agar dilakukan bimbingan secara individual serta memberikan kesempatan pada guru lebih besar peranannya dalam menentukan solusi pemecahan masalah yang dihadapi guru, sementara peranan peneliti hanya mengarahkan.

1.      Pelaksanaan Tindakan Sekolah Siklus II
a.         Perencanaan
Siklus II dilaksanakan setelah mengadakan refleksi analisis hasil kegiatan pada siklus I. Sesuai dengan saran kolaborator maka secara rinci rencana tindakan siklus II dapat diuraikan sebagai berikut:
1)      Mengadakan bimbingan individual bagi guru yang akan mengajar
2)      Pendekatan Persuasif : membimbing guru untuk mengemukakan permasalahan kesenjangan dalam pembelajaran
3)      Membimbing dan mengarahkan guru menemukan rencana solusi dalam mengatasi permasalahan kesenjangan pembelajaran
4)      Menilai RPP yang dibuat guru untuk mengajar
5)      Observasi KBM/Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran
6)      Diskusi memperbaiki pembelajaran yang dilakukan
7)      Analisis hasil Penilaian dan Refleksi/Menyimpulkan

b.      Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pelaksanaan siklus ke II diawalai dengan mengadakan pertemuan individual kepada guru yang akan disupervisi dalam mengajar dengan mengajak secara halus untuk mengajar yang ideal dengan mengidentifikasi kesenjangan permasalahan pembelajaran serta memberikan kesempatan pada guru yang bersangkutan untuk menemukan solusi dalam menyelesaiakan kesenjangan tersebut dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Setelah diadakan dialog, wawancara dan pemberian saran-saran perbaikan pembelajaran, maka pengawas dan guru juga mengadakan dialog dan wawancara untuk persiapan supervisi pada pertemuan berikutnya sesuai format A instrumen supervisi klinis yang meliputi: 1) topik yang akan disajikan, 2) kompetensi yang diharapkan dimiliki siswa, 3) persiapan tertulis yang dibuat guru, 4) tahapan-tahapan pelaksanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan, 5) materi yang menjadi kesulitan siswa, 6) dugaan sementara  sumber kesulitan siswa, 7) kesiapan guru untuk mengajar, 8) metode yang akan digunakan, 9) rencana penggunaan alat bantu pembelajaran, 10) kesediaan guru untuk diamati waktu mengajar.
Setelah diadakan kesepakatan, maka pengawas menyiapkan instrumen penilaian Renacana Pelaksanaan Pembelajaran dan Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran. Dengan instrumen tersebut pengawas melaksanakan penilaian Renacana Pelaksanaan Pembelajaran. Selanjutnya pengawasa dan kepala sekolah mengamati jalannya pembelajaran dan pengawas mengadakan penilaian pembelajaran mulai dari pembukaan, inti pelajaran sampai penutup sesuai dengan kriteria yang ada pada instrumen. Setelah selesai pelaksanaan pembelajaran, guru bersama kepala sekolah dan pengawas mengadakan diskusi tentang hasil pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan, serta mencari solusi terbaik untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang ditemukan untuk menyempurnakan pembelajaran berikutnya.
Hasil penilaian Rencana Program Pembelajaran siklus II dapat di lihat pada tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3: Hasil Penilaian Rencana Program Pembelajaran pada Siklus II
No
Indikator
Skor penilaian Guru Mata Pelajaran
Jumlah
1
2
3
4
5
6
Skor
Rt-rt
1
Merumuskan tujuan
    5
    5
    5
    5
    5
    5
    30
5.0
2
Menentukan metode
    5
    4
    4
    4
    4
    4
    25
4.2
3
Menentukan langkah-langkah
    5
    5
    5
    5
    5
    4
    29
4.8
4
Menentukan cara memotivasi
    4
    4
    4
    4
    4
    4
    24
4.0
5
Bahan berpedoman pada karakteristik siswa
    4
    4
    4
    4
    5
    5
    26
4.3
6
Bahan sesuai kesulitan siswa
    5
    5
    5
    4
    4
    5
    28
4.7
7
Bahan tersesusun sesuai taraf kemampuan berpikir siswa
    4
    4
    4
    4
    4
    5
    25
4.2
8
Pengaturan ruang kelas
    5
    4
    5
    5
    5
    5
    29
4.8
9
Menentukan alokasi waktu
    4
    4
    4
    4
    4
    5
    25
4.2
10
Menentukan cara siswa aktif
    5
    5
    4
    4
    5
    4
    27
4.5
11
Menentukan pengembangan alat
    4
    5
    5
    5
    4
    4
    27
4.5
12
Menentukan media
    5
    4
    4
    4
    4
    4
    25
4.2
13
Menentukan sumber
    4
    4
    5
    4
    4
    4
    25
4.2
14
Menentukan bentuk/ prosedur penilaian
    4
    4
    4
    4
    4
    4
    24
4.0
15
Membuat alat penilaian
    4
    4
    4
    4
    4
    4
    24
4.0

Jumlah
  67
  65
  66
  64
  65
  66
  393
65.5

Rata-Rata
 4.5
 4.3
 4.4
 4.3
 4.3
 4.4
    26
4.4

Hasil pembinaan dan bimbingan pada guru dan berdiskusi dengan guru setelah melaksanakan proses belajar mengajar menunjukkan adanya peningkatan kemampuan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Sesuai dengan tabel 3 di atas hasil evaluasi pada tindakan siklus II penyusunan Rencana Program Pembelajaran menunjukkan keberhasilan mencapai nilai rata-rata 4,4 dengan kategori baik.  
Selanjutnya hasil penilaian Pelaksanaan Pembelajaran siklus II dapat di lihat pada tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 4: Hasil Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran pada Siklus II
NO
INDIKATOR
SKOR Penilaian Guru Mata Pelajaran
Jml
Rata-rata


1
2
3
4
5
6

I
PRAPEMBELAJARAN









1
Memeriksa kesiapan siswa
5
4
5
4
4
4

26
4.3
2
Melakukan kegiatan apersepsi
5
4
5
4
4
4

26.
4.3
II
KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN









A
Penguasaan materi pelajaran









3
Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran
5
4
5
4
4
5

27
4.5
4
Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan
4
4
4
4
4
4

24
4.0
5
Menyampaikan materi dengan jelas dan sesuai dengan hierarki belajar
4
4
4
4
4
4

24
4.0
6
Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan
5
5
5
4
4
5

28
4.7
B
Pendekatan/strategi pembelajaran









7
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai
5
4
5
4
5
4

27
4.5
8
Melaksanakan pembelajaran secara runtut
4
4
4
4
4
4

 24
4.0
9
Menguasai kelas
4
4
4
4
4
5

25
4.2
10
Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual
4
5
5
4
4
4

26
4.3
11
Melaksanakan pembelajaran yang memung-kinkan tumbuhnya kebiasaan positif
5
4
4
4
4
4

25
4.2
12
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan
5
4
4
4
4
4

25
4.2
C
Pemanfaatan sumber belajar/media PBM









13
Menggunakan media secara efektif /efisien
5
5
5
4
4
4

27
4.5
14
Menghasilkan pesan yang menarik
5
4
5
4
4
4

26
4.3
15
Melibatkan siswa dlam pemanfaatan media
4
4
4
4
5
4

25
4.2
D
Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa









16
Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran
5
4
5
4
4
4

26
4.3
17
Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa
5
4
5
4
4
4

26
4.3
18
Menumbuhkan keceriaan dan antusisme siswa dalam belajar
5
5
4
4
4
4

26
4.3
E
Penilaian proses dan hasil belajar









19
Memantau kemajuan belajar selama proses
5
5
4
4
5
4

27
4.5
20
Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan)
5
4
5
5
4
4

27
4.5
F
Penggunaan bahasa









21
Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar
5
4
4
4
4
4

25
4.2
22
Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai
4
4
4
5
4
4

25
4.2
III
PENUTUP









23
Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa
4
4
5
4
4
4

25
4.2
24
Melaksanakan tindak lanjut  dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan
4
4
5
4
5
4

26
4.3

Jumlah
111
101
109
98
100
99

618
 103

Rata-rata
4.6
4.2
4.5
4.1
4.2
4.1
-
25
 4.3

Analisis hasil evaluasi pada tindakan siklus II Pelaksanaan Pembelajaran pada tabel 4, menunjukkan keberhasilan yang signifikan karena mencapai nilai rata-rata 4,3 dengan kategori baik. Walaupun demikian hasil penilaian dalam Pelaksanaan Pembelajaran masih perlu mengadakan perbaikan-perbaikan dalam pembinaan pada semua indikator penilaian pelaksanaan pembelajaran terutama dalam indikator : 1) penguasaan kelas, 2) keterlibatan siswa dalam memanfaatkan media, 3) memantau kemajuan belajar dalam proses, dan 4) tindak lanjut setelah selesai pembelajaran sehingga penilaian pelaksanaan pembelajaran tetap mendapat nilai kategori baik.
Setelah melaksanakan supervisi, guru dan pengawas mengadakan diskusi untuk menyampaikan kelebihan dan kelemahan-kelemahan yang terjadi saat mengajar. Kelebihan-kelebihan yang terjadi supaya dipertahankan dan ditingkatkan lebih baik lagi sementara kelemahan-kelemahannya diperlukan pemecahan dan solusi sehingga kelemahan-kelemahan itu tidak terjadi dan terulang pada kegiatan pembelajaran berikutnya.
Berdasarkan hasil analisis pelaksanaan tindakan siklus II, setelah peneliti memberikan bimbingan secara individual dan memberikan kesempatan pada guru untuk menentukan solusi pemecahan masalah kesenjangan dalam pembelajaran sementara peneliti hanya mengarahkan hasil penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mendapat nilai rata-rata 4,4 dan penilaian Pelaksanaan Pembelajaran mendapat nilai rata-rata 4,3 ini berarti mencapai kategori baik, karena lebih dari (4,0).

B.     Pembahasan
Sesuai dengan pengertian Supervisi klinis yaitu proses membantu guru untuk memperkecil kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang dilakukan guru dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Bantuan ini diberikan dengan siklus yang sistematis meliputi perencanaan, observasi yang mendalam atas pelaksanaan dan analisis hasil serta pemecahan masalah yang segera dilaksanakan  setelah proses pembelajaran berlangsung sehingga masih ada kesan dan masih dalam ingatan apa-apa kesalahan/kekurangan yang telah dilakukan tidak akan terulang lagi pada pembelajaran berikutnya.
Pembahasan hasil penelitian ini didasarkan pada hasil tindakan siklus I dan hasil tindakan siklus II. Pembahasan hasil penelitian tersebut terdiri dari penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang meliputi 5 komponen terbagi dalam 15 indikator,  yaitu: a) Merencanakan Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar ada 4 indikator: 1)  merumuskan tujuan, 2) Menentukan metode, 3) menentukan langkah-langkah pembelajaran, 4) menentukan cara memotivasi siswa; b)Merencanakan pengorganisasian bahan pengajaran 3 indikator: 1) berpedoman pada hasil identifikasi kesulitan siswa, 2) memilih bahan sesuai dengan karakteristik kesulitan siswa, 3) menyusun bahan pengajaran sesuai dengan taraf kemampuan berfikir siswa c) Merencanakan pengelolaan kelas ada 3 indikator: 1) menentukan dengan tepat macam pengaturan ruangan kelas sesuai dengan tujuan pembelajaran, 2)menentukan alokasi penggunaan waktu belajar mengajar, 3) menentukan cara pengorganisasian siswa agar terlibat secara efektif dalam KBM; d) merencanakan penggunaan alat/media pembelajaran ada 3 indikator: 1) menentukan pengembangan alat pengajaran, 2) menentukan media pengajaran, 3) menentukan sumber pengajaran; e) merencanakan penilaian ada 2 indikator yaitu: 1) menentukan bermacam-macam bentuk dan prosedur penilaian, 2) membuat alat penilaian hasil belajar.
Kegiatan tindakan dilakukan wawancara sebelum supervisi kelas, observasi/supervisi kelas dan wawancara/diskusi setelah observasi/supervisi kelas. Sebelum supervisi dilakukan wawancara untuk mengetahui persiapan dan kesiapan dari guru yang bersangkutan untuk di supervisi klinis, selanjutnya pelaksanaan supervisi untuk mengetahui gambaran nyata apa yang dilakukan guru dalam mengajar untuk di evaluasi apakah sesuai dengan teknik mengajar yang ideal, wawancara setelah supervisi kelas untuk membahas kondisi pembelajaran yang belum ideal dan mencari solusi pemecahannya sehingga kegiatan tersebut tidak akan terjadi pada kegiatan pembelajaran berikutnya.
Dalam penelitian ini peneliti dibantu oleh kepala sekolah untuk melakukan observasi. Pada hari berikutnya sesuai dengan jadwal mengajar masing-masing guru dilakukan supervisi kunjungan kelas untuk menilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Semua kegiatan tersebut dilakukan hingga dua kali, yaitu siklus I dan siklus II pada tempat yang sama. Pada akhir kegiatan dilakukan penelitian dan penilaian  penyusunan Rencana Program Pengajaran yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini:

Tabel 5: Hasil Penilaian Rencana Program Pengajaran Siklus I dan II
No
INDIKATOR
Rata-rata Siklus
Peningkatan


I
II
Nilai
%
1
Merumuskan tujuan
4.5
5.0
2.0
66.7
2
Menentukan metode
3.0
4.2
0.7
20.0
3
Menentukan langkah-langkah
3.5
4.8
1.0
26.3
4
Menentukan cara memotivasi
3.8
4.0
0.2
5.3
5
Bahan berpedoman pada karakteristik siswa
3.8
4.3
1.1
34.4
6
Bahan sesuai kesulitan siswa
3.2
4.7
1.5
46.9
7
Bahan tersesusun sesuai taraf kemampuan berpikir siswa
3.2
4.2
1.0
31.3
8
Pengaturan ruang kelas
3.2
4.8
1.8
60.0
9
Menentukan alokasi waktu
3.0
4.2
0.5
13.5
10
Menentukan cara siswa aktif
3.7
4.5
0.7
18.4
11
Menentukan pengembangan alat
3.8
 4.5
1.2
36.4
12
Menentukan media
3.3
 4.2
0.9
27.3
13
Menentukan sumber
4.0
 4.2
0.2
5.0
14
Menentukan bentuk/prosedur penilaian
3.2
 4.0
0.8
25.0
15
Membuat alat penilaian
3.3
 4.0
0.7
21.2

Jumlah
51.3
 65.6
 14.3
27.9

Rata-Rata
 3.4
 4.4
 1.0
27.9
Berdasarkan rekapitulasi data pada tabel 5, hasil penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada siklus I dan II sebagaimana tersaji dalam tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa kemampuan guru pada 15 aspek penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mengalami peningkatan, setelah dilaksanakan pembimbingan dan perbaikan pada siklus sebelumnya. Peningkatan ini akan terlihat jelas pada gambar 2 sebagai berikut:
 Gambar 2: Hasil Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Hasil penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus I dengan nilai rata-rata mencapai 3.4 atau dalam kategori cukup karena belum mencapai 4. Jika dibandingkan dengan hasil penilaian pada siklus II dengan nilai rata-rata 4,4 maka penilaian tersebut mengalami peningkatan sebesar 1.0 (meningkat 27,9%). Nilai rata-rata tersebut diakumulasikan dari beberapa aspek/indikator penilaian. Pada indikator merumuskan tujuan mengalami peningkatan 2.0 (meningkat 66,7%) hal ini disebabkan guru-guru sudah memahami cara merumuskan tujuan pembelajaran yang dibuat dari masing-masing indikator pada silabus dan memenuhi kriteria penulisan tujuan pembelajaran yang baku. Selanjutnya dalam menentukan metode mengalami peningkatan sebesar 0.7 (meningkat 20%) hal ini ditunjukkan dengan adanya perencanaan yang menggunakan bebarapa metode yang sesuai dan relevan dengan tujuan pembelajaran. Dalam menentukan langkah-langkah pembelajaran guru telah menentukan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran sehingga ada peningkatan 1.0 (meningkat 26.3%). Selanjutnya dalam menentukan cara memotivasi siswa belum ada peningkatan secara signifikan hanya meningkat 5.3% guru masih kurang memperhatikan materi dan tujuan pembelaran.
Merencanakan pengorganisasian bahan pengajaran yang berpedoman pada hasil identifikasi kesulitan siswa ada peningkatan 1.1 (meningkat 34,4%) hal ini karena antara bahan dan karakteristik siswa dan sumber belajar  terlihat jelas dalam Rencana Pembelajaran. Untuk memilih bahan sesuai dengan karakteristik kesulitan siswa ada peningkatan 1.5 (meningkat 46,9%) hal ini ditunjukkan dengan adanya bahan-bahan yang mudah dipahami siswa. Menyusun bahan pengajaran sesuai dengan taraf kemampuan berfikir siswa mengalami peningkatan 1,0 (meningkat 31,3%) ini sesuai dengan pedoman menyusun bahan yang sesuai dengan ingatan, pemahaman dan penerapan.
Guru berupaya merencanakan pengelolaan kelas menentukan dengan tepat, pengaturan ruangan kelas sesuai dengan tujuan pembelajaran mengalami peningkatan 1,8 (meningkat 60%) dengan adanya pengaturan ruang kelas yang bervariasi secara klasikal maupun berkelompok. Selanjutnya dalam menentukan alokasi penggunaan waktu belajar mengalami peningkatan 0.5 (meningkat 13.5%) pembagian waktu mengajar hanya tercantum tiga rincian waktu yaitu pembukaan, inti dan penutup. Untuk menentukan cara pengorganisasian siswa agar terlibat secara efektif dalam KBM mengalami peningkatan 0,7 (meningkat 18.4%) dalam perencanaan terlihat adanya kesempatan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
Perencanaan penggunaan alat/media pembelajaran, guru menentukan pengembangan alat pengajaran mengalami peningkatan 1.2 (meningkat 36.4%) dalam perencanaan terlihat adanya perencanaa penggunaan alat-alat pelajaran dalam pembelajaran.  Selain itu guru dalam menentukan media pengajaran juga mengalami peningkatan 0,9 (meningkat 27.3%) terlihat adanya perencanaan penggunaan media dalam pembelajaran.  Penentuan sumber pengajaran belum mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu hanya 0,2 (meningkat 5%) terlihat adanya keterbatasan perencanaan penggunaan berbagai sumber pelajaran yang relevan dengan materi pelajaran.
Selanjutnya dalam menentukan bermacam-macam bentuk dan prosedur penilaian mengalami peningkatan 0.8 (meningkat 25%) hal ini ditunjukkan dengan adanya prosedur dan jenis penilaian yang sesuai tujuan pembelajaran walaupun ada beberapa guru yang kurang mengembangkan pembuatan alat penilaian hasil belajar. Sedangkan untuk membuat alat penilaian mengalami peningkatan 0.7 (meningkat 21.2%).
Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa dengan supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP, hal ini juga sesuai pendapat Daya Negeri Wijaya (2011) mengatakan bahwa penerapan supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP.
Pembahasan penelitian sesuai hasil penilaian pelaksanaan pembelajaran penilaian siklus I dan II mengalami peningkatan hal ini dapat dilihat pada tabel 6 sebagai berikut:

Tabel 6: Hasil Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I dan II
NO
INDIKATOR
Rata-rata Siklus
Peningkatan


I
II
Nilai
%
1
Memeriksa kesiapan siswa
3.8
4.3
0.5
12.3
2
Melakukan kegiatan apersepsi
3.8
4.3
0.5
12.3
3
Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran
4.0
4.5
0.5
12.5
4
Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan
3.5
4.0
0.5
14.3
5
Menyampaikan materi dengan jelas dan sesuai dengan hierarki belajar
3.8
4.0
0.2
5.3
6
Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan
3.7
4.7
1.0
27.0
7
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai
3.8
4.5
0.7
18.4
8
Melaksanakan pembelajaran secara runtut
3.7
4.0
0.3
8.1
9
Menguasai kelas
3.0
4.2
1.2
40.0
10
Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual
3.7
4.3
0.6
16.2
11
Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif
3.7
4.2
0.5
13.5
12
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan
4.0
4.2
0.2
5.0
13
Menggunakan media secara efektif /efisien
3.3
4.5
1.2
36.4
14
Menghasilkan pesan yang menarik
3.7
4.3
0.6
16.2
15
Melibatkan siswa dlam pemanfaatan media
3.2
4.2
1.0
31.3
16
Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran
3.8
4.3
0.5
13.2
17
Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa
4.0
4.3
0.3
7.5
18
Menumbuhkan keceriaan dan antusisme siswa dalam belajar
3.5
4.3
0.8
22.9
19
Memantau kemajuan belajar selama proses
3.2
4.5
1.3
40.6
20
Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan)
4.0
4.5
0.5
12.5
21
Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar
3.8
4.2
0.4
10.5
22
Menyampaikan pesan dgn gaya yg sesuai
3.8
4.2
0.4
10.5
23
Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa
4.0
4.2
0.2
5.0
24
Melaksanakan tindak lanjut  dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan
3.3
4.3
1.0
30.3

Jumlah
88.2
103.0
14.8
16.8

Rata-rata
3.7
4.3
0.6
16.8

Berdasarkan rekapitulasi data pada tabel 6, hasil penilaian Pelaksanaan Pembelajaran pada siklus I dan II sebagaimana tersaji dalam tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa semua kemampuan guru pada 24 aspek penilaian Pelaksanaan Pembelajaran mengalami peningkatan yang signifikan setelah dilaksanakan pembimbingan dan perbaikan. Peningkatan penilaian pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada gambar 3 sebagai berikut:
 Gambar 3: Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran siklus I dan II

Hasil penilaian Pelaksanaan Pembelajaran siklus I dengan nilai rata-rata mencapai 3.7 atau dalam kategori cukup karena belum mencapai 4. Jika dibandingkan dengan hasil penilaian pada siklus II dengan nilai rata-rata 4,3 maka penilaian tersebut mengalami peningkatan sebesar 0.6 (meningkat 16,8%). Nilai rata-rata tersebut diakumulasikan dari beberapa aspek/indikator penilaian. Pada indikator  memeriksa kesiapan siswa mengalami peningkatan 0,5 (meningkat 12.3%) hal ini disebabkan guru-guru sudah memahami cara memeriksa kesiapan siswa untuk mengikuti pelajaran. Selanjutnya dalam kegiatan apersepsi mengalami peningkatan sebesar 0.5 (meningkat 12.3%) hal ini ditunjukkan dengan adanya  kegiatan guru yang bervariasi dalam menggali kemampuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan dipelajari.  
Guru-guru pada umumnya menguasai materi yang diajarkan dengan indikator penilaian penguasaan materi baik siklus I dan II menunjukaan nilai yang baik yaitu 4.0 dan 4.5 mengalami peningkatan 0.5 (meningkat 12.5%). Selanjutnya dalam mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan ada peningkatan secara signifikan hanya meningkat 14.3% guru dalam pelaksanaan pembelajaran guru sering mengaitkan materi pembelajaran dengan pengetahuan lainnya yang relevan.
Penyampaian materi ada peningkatan 0.2 (meningkat 5,3%) penyampaian materi cukup jelas walupun kadang-kadang masih ada yang belum sesuai hierarki belajar. Untuk mengaitkan materi dengan realitas kehidupan ada peningkatan 1.0 (meningkat 27%) untuk menambah pemahaman siswa dalam mempelajari materi guru berupaya mengaitkan materi pembelajaran dengan realita lingkungan dan kegiatan siswa. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai mengalami peningkatan 0,7 (meningkat 18,4%) guru selalu menyampaikan tujuan pembelajaran dan materi selalu berkaitan dengan tujuan pembelajaran tersebut.
Guru berupaya melaksakan pembelajaran secara runtut mengalami peningkatan 0,3 (meningkat 8,1%).  Selanjutnya dalam penguasaan kelas ada peningkatan 1,2 (meningkat 40%) umumnya guru sudah menguasai kelas dengan memperhatikan seluruh siswa dan tidak terpaku didepan kelas tetapi sering mendekati siswa secara bergiliran. Untuk pelaksanaan pembelajaran yang bersifat kontekstual mengalami peningkatan 0,6 (meningkat 16.2%).
Pelaksanaan pembelajaran, guru berupaya untuk mengkondisikan siswa agar menjadikan kebiasaan yang positif kegiatan ini mengalami peningkatan 0.5 (meningkat 13.5%) hal ini ditunjukkan saat guru mengajar selalu menegur dan mengingatkan bila ada siswa yang kurang sopan, mengganggu teman dan perilaku lainnya yang dianggap kurang baik.  Kaitanya dengan penggunaan waktu guru sudah menggunakannya secara efektif dan terbagi menjadi 3 kegiatan yaitu untuk membuka pelajaran, menyampaikan materi/inti pelajaran dan menutup pelajaran sesuai dengan perencanaan mengalami peningkatan 0.2 (meningkat 5%).
Setelah disupervisi umumnya guru-guru menggunakan media secara efektif dan efisien mengalami peningkatan 1.2 (meningkat 36.4%), menghasilkan pesan yang menarik mengalami peningkatan 0.6 (meningkat 16.2%), melibatkan siswa dalam pemanfaatan media mengalami peningkatan 1.0 (meningkat 31.3%), menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan 0.5 (meningkat 13.2%), menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa mengalami peningkatan 0.3 (meningkat 7.5%), menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar mengalami peningkatan 0.8 (meningkat 22.9%), memantau kemajuan belajar selama proses mengalami peningkatan 1,3 (meningkat 40.6%), melakukan penilaian akhir sesuai dengan tujuan kompetensi mengalami peningkatan 0.5 (meningkat 12.5%), menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik dan benar mengalami peningkatan 0.4 (meningkat 10.5%), menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai mengalami peningkatan 0.4 (meningkat 10.5%), melakukan refleksi membuat rangkuman dengan melibatkan siswa mengalami peningkatan 0.2 (meningkat 5.0%), dan melaksanakan tindak lanjut mengalami peningkatan 1.0 (meningkat 30.3%).
Pemanfaatan media pembelajaran secara efektif dan efisien, membuat guru menghasilkan pesan yang menarik selalu melibatkan siswa dalam penggunaan media sehingga menumbuhkan partisipasi aktif dari siswa dalam mengikuti pembelajaran. Kegiatan yang aktif dari siswa juga menimbulkan sikap terbuka dari guru untuk merespon dan melayani siswa sehingga timbul hubungan timbal balik yang proaktif menjadikan kehidupan suasana kelas diwarnai keceriaan siswa dan antusiasme siswa dalam belajar.
Guru menggunakan bahasa lisan dan tuliasan secara baik dan benar dalam pelaksanaan pembelajaran dengan gaya yang sesuai untuk menyampaikan pesan selalu memantau kemajuan belajar selama proses pembelajaran dan melakukan penilaian akhir sesuai kompetensi/tujuan pembelajaran. Setiap mengakhiri pelajaran guru melakukan refleksi dan menyimpulkan materi bersama-sama siswa serta melakukan tindak lanjut dengan memberikan tugas tambahan pada siswa serta tugas rumah untuk mendalami materi pelajaran yang telah disampaikan.
Pelaksanaan pembelajaran akan lebih efektif dan berkualitas bila sering dilakukan supervisi oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah. Penelitian ini menunjukan bahwa hasil penilaian pelaksanaan pembelajaran ada peningkatan yang signifikan dari siklus I ke siklus II. Hal ini terjadi karena hasil supervisi pada siklus I langsung didiskusikan dengan guru, kepala sekolah dan pengawas untuk menyampaikan kelemahan dan kelebihan yang telah dilakukan guru dalam pembelajaran. Kelebihannya agar dipertahankan dan kelemahannya harus dicarikan solusi dan pemecahan untuk diperbaiki.


BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dan Analisis hasil pembinaan dengan mengefektifkan supervisi kelas berbasis klinis dengan pendekatan PIS di SMP Plus Murung Pudak dapat disimpulkan bahwa:
1.        Supervisi kelas berbasis klinis dengan pendekatan PIS dapat meningkatkan kualitas pembelajaran guru di SMP Plus Murung Pudak. Skor penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran meningkat 27.9% dari siklus I dengan rata-rata 3.4 menjadi rata-rata 4.4 pada siklus II, adapun skor hasil penilaian pelaksanaan pembelajaran meningkat 16.8% dari siklus I dengan rata-rata 3.7 menjadi rata-rata 4.3 pada siklus II.
2.        Hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan supervisi kelas berbasis klinis dengan pendekatan PIS dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran guru di SMP Plus Murung Pudak adalah:
a.       Tidak semua guru siap untuk disupervisi klinis
b.      Karena adanya berbagai macam kegiatan kepala sekolah dan pengawas maka pelaksanaan supervisi klinis hanya dapat dilaksanakan pada saat-saat tertentu.


B.     Saran
1.      Bagi guru harus sering disupervisi dan berkonsultasi konsultasi kepada pengawas, kepala sekolah, teman sejawat dan guru senior agar dapat mengetahui kelemahan dan kelebihannya masing-masing, sehingga mudah menyelesaikan permasalahan-permasalahan pembelajaran.
2.      Bagi Pengawas dan Kepala Sekolah perlu melakukan supervisi klinis agar dapat memberikan bimbingan kepada guru-guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
3.      Bagi peneliti lanjutan, penelitian ini dapat diteliti dengan kajian yang lebih luas secara mendalam dengan mengkaji pengaruh berbagai faktor terhadap kualitas pembelajaran guru sehingga hasilnya akan lebih sempurna.











DAFTAR PUSTAKA


Ametembun N.A 2000, Supervisi Pendidikan, Bandung: Suri.

Aqib, Z. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru Bandung: CV Yrama Widya.

Depdiknas, 2002.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ketiga, Jakarta: Balai Pustaka

Dirjen PMPTK, 2008a. Pedoman Penelitian Tindakan Sekolah (School Action Research)Peningkatan Kompetensi Supervisi Pengawas Sekolah SMA/SMK.  Jakarta: Depdiknas, Ditjen PMPTK.

Dirjen PMPTK, 2008b. Petunjuk Teknis Penelitian Tindakan Sekolah (School Action Research)Peningkatan Kompetensi Supervisi Pengawas Sekolah SMA/SMK. Jakarta: Depdiknas, Ditjen PMPTK.

Nurtain , 1989, Supervisi Pengajaran (Teori dan Praktek), Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.

Piet A.S. 2000, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta.

Purwanto N. 2005. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung. Rosda.

Suharsimi A. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Usman M.U. 2011. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Wijaya DN., (2011) Peningkatan Kemampuan Guru dalam Menyusun RPP melalui Supervisi Klinis dan Implikasinya terhadap pembelajaran IPS. info@fis.um.ac.id. Website: http://fis.um.ac.id.




Suka artikel ini?

1 komentar:

rahidat51 mengatakan... on 4 Agustus 2019 pukul 01.55

Makasih gan semoga berkah ilmunya. Izin sedot

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Komunitas Komunitas