ABSTRAK
Mudiyono, 2012. Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Guru dengan Mengefektif-kan Supervisi Kelas Berbasis Klinis dengan Pendekatan PIS di SMP Plus Murung Pudak Kabupaten Tabalong Tahun 2012. PTS. Pengawas PLB, Dikmen Dinas Pendidikan Kabupaten Tabalong.
Penelitian tentang mengefektifkan supervisi kelas berbasis klinis untuk meningkatkan kualitas pembelajaran guru di SMP Plus Murung Pudak Kabupaten Tabalong Tahun 2012. Penelitian ini bertujuan untuk (1) meningkatkan kualitas pembelajaran guru dengan mengefektifkan supervisi kelas berbasis klinis di SMP Plus Murung Pudak. (2) mengetahui hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan supervisi kelas berbasis klinis dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran guru di SMP Plus Murung Pudak.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan sekolah dengan 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah 6 orang guru SMP Plus Murung Pudak. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrument supervise klinis, lembar penilaian rencana pelaksanaan pembelajaran dan lembar penilaian pelaksanaan pembelajaran.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa (1) supervisi kelas berbasis klinis dapat meningkatkan kualitas pembelajaran guru di SMP Plus Murung Pudak, sesuai hasil penilaan rencana pelaksanaan pembelajaran rata-rata 3.4 pada siklus I dan 4,4 pada siklus II, dan hasil penilaan pelaksanaan pembelajaran nilai rata-rata 3.7 pada siklus I dan 4,3 pada siklus II (2) hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan supervisi kelas berbasis klinis adalah tidak semua guru siap untuk disupervisi klinis.
Kata Kunci: Supervisi kelas berbasis klinis, Rencana Pembelajaran, Pelaksanaan
Pembelajaran.
Gambar 2: Hasil Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Gambar 3: Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran siklus I dan II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
SMP Plus Murung
Pudak adalah perubahan nomenklatur dari SMP Patra Darma yang merupakan salah
satu sekolah binaan PT. Pertamina UP. Tanjung. Seiring dengan jalannya waktu SMP Patra Darma
ini berkembang pesat dan merupakan salah satu sekolah
favorit di Kabupaten Tabalong. Semenjak otonomi daerah SMP Patra Darma ini diserahkan oleh PT. Pertamina UP. Tanjung kepada Yayasan
Pendidikan Penghulu
Rasyid (YPPR) Kabupaten Tabalong dan berubah nomenklatur menjadi SMP Plus Murung Pudak. Pada tahun 2012 ini jumlah
siswa SMP Plus Murung Pudak 288 siswa terbagi dalam 9 rombongan belajar yang terdiri dari kelas
VII, VIII dan IX masing-masing 3 rombongan belajar.
Sebagai sekolah favorit seharusnya
semua guru SMP Plus Murung Pudak melaksanakan pembelajaran secara efektif dan
efisien serta profesional. Guru yang profesional akan melaksanakan tugasnya
dengan baik, memiliki perencanaan dengan baik dan dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya. Guru dalam mengajar harus memfasilitasi siswa untuk belajar secara
optimal, memotivasi siswa untuk memiliki rasa ingin tahu serta memotivasi siswa
untuk mengembangkan kreatifitasnya. Pada kegiatan belajar mengajar, guru harus
mampu memilih dan menggunakan metode dan pendekatan pembelajaran yang menarik,
bervariasi sehingga pembelajaran akan menyenangkan bagi siswa.
Pembelajaran akan berhasil dengan
baik bila pembelajaran itu mampu menggali kemampuan siswa dalam eksplorasi,
elaborasi dan konfirmasi sehingga siswa betul-betul memahami materi yang telah
dipelajari. Demikian pula dalam mengakhiri pembelajaran, seorang guru harus
menanamkan kesan yang mendalam bagi siswa sehingga materi itu betul-betul
dikuasai dan dipahami siswa, guru membuat umpan balik sesuai materi yang
dipelajari secara proporsional, serta bersama-sama siswa menyimpulkan materi
pembelajaran.
Berdasarkan
pengamatan awal bahwa terdapat kesan guru belum melaksanakan tugasnya secara optimal dalam pembelajaran. Guru masih ada yang
melaksanakan pembelajaran secara tradisional, kurang sistematis serta kurang
memperhatikan metode dan teknik pembelajaran. Pembelajaran yang kurang
sistematis maka hasil pembelajaran juga tidak maksimal. Untuk melaksanakan
pembelajaran yang sistematis guru harus membuat persiapan mengajar,
mempersiapkan sarana prasarana
pembelajaran yang diperlukan, membuka pelajaran dengan baik, memotivasi siswa
untuk belajar, menyampaikan tujuan pembelajaran secara jelas, menyampaikan
materi pelajaran dengan jelas dan dapat diterima siswa, mengaktifkan siswa
dalam pembelajaran, mengevaluasi hasil pembelajaran dan bersama siswa guru
menyimpulkan materi pelajaran.
Kesenjangan yang
terjadi adalah masih ada guru yang belum maksimal dalam pelaksanaan
pembelajaran, sehingga diperlukan motivasi eksternal bagi guru. Untuk
memotivasi guru agar melaksanakan pembelajaran secara optimal maka kepala
sekolah dan pengawas perlu mengefektifkan kembali supervisi kelas terhadap beberapa guru di SMP Plus Murung
Pudak. Supervisi kelas yang akan dilakukan meliputi
tiga tahap kegiatan yaitu: 1) kepala sekolah, pengawas dan guru mengadakan
pertemuan awal untuk membuat kesepakatan pelaksanaan supervisi kelas, guru
dapat menggali berbagai macam informasi tentang persiapan pembelajaran,
sebaliknya kepala sekolah dan pengawas dalam hal ini dapat memberikan pembinaan
untuk perbaikan perencanaan pembelajaran 2) pelaksanaan pembelajaran, kepala
sekolah dan pengawas mengamati, mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran guru, 3)
kepala sekolah dan pengawas menyampaikan kelemahan dan kelebihan guru dalam
mengajar serta membimbing dan memberikan
saran perbaikan, sehingga kelemahan-kelemahan itu tidak akan terjadi pada
pembelajaran berikutnya.
Berdasarkan pemikiran di atas perlu
segera dilakukan penelitian mengenai peningkatan kualitas pembelajaran guru dengan mengefektifkan supervisi kelas berbasis klinis dengan pendekatan PIS di SMP Plus Murung Pudak
Kabupaten Tabalong pada tahun 2012.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
permasalahan di atas, dapat dirumuskan masalah yang akan dijadikan fokus penelitian
sebagai berikut:
1. Apakah dengan mengefektifkan supervisi kelas berbasis klinis dengan pendekatan
PIS dapat meningkatkan kualitas pembelajaran guru di SMP
Plus Murung Pudak?
2.
Apakah hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan supervisi
kelas berbasis klinis dengan pendekatan PIS dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran guru di SMP Plus Murung Pudak?
C.
Rencana Pemecahan
Masalah
Pertemuan awal dengan
guru-guru di SMP Plus Murung Pudak, berdiskusi tentang pelaksanaan pembelajaran yang sudah dilaksanakan selama ini. Tindakan
selanjutnya adalah menyampaikan teknis
pembelajaran yang sistematis agar dapat dilaksanakan secara optimal dan bekerja
sebagai guru yang profesional. Selanjutnya menentukan jadwal supervisi
kunjungan kelas. Pelaksanaan Supervisi kelas bersama kepala sekolah untuk mendapatkan
gambaran pelaksanaan pembelajaran yang optimal bagi semua guru yang mengajar di kelas VII dan
VIII di SMP
Plus Murung Pudak.
D.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah
penelitian tersebut di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran guru dengan mengefektifkan supervisi kelas berbasis klinis dengan pendekatan PIS di SMP Plus Murung Pudak.
2.
Untuk
mengetahui hambatan yang dihadapi
dalam pelaksanaan supervisi kelas berbasis klinis dengan pendekatan PIS dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran guru di SMP Plus Murung Pudak.
E. Manfaat Penelitian
1.
Manfaat teoritis
a. Pengembangan ilmu manajemen pendidikan terutama
yang berkaitan dengan masalah supervisi kelas berbasis klinis dengan pendekatan
PIS dalam pembelajaran di tingkat satuan pendidikan dasar (khususnya SMP), sehingga
tujuan sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien dan produktif.
b. Menjadi pedoman/panduan dan rujukan atau sebagai
bahan masukan bagi para pendidik, peneliti pendidikan, pengelola lembaga
pendidikan yang memiliki kesamaan karakteristik.
c. Sebagai bahan referensi peneliti lain yang akan
melaksanakan penelitian serupa dimasa yang akan datang.
2.
Manfaat praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah:
a. Bagi guru sebagai informasi tambahan
pengetahuan tentang pelaksanaan supervisi
kelas berbasis klinis dengan pendekatan PIS dan pembiasaan bagi guru untuk
menerima kegiatan supervisi kelas.
b. Bagi peneliti sebagai suatu pengalaman
yang berharga dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pelaksanaan supervisi kelas berbasis klinis dengan
pendekatan PIS.
c. Bagi SMP Plus Murung Pudak Kabupaten Tabalong sebagai referensi yang dapat dipelajari untuk
pengayaan pelaksanaan supervisi kelas
berbasis klinis dengan pendekatan PIS.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Supervisi
Menurut
N. A. Ametembun (2000:1) istilah supervisi pendidikan dapat dijelaskan baik
menurut asal usul (etimologis), bentuk perkataannya (morfologis), maupun isi
yang terkandung dalam perkataan itu (semantik). Istilah supervisi secara
etimologis diambil dari perkataan Inggris “supervision”
artinya pengawasan, maka supervisi pendidikan berarti kepengawasan dibidang
pendidikan. Sedangkan secara morfologis supervisi dapat dijelaskan menurut
bentuk perkataannya, supervisi dari dua patah kata “super” dan “visi”, yaitu super berarti atas atau lebih, dan visi
berarti lihat, tilik, awasi.
Seorang “supervisor” memang mempunyai posisi di atas atau mempunyai
kedudukan yang lebih tinggi dari pada orang-orang yang disupervisinya, tugasnya
adalah melihat/menilik atau mengawasi orang-orang yang disupervisinya itu. Kelebihan
yang dimiliki supervisor bukan hanya karena posisi atau kedudukan yang
ditempatinya, akan tetapi juga karena pengalamannya, pendidikannya, kecakapan
atau keterampilan-keterampilan yang dimilikinya atau karena mempunyai
sifat-sifat kepribadian yang meninjol dari pada orang-orang yang
disupervisinya. Dengan kelebihan-kelebihan yang dimilikinya, seorang supervisor
dapat melihat, menilik atau mengadakan pengawasan terhadap yang disupervisinya.
Pengertian supervisi secara umum
menurut Harris dan Benssent (1971) yang dikutip oleh Nurtain (1989:11)
menyebutkan bahwa supervisi adalah apa yang dilakukan personalia sekolah dengan
orang dewasa dan barang-barang dengan maksud untuk memelihara atau merubah
penyelenggaraan sekolah agar supaya secara langsung dapat mempengaruhi
tercapainya tujuan-tujuan pengajaran pokok sekolah.
Sedangkan menurut Good Carter (1959)
yang dikutip oleh Piet A. Sahertian (2000:17) menyatakan bahwa supervisi adalah
usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas
lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi
pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan
pendidikan, bahan pengajaran dan metode serta evaluasi pengajaran.
Perkembangan konsep supervisi pendidikan
selanjutnya sudah menuju kepada sasaran khusus. Sudah ada yang membedakan
supervisi pendidikan dalam pengertian yang luas dan ada yang melihat supervisi
dalam batasan yang spesifik yaitu pengajaran. Menurut Harris dalam Oliva (1984)
yang dikutip oleh Piet A. Sahertian (2000:18) menyatakan bahwa supervisi
pengajaran adalah segala sesuatu yang dilakukan personalia sekolah untuk
memelihara atau mengubah apa yang dilakukan sekolah dengan cara yang langsung
mempengaruhi proses belajar mengajar dalam usaha meningkatkan proses belajar
siswa.
Menurut Alfonso R. J. et al (1981)
dalam Oliva (1984) yang dikutip oleh Piet A. Sahertian (2000:18) menyatakan
bahwa supervisi pengajaran adalah tindak laku pejabat yang dirancangkan oleh
lembaga yang langsung berpengaruh terhadap perilaku guru dalam berbagai cara
untuk membantu cara belajar siswa dan untuk mencapai tujuan yang dilakukan oleh
lembaga itu. Mark Stoops dan King Stoops (1978) yang dikutip oleh Nurtain
(1989:13) menyatakan bahwa supervisi adalah perbuatan dan percobaan yang
ditujukan untuk memperbaiki pelajaran dan program yang bersifat pengajaran.
Perkembangan selanjutnya para ahli menerapkan supervisi klinis.
Menurut
Richard Waller yang dikutip oleh Nurtain (1989:253), supervisi klinis adalah
bentuk supervisi yang difokuskan pada pada peningkatan mengajar dengan melalui
sarana siklus yang sistematis dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang
intelektual dan intensif mengenai penampilan mengajar yang nyata, didalam
mengadakan perubahan dengan dengan cara yang rasional.
Nurtain (1989:253) mengemukakan bahwa
supervisi klinis adalah suatu pembimbingan yang bertujuan untuk meningkatkan profesionalitas
guru secara sengaja yang dimulai dari pertemuan awal, observasi kelas, dan
pertemuan akhir yang dianalisis secara cermat, teliti dan obyektif untuk
mendapatkan perubahan perilaku mengajar yang diharapkan. Hal ini senada dengan pendapat Purwanto (2010:90)
yang mengatakan bahwa supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi
pengajaran yang prosedur pelaksanaannya untuk mencari sebab atau kelemahan yang
terjadi dalam proses pembelajaran dan secara langsung diusahakan cara
memperbaiki kelemahan tersebut.
B. Usaha Membina dan
Mengembangkan Profesi Guru
Usaha-usaha
yang dilakukan dalam membina dan mengembangkan potensi sumber daya profesi guru
dalam belajar mengajar antara lain:
1.
Membantu guru menerjemahkan
kurikulum dari pusat ke dalam PBM
Kurikulum
adalah sejumlah pengalaman belajar yang dirancangkan dibawah tanggung jawab
sekolah dalam rangka mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Pengalaman
belajar dan kegiatan belajar serta pokok-pokok bahasan merupakan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang telah
ditetapkan oleh Kemdikbud di Jakarta, perlu dijabarkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Maka
setiap kurikulum yang akan diterapkan harus diikuti dengan pembinaan terhadap
isi dan konsep berfikir yang ditetapkan dalam kurikulum itu. Lebih baik informasi itu diberikan melalui
para pengawas dan kepala sekolah, melalui tim penggerak dari pusat ke daerah (go
structure).
2.
Membantu guru untuk
meningkatkan program belajar mengajar
a.
Membantu dalam merancang
program belajar mengajar
Mengajar
memerlukan keterampilan atau seni dalam mengajar. Guru adalah seorang model
atau perancang program pembelajaran. Ia harus menguasai dan terlatih dalam
menyusun skenario pembelajaran. Oliva (1984) yang dikutip oleh Piet A.
Sahertian (2000:135-140) mengemukakan beberapa model rancangan belajar mengajar
antara lain:
1) Model sederhana, terdiri dari tiga bagian
Perencanaan
|
=====à
|
Pelaksanaan
|
====à
|
Evaluasi
|
Perencanaan isinya mengenai segala apa
yang akan diajarkan.
Menetapkan bagaimana cara menyajikan
pelajaran.
Menyusun evaluasi hasil belajar.
2)
Model empat bagian
Perumusan tujuan
|
==à
|
Pretes
|
==à
|
Pelaksanaan
mengajar
|
==à
|
Evaluasi
|
3)
Model lima bagian
Rumusan Pembela jaran Umum
|
à
|
Rumusan Tujuan Pembela jaran khusus
|
à
|
|
à
|
Pelak sanaan
KBM
|
à
|
|
Pretes
|
Evaluasi
|
|||||||
|
|
4)
Model Banalthy
(1)
|
|
(3)
|
|
(4)
|
|
(5)
|
Rumusan Tujuan
|
|
Menganalisis
tugas pembelajaran
|
|
Menyusun desain pembelajaran
|
|
Melaksanakan dan tes akhir hasil belajar
|
![]() |
|
![]() |
|
|
|
![]() |
|
(2)
|
|
|
(6)
|
||
|
Menyusun tes awal
|
|
Mengubah dan memperbaiki
|
|||
|
![]() |
balikan
|
|
5)
Model yang dikemukakan
Universitas Florida
![]() |
|
|
|
|
|
|
|
|
Analisis tujuan
|
![]() |
|
|
|
|
|
|
|
|
à
|
Merumus kan tujuan
operasional pelajaran
|
à
|
Menyeleksi dan meng-organisasi pelajaran
|
à
|
Menetap kan strategi pelajaran
|
à
|
Evaluasi hasil belajar
|
![]() |
|
|
|
|
|
|
|
|
6)
Model Oliva
Analisis kebutuhan siswa
|
![]() ![]() |
Merumuskan tujuan operasional
|
|
Menyeleksi materi
prosedur dan strategi pembelajaran
|
![]() |
Evalusi tujuan
yang telah dicapai
|
|
|
|
|
|
|
|
Analisis ciri bidang studi
|
|
![]() |
|
![]() |
|
|
|
|
Pretes
|
![]() |
Menyeleksi dan menyusun isi dari materi
pembelajaran
|
|
|
Analisis kebutuhan masyarakat
|
|
|
|
|
|
7)
Model Sistem alternatif
![]() |
![]() |
à
|
Merumuskan tujuan umum/TPU
|
à
|
Merumuskan tujuan khusus pembelajaran
|
à
|
Mendesain rencana penilaian
|
|
|
|
|
|
|
|
Mendesain dan menganalisis kegiatan
belajar
|
à
|
Mendesain prosedur pembelajaran
|
à
|
Menerapkan prosedur pembelajaran
|
à
|
![]() |
8)
Model Glaser
Instructional Objective
|
==à
|
Entry Behavior
|
==à
|
Instructional Procedure
|
==à
|
Performance Assesment
|
9)
Model V. Gelder
Tujuan Instruksional
|
==============================à
|
Analisis Situasi
|

Kegiatan guru
|
|
Kegiatan siswa
|
|
Materi Pelajaran
|
|
Alat/bahan pelajaran
|

|
EVALUASI
|
|
10)
Model Gerlach dan Ely
Menyusun
Spesifikasi isi materi pelajaran
|
![]() ![]() |
Penetapan strategi
|
||||
|
|
|
||||
à
|
Penilaian Entering Behavior
|
à
à
|
Pengorganisasian kelompok
|
à
|
Penilaian hasil belajar
|
|
|
à
|
|
|
![]() |
||
Merumuskan
tujuan-tujuan belajar khusus
|
à
|
Pengalokasian waktu
|
||||
![]() |
|
|
|
|||
à
|
Pengalokasian lokasi
|
|||||
|
|
|||||
à
|
Pemeliharaan sumber belajar
|
|
Analisis balikan
|
|||
b.
Membantu dalam melaksanakan
proses belajar mengajar
Pengajaran
bukanlah tujuan, tetapi pengajaran adalah alat untuk membentuk pribadi
terdidik. Jadi guru lebih banyak memberi berbagai pengalaman belajar melalui
berbagai kegiatan belajar yang bervariasi.
Untuk dapat memberikan pengalaman belajar yang bervariasi guru juga
perlu mendapat bantuan dan bimbingan untuk menguasai berbagai macam
keterampilan mengajar yang dapat dikembangkan dalam pelaksanaannya antara lain:
1)
Keterampilan bertanya
Dalam mengajar guru tidak lepas dari mengajukan pertanyaan,
maka fungsi pertanyaan bagi guru adalah sebagai alat mengajar. Pertanyaan yang
diajukan guru memiliki bermacam-macam tujuan. Dalam menggunakan pertanyaan guru
harus mampu menunjukkan kehangatan serta sikap antusias, sehingga dapat
mendorong siswa untuk lebih bergairah belajar. Dalam memberikan peretanyaan
kita perlu mengingat bahwa ada tingkatan pertanyaan dari pertanyaan singkat
yang paling rendah sampai dengan tingkatan yang tertinggi. Untuk
mengklasifikasikannya kita dapat menggunakan taksonomi Bloom, khususnya untuk
aspek kognitif yang berturut-turut terdiri dari: pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis, serta evaluasi.
2)
Keterampilan menjelaskan
Menjelaskan adalah menyajikan informasi yang
diorganisasikan secara sistematis untuk menunjukkan suatu hubungan seperti
sebab akibat, antara dalil dengan contoh, antara sesuatu yang telah diketahui
dengan yang belum diketahui. Dalam menjelaskan guru harus memperhatikan dua hal
yaitu a) merencanakan dan menjelaskan isi pesan dan b) hal-hal yang
berhubungan dengan siswa sebagai
penerima pesan. Selain itu
juga kejelasan, penggunaan contoh ilustrasi, dan pemberian tekanan.
3)
Keterampilan mengadakan variasi
Untuk menghindari kejenuhan siswa dalam belajar, maka
guru perlu memiliki berbagai variasi dalam mengajar antara lain: gaya mengajar,
suara, pemusatan perhatian, gerakan, kontak pandang, posisi, penggunaan media/alat,
dan interaksi dengan siswa.
4)
Keterampilan memberi penguatan
Dalam mengajar guru juga perlu memberikan penguatan
kepada siswa yang telah melaksanakan tugasnya dengan baik, sehingga siswa akan
lebih meningkatkan kemampuannya dalam belajar. Penguatan ini diberikan segera
setelah anak melakukan kegiatan secara variasi baik verbal maupun nonverbal.
5)
Ketrampilan membuka dan menutup
pelajaran
Membuka pelajaran bertujuan untuk menciptakan suasana
siap mental para siswa untuk menerima pelajaran. Membuka pelajaran tidak pada
awal kegiatan pelajaran saja, tetapi setiap penggal pelajaran. Komponen membuka
pelajaran antara lain: menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi,
memberikan acuan, membuat kaitan/hubungan yang berkaitan.
Menutup pelajaran bertujuan untuk memperoleh gambaran
tentang materi yang dipelajari. Menutup pelajaran tidak pada akhir kegiatan
pelajaran saja, tetapi setiap penggal pelajaran. Komponen menutup pelajaran
adalah meninjau kembali/merangkum dan mengevaluasi tingkat penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan/diajarkan.
6)
Keterampilan mengelola kelas
Mengelola kelas adalah kegiatan guru untuk menciptakan
dan memelihara kondisi belajar yang optimal serta mengembalikan kondisi belajar
yang terganggu.
Mengelola kelas selalu berupaya untuk menciptakan dan
meningkatan kedisiplinan kelas.
7)
Keterampilan membimbing diskusi
kelompok kecil
Dalam topik-topik pelajaran tertentu perlu diberikan
kesempatan pada siswa berdiskusi untuk belajar saling tukar pengalaman dan
pendapat dalam rangka memecahkan persoalan secara demokratis.
8)
Keterampilan membantu belajar
anak
Dalam mengajar guru harus mampu membatu siswa dalam menguasai
pelajaran yang telah disampaikan, dengan cara memahami berbagai macam kesulitan
siswa dan menciptakan kondisi belajar yang kondusip.
9)
Keterampilan mengadakan
evaluasi
Guru harus mampu mengadakan evalusai untuk mengetahui tingkat
penguasaan materi yang telah disampaikan kepada siswa. dalam hal ini guru perlu
menguasai cara-cara menyusun soal tes hasil belajar. Guru harus menguasai
prinsip-prinsip penyusunan tes antara lain:
a)
Tes harus dapat mengukur hasil
belajar yang telah dirumuskan secara operasional sesuai dengan tujuan-tujuan
pengajaran.
b)
Tes dapat mengukur seluruh
ruang lingkup materi yang diajarkan.
c)
Tes
mampu mengukur hasil belajar yang diharapkan.
d) Tes harus memiliki realibilitas
yang tinggi
e)
Tes
sebagai alat untuk meningkatkan kualitas belajar.
C. Teknik Supervisi Klinis
Teknik supervisi klinis dalam hal ini
membahas tentang ciri-ciri supervisi klinis, prinsip-prinsip supervisi klinis
dan prosedur supervisi klinis.
1.
Ciri-ciri supervisi klinis
meliputi:
a.
Pembimbingan yang diberikan
oleh supervisor kepada guru/calon guru bersifat bantuan, bukan
perintah/instruksi.
b.
Jenis keterampilan yang akan
disupervisi diusulkan oleh guru/calon guru.
c.
Titik pusat perhatian
dipusatkan pada beberapa keterampilan saja agar dapat diobservasi secara cermat
dan diberikan umpan balik dengan tepat.
d.
Instrumen
observasi dikembangkan/disepakati bersama.
e.
Umpan
balik kegiatan mengajar guru/calon guru diberikan dengan segera dan obyektif.
f.
Walaupun
supervisor telah menganalisis dan menginterpretasikan data yang direkam, tetapi
dalam diskusi umpan balik, guru/calon guru terlebih dahulu diminta menganalisis
penampilannya.
g.
Supervisor
banyak mendengarkan dan bertanya daripada memerintahkan atau mengarahkan.
h.
Supervisi berlangsung dalam
suasana intim dan bersifat terbuka antara supervisor dan guru/calon guru.
i.
Supervisi berlangsung dalam
siklus yang meliputi perencanaan, observasi dan diskusi umpan balik.
j.
Supervisi klinis dapat
dipergunakan untuk pembentukan/peningkatan dan perbaikan keterampilan mengajar,
dipihak lain supervisi klinis ini dapat dipakai pula dalam konteks pendidikan
prajabatan maupun pendidikan dalam jabatan.
2. Prinsip-prinsip supervisi klinis
meliputi:
a.
Terpusat
pada guru/calon guru ketimbang supervisor. Peningkatan kemampuan profesional guru menjadi prakarsa dan tanggung jawab
guru/calon guru.
b.
Hubungan
guru/calon guru dengan supervisor lebih interaktif ketimbang direktif. Antara
supervisor dan guru pada hakikatnya sederajat dan saling membantu dalam
meningkatkan kemampuan dan sikap profesionalnya. Perbedaannya adalah sementara
dan kebetulan. Supervisor sebagai tenaga pengajar yang sudah lama dan
berpengalaman berkewajiban membantu guru/calon guru yang kurang/belum
berpengalaman.
c.
Demokratif
ketimbang otoritatif. Kedua belah pihak bersifat terbuka, bebas memngemukakan
pendapat, namun kedua belah pihak wajib mengkaji dan mempertimbangkan pendapat
pihak lain untuk mencapai kesepakatan.
d.
Sasaran
supervisi terpusat pada kebutuhan dan aspirasi guru/calon guru. Kebutuhan
mendapatkan pelayanan supervisi bersumber dan dirasakan manfaatnya oleh guru/calon
guru. Kebutuhan dan aspirasi guru dalam penampilannya
secara aktual di dalam kelas.
e.
Umpan balik dari proses belajar
mengajar guru/calon guru diberikan dengan segera dan hasil peninjauan/penilaiannya
harus sesuai dengan kontrak yang telah disetujui bersama.
f.
Supervisi yang diberikan
bersifat bantuan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan mengajar dan sikap profesional.
Bila guru sudah profesional supervisor dapat melepaskan secara mandiri.
g.
Pusat perhatian pada waktu
berlangsungnya supervisi dalam kegiatan belajar mengajar tertentu hanya pada
beberapa keterampilan mengajar saja. Walaupun keterampilan mengajar dapat
dilakukan secara integratif, tetapi untuk peningkatan keterampilan tertentu
dapat dilakukan secara terisolasi agar mudah dikontrol dan diamati.
3.
Prosedur supervisi klinis
meliputi:
a.
Tahap pertemuan awal, meliputi:
1)
Menciptakan suasana intim dan
terbuka antara supervisor dan guru/calon guru sebelum maksud yang sesungguhnya
dibicarakan.
2)
Membicarakan rencana pelajaran
yang telah dibuat oleh guru/calon guru yang mencakup tujuan, bahan, KBM dan
alat evaluasinya.
3)
Mengidentifikasi komponen
keterampilan (beserta indikatornya) yang akan dicapai oleh guru/calon guru.
4)
Mengembangkan/memilih instrumen
observasi yang akan digunakan, sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.
5)
Mendiskusikan instrumen
tersebut beserta cara penggunaannya, data yang akan dijaring dan sebagainya.
Hasil diskusi menjadi sasaran pada tahap-tahap berikutnya. Kriteria instrumen
meliputi: a) sasaran observasi harus jelas, b) cara penggunaan instrumen harus
jelas dan dapat dikelola oleh supervisor/pengamat, c) skor, skala, frekuensi,
dan persentase, d) ketepatan dalam menginterpretasikan data yang direkam sesuai
dengan target yang diinginkan guru/calon guru, e) disepakati kedua belah pihak.
b.
Tahap observasi kelas
Observasi adalah untuk menangkap apa yang terjadi selama
kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hal hal yang harus diperhatikan dalam
observasi adalah:
1)
Kelengkapan catatan. Mencatat
sebanyak mungkin kejadian yang dilihat selama KBM, sebagai bahan untuk analisis
bersama-sama supervisor dan guru. Semakin spesifik apa yang digambarkan semakin
berarti analisis supervisor.
2)
Fokus. Mencatat aspek-aspek yang
penting dengan persetujuan guru sebelumnya.
3)
Mencatat komentar. Mencatat
komentar kejadian apa yang dicatat terpisah dalam kurung atau di tepi format
observasi.
4)
Pola. Mencatat pola perilaku
mengajar guru yang sering diulang-ulang yang harus dikurangi atau dihilangkan.
5)
Membuat guru tidak merasa
gelisah. Dengan membuat kesepakatan apa yang akan diobservasi dan yang akan dicatat.
c.
Tahap pertemuan akhir
Kegiatan dalam tahap pertemuan akhir meliputi:
1)
Memberi penguatan serta
menyakan perasaan guru/calon guru tentang apa yang dialami selama mengajar
secara umum. Untuk menciptakan suasana santai guru tidak merasa diadili.
2)
Mereviu tujuan pelajaran
3)
Mereviu target keterampilan
serta perhatian utama guru/calon guru dalam mengajar.
4)
Menanyakan
perasaan guru/calon guru tentang jalannya pelajaran berdasarkan tujuan dan
target yang telah direviu. Pertanyaan mulai dari
hal-hal yang berhasil sampai hal-hal yang kurang berhasil.
5)
Menunjukkan data observasi yang
sudah dianalisis dan diinterpretasikan oleh supervisor sebelum pertemuan akhir
dimuali, kemudian memberikan waktu pada guru untuk menganalisis data dan menginterpretasikan
dan akhirnya hasil observasi di diskusikan bersama-sama.
6)
Menanyakan kembali perasaan
guru setelah mendiskusikan hasil analisis dan interpretasi data hasil
observasi. Meminta guru menganalisis proses dan hasil pelajaran yang telah
dicapai oleh siswa yang diajarnya.
7)
Menanyakan perasaan guru
tentang proses dan hasil pelajaran tersebut.
8)
Menyimpulkan hasil pencapaian
dalam mengajar dengan membandingkan antara kontrak yang bersumber pada
keinginan dan target yang telah mereka susun dangan apa yang sebenarnya telah
tercapai.
9)
Menentukan secara bersama
rencana mengajar yang akan dating baik berupa dorongan untuk meningkatkan
hal-hal yang belum dikuasai dalam kegiatan yang baru lalu, maupun keterampilan
yang masih perlu disempurnakan.
Berdasarkan
uraian tersebut diatas prinsip supervisi klinis harus menjiwai seluruh tahap
kegiatan supervisi klinis. Prinsip tersebut haruslah tercermin sebagai wawasan
supervisor yang harus menjadi landasan dari setiap keputusan dan perbuatannya
dalam membantu guru.
D. Pendekatan
PIS
Pendekatan PIS merupakan singkatan dari
Persuasi,
Identifikasi dan Solusi. Menurut Depdiknas (2002:246) pendekatan berarti proses antara usaha
dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang
diteliti. Selanjutnya menurut Depdiknas (2002:864) persuasi berarti membujuk secara halus supaya
menjadi yakin. Ajakan kepada seseorang dengan cara memberikan alasan dan
prospek baik yang meyakinkannya. Pendekatan
persuasi dalam penelitian ini berarti mengajak secara halus kepada guru-guru dengan
cara memberikan alasan dan prospek baik yang meyakinkan sehingga mereka mau meningkatkan kemampuan mengajarnya sesuai bidang studi
masing-masing.
Sedangkan identifikasi menurut Depdiknas (2002:417) berarti tanda kenal
diri, menemukan/menetapkan identitas/ciri-ciri seseorang/benda. Identifikasi
dalam penelitian ini berarti menemukan kelemahan/kesenjangan dalam pembelajaran yang dialami guru
dengan perilaku mengajar yang ideal. Selanjutnya solusi menurut Depdikbud (2002:1082) solusi berarti penyelesaian/pemecahan
masalah, maka solusi dalam penelitian ini adalah cara menyelesaikan
masalah-masalah dalam pembelajaran untuk melakukan perbaikan dalam pembelajaran
berikutnya.
Sesuai dengan
tujuan supervisi klinis yaitu untuk membantu guru memperkecil kesenjangan
antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang
ideal, maka pendekatan PIS dengan cara mengajak secara halus dengan memberikan
alasan dan prospek yang baik dalam pembelajaran sehingga mereka menemukan
kesenjangan dalam pembelajaran serta mampu menyelesaikan kesenjangan tersebut
dengan tingkah laku mengajar yang
ideal.
E. Kerangka Berfikir
Berdasarkan kajian pustaka di atas,
kelemahan metode praktikum diasumsikan
dapat diatasi. Pelaksanaan pembelajaran yang kurang optimal akan menyebabkan hasilnya
juga tidak optimal. Pembelajaran akan terlaksana dengan baik bila ada
pengawasan yang intensif dari atasan baik kepala sekolah maupun pengawas
pembina. Pengawasan ini salah satunya dilakukan dengan supervisi kelas oleh
kepala sekolah dan pengawas.
Peningkatan
kualitas pembelajaran bagi guru diperlukan supervisi kelas berbasis klinis. Hal ini pengawas
selaku pembina berkewajiban membina guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran menggunakan berbagai cara. Salah satu cara yang digunakan adalah mengefektifkan pelaksanaan supervisi
kelas berbasis klinis dengan pendekatan PIS atau persuasi, identifikasi dan solusi.
F. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka dan
kerangka berfikir di atas, maka hipotesis tindakan yang diajukan dalam
Penelitian Tindakan Sekolah ini adalah bahwa “melalui tindakan mengefektifkan supervisi kelas berbasis klinis dengan pendekatan PIS dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran guru di SMP
Plus Murung Pudak Kabupaten Tabalong pada tahun 2012.”
BAB III
METODE
PENELITIAN
A. Metode dan Pendekatan Penelitian
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Sekolah (School Action Research).
Penelitan Tindakan Sekolah dikembangkan dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Menurut Zainal Aqib (2009:12) PTK pertama kali diperkenalkan oleh ahli
psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946, sedangkan di Indonesia baru dikenal pada akhir
dekade 80-an.
Zainal Aqib (2009:13) menyebutkan bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan terjemahan dari Classroom
Action Research, yaitu satu action research
yang dilakukan di kelas. Sedangkan
Penelitian Tindakan Sekolah menurut Depdiknas (2008:11) adalah penelitian
tindakan sebagai salah satu jenis penelitian kualitatif di bidang pendidikan
yang dilaksanakan disekolah untuk memperbaiki proses pembelajaran dan manajemen
sekolah. Penelitian tindakan yang dilakukan adalah mengefektifkan supervisi kelas
berbasis klinis dengan pendekatan PIS untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran guru.
B. Setting Penelitian
Penelitian tindakan ini dilaksanakan di SMP
Plus Murung Pudak Kabupaten Tabalong, yang dilaksanakan mulai bulan April s.d. Agustus 2012. Adapun subjek
penelitian adalah guru mata
pelajaran yang mengajar di SMP Plus Murung Pudak Kabupaten Tabalong.
C. Prosedur Penelitian
Setiap penelitian pada dasarnya memiliki cara yang berbeda-beda
untuk mendapatkan data pada suatu subyek ataupun obyek yang akan ditelitinya.
Agar mendapatkan data yang baik, valid dan reliabel diperlukan suatu pendekatan
yang jelas. Berdasarkan pada pendekatan yang diambil, dapat digunakan untuk
merencanakan penelitian yang akan dilaksanakan. Menurut Suharsimi (1998:88)
dalam menentukan pendekatan penelitian, perlu mempertimbangkan tujuan
penelitian, waktu dan dana yang diperlukan, adanya subyek penelitian serta
kemauan atau keinginan peneliti.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan sekolah, dengan
langkah-langkah: penetapan focus permasalahan, perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan yang disertai dengan observasi, interpretasi dan
replikasi. Penelitian tindakan dengan melakukan supervisi
kelas berbasis klinis dengan pendekatan PIS, yaitu
persuasi, identifikasi dan solusi. Tindakan yang pernah dilakukan akan selalu
dipelajari dan dievaluasi untuk menentukan tindakan selanjutnya. Tindakan lanjutan ini akan berguna untuk
perbaikan skenario yang tentunya akan memberikan gambaran pasti terhadap
pelaksanaan tindakan dalam penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2
siklus, masing-masing siklus satu kali pertemuan. Menurut Depdiknas (2008:13)
Penelitian tindakan sekolah berbentuk siklus metodologis yang berdaur (cyclical methodology cyclus) yang
meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.
Hasil refleksi mencakup analisis, sintesis dan penilaian hasil
tindakan yang dilakukan, bila masih terdapat permasalahan dilakukan tindakan
kedua yang meliputi perencanaan ulang, tindakan dan pengamatan ulang sampai
permasalahan teratasi. Siklus metodologis penelitian tindakan sekolah ini sama
dengan siklus metodologis penelitian tindakan kelas yang di kemukakan oleh
Zainal (2009:30) bahwa penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui proses
pengkajian berdaur yang terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, tindakan,
observasi dan merefleksi.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka siklus metodologis/rancangan
penelitian tidakan sekolah ini dilakukan 2 siklus seperti bagan berikut:
|

Gambar 1: Rancangan Penelitian
1.
Perencanaan (planning)
Kegiatan yang dilaksanakan
pada tahap perencanaan ini adalah :
a. Menyusun instrumen penelitian yang terdiri dari :
1) Rencana Kepengawasan akademik (RKA)
2) Alat evaluasi guru dalam mengajar
3) Lembar observasi supervisi akademik
4) Instrumen supervisi akademik
5) Lembar rekapitulasi administrasi pembelajaran guru
6) Lembar rekapitulasi hasil supervisi akademik
7) Lembar hasil wawancara dengan guru
b. Mengadakan pertemuan dengan guru
c. Menyusun jadwal supervisi.
2.
Pelaksanaan tindakan (action)
Penelitian
tindakan sekolah ini dilaksanakan 2 siklus, setiap satu siklus terdiri atas satu kali pertemuan (tatap muka), sehingga 2 siklus ada dua kali pertemuan (tatap muka).
Kegiatan yang dilakukan pada
tahap ini adalah :
a.
Pelaksanaan Tindakan Siklus I
1) Kegiatan Supervisi:
a) Mengadakan pertemuan dengan guru yang akan
disupervisi
b) Melaksanakan kunjungan kelas
c) Melaksanakan pertemuan setelah selesai kunjungan kelas.
2) Kegiatan Observasi, meliputi:
a) Mencatat kesesuaian hasil pelaksanaan supervisi klinis yang dilakukan
pengawas dan kepala sekolah untuk mengukur kesesuaian pelaksanaan supervisi dengan RKA dan prosedur supervisi klinis pada format
yang telah disiapkan.
b) Mengumpulkan data untuk direkapitulasi hasil
supervisi akademik sebagai data kolektif
c) Mencatat hasil wawancara dengan guru
d) Melaksanakan evaluasi /tes siklus 1
3) Refleksi: melakukan perenungan yang
didasarkan atas data yang diperoleh melalui observasi, hasil wawancara maupun
hasil tes siklus 1 yang telah dilakukan untuk meninjau kembali apa yang telah
dilakukan untuk membuat perencanaan perbaikan siklus 2.
b.
Pelaksanaan Tindakan Siklus II
1) Kegiatan Supervisi:
a) Mengadakan pertemuan dengan guru yang akan
disupervisi
b) Melaksanakan kunjungan kelas
c) Melaksanakan pertemuan setelah selesai kunjungan kelas
2) Kegiatan Observasi, meliputi:
a) Mencatat kesesuaian hasil pelaksanaan supervisi klinis yang dilakukan
pengawas dan kepala sekolah untuk mengukur kesesuaian pelaksanaan supervisi dengan RKA dan prosedur supervisi klinis pada format
yang telah disiapkan.
b) Mengumpulkan data rekapitulasi hasil supervisi
akademik.
c) Mencatat hasil wawancara dengan guru
d) Melaksanakan evaluasi /tes siklus 2
3)
Refleksi: melakukan perenungan yang didasarkan atas data yang
diperoleh melalui observasi, hasil wawancara maupun hasil tes siklus 2 yang
telah dilakukan untuk untuk membuat kesimpulan hasil penelitian.
D. Faktor yang Diteliti
Kualitas kegiatan pembelajaran guru mata pelajaran
pada SMP Plus Murung Pudak berdasarkan terpenuhinya indikator yang terdapat
dalam instrumen supervisi akademik, selain itu perlu meneliti hambatan-hambatan
yang terjadi dalam pelaksanaan supervisi kelas berbasis klinis dengan pendekatan PIS di SMP
Plus Murung Pudak.
E. Cara Penggalian Data
Jenis data yang diperoleh adalah data kualitatif hasil tanya
jawab dan lembar observasi tentang pelaksanaan supervisi kunjungan kelas berbasis
klinis di SMP Plus Murung Pudak. Hasil data yang telah
dikumpulkan di adakan verifikasi dan analisis, dari analisis data ini peneliti
dapat merefleksikan dengan melihat data observasi apakah kegiatan yang
ditetapkan dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran guru mata pelajaran pada SMP Plus Murung Pudak. Hasil analisis
data akan digunakan sebagai acuan dalam memberikan tindakan pada siklus
berikutnya atau menyimpulkan hasil penelitian.
F. Indikator Keberhasilan
Untuk mengetahui
keberhasilan penelitian tindakan sekolah ini menggunakan rentang nilai 1 sampai
dengan 5, menurut Usman (2011:119) nilai tersebut berarti:
1 = kurang sekali
2 = kurang
3 = cukup
4 = baik
5 = baik sekali.
Berdasarkan
rentang nilai tersebut maka penelitian tindakan sekolah ini dapat
dikatakan berhasil bila memenuhi indikator sebagai berikut:
Sebanyak 80 % guru yang disupervisi dalam
mengajar mendapat nilai Baik (B) berdasarkan hasil penilaian RPP dan
Pelaksanaan Pembelajaran, serta ada peningkatan hasil penilaian RPP dan
Pelaksanaan Pembelajaran dari siklus I ke siklus berikutnya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian Tindakan Sekolah ini
dilaksanakan di SMP Plus Murung Pudak Kecamatan Murung Pudak Kabupaten
Tabalong, yang pelaksnaannya meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
- Perencanaan, yang meliputi penetapan materi pembinaan dan penetapan alokasi waktu pelaksanaannya (bulan April s.d. Agustus 2012).
- Tindakan, meliputi seluruh proses kegiatan pembinaan kepengawasan melalui supervisi kelas berbasis klinis dengan pendekatan PIS, siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 21 s.d. 24 Mei 2012, sedangkan siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 28 s.d. 31 Mei 2012.
- Observasi, dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan kepengawasan supervisi kelas berbasis klinis dengan pendekatan PIS.
- Refleksi, meliputi kegiatan analisis hasil pembinaan kepengawasan sekaligus menyusun rencana perbaikan pada siklus berikutnya atau menyimpulkan hasil kegiatan penelitian yang telah dilakukan.
Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan
secara kolaborasi dengan kepala sekolah yang membantu pelaksanaan observasi dan
refleksi selama kegiatan penelitian berlangsung.
Pelaksanaan penelitian sekolah dilaksanakan
dalam tahapan 2 (dua) siklus yaitu sikulus I
dan siklus II.
1.
Pelaksanaan Tindakan Sekolah Siklus I
a.
Perencanaan
Untuk melaksanakan penelitian ini
peneliti mempersiapkan perlengkapan pembinaan seperti: Rencana Kepengawasan
Akademik (RKA), Pedoman Penilaian Rencana Program Pembelajaran (RPP), melapor
kepada Kepala Sekolah bahwa akan melaksanakan penelitian, sosialisasi kepada
guru sebagai subyek pelaksanaan penelitian tindakan. Secara rinci perencanaan tindakan pada siklus I
dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Mengadakan bimbingan kelompok, berdiskusi dengan
kepala sekolah dan guru-guru
2) Pendekatan persuasif: menyampaikan informasi
tentang supervisi klinis
3) Memberikan contoh identifikasi masalah dalam
pembelajaran
4) Memberikan contoh solusi dalam mengatasi masalah
5) Menilai RPP yang dibuat guru
6) Observasi KBM/Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran
7) Berdiskusi, perbaikan pembelajaran yang dilakukan
8) Analisis hasil Penilaian , Refleksi
b.
Pelaksanaan
Tindakan siklus I
Pada tanggal 15 Mei 2012 mengadakan
pertemuan dan bimbingan kelompok dengan kepala sekolah dan guru-guru yang akan disupervisi. Berdasarkan
informasi dari Kepala Sekolah, hanya beberapa guru mata pelajaran yang proaktif
minta disupervisi, sehingga sesuai kesepakatan dengan kepala sekolah hanya
guru-guru tersebut yang akan dijadikan subyek penelitian ini. Pertemuan ini
diadakan dialog dan wawancara pada guru-guru yang akan disupervisi sesuai
format A instrumen supervisi klinis yang meliputi: 1) topik yang akan
disajikan, 2) kompetensi yang diharapkan dimiliki siswa, 3) persiapan tertulis
yang dibuat guru, 4) tahapan-tahapan pelaksanaan pembelajaran yang akan
dilaksanakan, 5) materi yang menjadi kesulitan siswa, 6) dugaan sementara sumber kesulitan siswa, 7) kesiapan guru
untuk mengajar, 8) metode yang akan digunakan, 9) rencana penggunaan alat bantu
pembelajaran, 10) kesediaan guru untuk diamati waktu mengajar.
Setelah diadakan kesepakatan, maka
pengawas menyiapkan instrumen penilaian pelaksanaan pembelajaran. Dengan instrumen
tersebut pengawas dan kepala sekolah mengamati jalannya pembelajaran dan
pengawas mengadakan penilaian pembelajaran mulai dari pembukaan, inti pelajaran
sampai penutup sesuai dengan kriteria yang ada pada instrumen. Setelah selesai
pelaksanaan pembelajaran, guru bersama kepala sekolah dan pengawas mengadakan
diskusi tentang hasil pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan untuk mengetahui
kelebihan dan kelemahan, serta mencari solusi terbaik untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan yang ditemukan untuk menyempurnakan pembelajaran
berikutnya.
Hasil penilaian rencana program pembelajaran
siklus I dapat di lihat pada tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1: Hasil Penilaian Rencana Program Pembelajaran pada Siklus I
No
|
Indikator
|
Skor
penilaian Guru Mata Pelajaran
|
Jumlah
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
Skor
|
Rt-rt
|
||
1
|
Merumuskan tujuan
|
3
|
2
|
4
|
3
|
3
|
3
|
18
|
3.0
|
2
|
Menentukan metode
|
4
|
3
|
4
|
3
|
4
|
3
|
21
|
3.5
|
3
|
Menentukan langkah-langkah
|
4
|
3
|
4
|
4
|
4
|
4
|
23
|
3.8
|
4
|
Menentukan cara memotivasi
|
4
|
3
|
4
|
4
|
4
|
4
|
23
|
3.8
|
5
|
Bahan berpedoman pada karakteristik siswa
|
3
|
3
|
4
|
3
|
3
|
3
|
19
|
3.2
|
6
|
Bahan sesuai kesulitan siswa
|
3
|
3
|
4
|
3
|
3
|
3
|
19
|
3.2
|
7
|
Bahan tersesusun sesuai taraf kemampuan
berpikir siswa
|
3
|
3
|
4
|
3
|
3
|
3
|
19
|
3.2
|
8
|
Pengaturan ruang kelas
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
18
|
3.0
|
9
|
Menentukan alokasi waktu
|
4
|
2
|
4
|
4
|
4
|
4
|
22
|
3.7
|
10
|
Menentukan cara siswa aktif
|
4
|
3
|
4
|
4
|
4
|
4
|
23
|
3.8
|
11
|
Menentukan pengembangan alat
|
4
|
3
|
4
|
3
|
3
|
3
|
20
|
3.3
|
12
|
Menentukan media
|
4
|
3
|
4
|
3
|
3
|
3
|
20
|
3.3
|
13
|
Menentukan sumber
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
24
|
4.0
|
14
|
Menentukan bentuk/prosedur penilaian
|
3
|
3
|
4
|
3
|
3
|
3
|
19
|
3.2
|
15
|
Membuat alat penilaian
|
3
|
4
|
4
|
3
|
3
|
3
|
20
|
3.3
|
Jumlah
|
53
|
45
|
59
|
50
|
51
|
50
|
51.3
|
||
Rata-Rata
|
3.53
|
3.00
|
3.93
|
3.33
|
3.40
|
3.33
|
3.4
|
Dengan menganalisis hasil evaluasi
pada tindakan siklus I penyusunan Rencana Program Pembelajaran belum
menunjukkan keberhasilan karena baru mencapai nilai rata-rata 3,4 dan belum
mencapai kategori baik. Dari hasil penilaian dalam penyusunan Rencana Program Pembelajaran
masih ditemukan kelemahan-kelemahan antara lain dalam: 1) merumuskan tujuan, 2)
pengaturan ruang kelas, 3) menentukan materi yang sesuai karakteristik siswa
dan 4) cara menentukan prosedur penilaian. Berdasarkan kelemahan-kelemahan
tersebut peneliti perlu mengadakan perbaikan-perbaikan dalam pembinaan terutama
dalam indikator: 1) merumuskan tujuan, 2) pengaturan ruang kelas, 3) menentukan
materi yang sesuai karakteristik siswa dan 4) cara menentukan prosedur penilaian
agar penilaian penyusunan rencana program pembelajaran mendapat nilai kategori
baik (4,0).
Selanjutnya hasil penilaian pelaksanaan
pembelajaran siklus I dapat di lihat pada tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2: Hasil Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran
pada Siklus I
NO
|
INDIKATOR
|
Skor Penilaian Guru
Mata
Pelajaran
|
Jml
|
Rata-rata
|
||||||
|
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
|
||
I
|
PRAPEMBELAJARAN
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Memeriksa kesiapan
siswa
|
4
|
4
|
4
|
3
|
4
|
4
|
|
23
|
3.8
|
2
|
Melakukan kegiatan
apersepsi
|
4
|
3
|
4
|
4
|
4
|
4
|
|
23
|
3.8
|
II
|
KEGIATAN INTI
PEMBELAJARAN
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
A
|
Penguasaan materi
pelajaran
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Menunjukkan penguasaan
materi pembelajaran
|
5
|
3
|
4
|
4
|
4
|
4
|
|
24
|
4.0
|
4
|
Mengaitkan materi
dengan pengetahuan lain yang relevan
|
3
|
3
|
3
|
4
|
4
|
4
|
|
21
|
3,5
|
5
|
Menyampaikan materi
dengan jelas dan sesuai dengan hierarki belajar
|
3
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
|
23
|
3.8
|
6
|
Mengaitkan materi
dengan realitas kehidupan
|
3
|
4
|
4
|
3
|
4
|
4
|
|
22
|
3.7
|
B
|
Pendekatan/strategi
pembelajaran
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
Melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai
|
4
|
3
|
4
|
4
|
4
|
4
|
|
23
|
3.8
|
8
|
Melaksanakan
pembelajaran secara runtut
|
4
|
3
|
3
|
4
|
4
|
4
|
|
22
|
3.7
|
9
|
Menguasai kelas
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
|
18
|
3.0
|
10
|
Melaksanakan
pembelajaran yang bersifat kontekstual
|
3
|
3
|
4
|
4
|
4
|
4
|
|
22
|
3.7
|
11
|
Melaksanakan
pembelajaran yang memung-kinkan tumbuhnya kebiasaan positif
|
3
|
3
|
4
|
4
|
4
|
4
|
|
22
|
3.7
|
12
|
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
|
24
|
4.0
|
C
|
Pemanfaatan sumber
belajar/media PBM
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
13
|
Menggunakan media
secara efektif /efisien
|
3
|
3
|
4
|
3
|
4
|
3
|
|
20
|
3.3
|
14
|
Menghasilkan pesan yang
menarik
|
3
|
4
|
4
|
3
|
4
|
4
|
|
22
|
3.7
|
15
|
Melibatkan siswa dlam
pemanfaatan media
|
3
|
3
|
4
|
3
|
3
|
3
|
|
19
|
3.2
|
D
|
Pembelajaran yang
memicu dan memelihara keterlibatan siswa
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
16
|
Menumbuhkan partisipasi
aktif siswa dalam pembelajaran
|
3
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
|
23
|
3.8
|
17
|
Menunjukkan sikap terbuka
terhadap respons siswa
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
|
24
|
4.0
|
18
|
Menumbuhkan keceriaan
dan antusisme siswa dalam belajar
|
3
|
4
|
4
|
4
|
3
|
3
|
|
21
|
3,5
|
E
|
Penilaian proses dan
hasil belajar
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
19
|
Memantau kemajuan
belajar selama proses
|
3
|
3
|
3
|
4
|
3
|
3
|
|
19
|
3.2
|
20
|
Melakukan penilaian
akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan)
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
|
24
|
4.0
|
F
|
Penggunaan bahasa
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
21
|
Menggunakan bahasa
lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar
|
4
|
4
|
4
|
3
|
4
|
4
|
|
23
|
3.8
|
22
|
Menyampaikan pesan dgn
gaya yg sesuai
|
3
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
|
23
|
3.8
|
III
|
PENUTUP
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
23
|
Melakukan refleksi atau
membuat rangkuman dengan melibatkan siswa
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
|
24
|
4.0
|
24
|
Melaksanakan tindak
lanjut dengan memberikan arahan, atau
kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan
|
3
|
3
|
3
|
4
|
4
|
3
|
|
20
|
3.3
|
|
Jumlah
|
83
|
84
|
91
|
89
|
92
|
90
|
|
|
88
|
|
Rata-rata
|
3.5
|
3.5
|
3.8
|
3.7
|
3.8
|
3.8
|
|
|
3.7
|
Analisis hasil evaluasi pada tindakan
siklus I Pelaksanaan Pembelajaran pada tabel 2, belum menunjukkan keberhasilan
karena baru mencapai nilai rata-rata 3,7 dan belum mencapai kategori baik. Dari
hasil penilaian dalam Pelaksanaan Pembelajaran masih ditemukan kelemahan-kelemahan
antara lain dalam: 1) penguasaan kelas, 2) keterlibatan siswa dalam
memanfaatkan media, 3) memantau kemajuan belajar dalam proses, dan 4) tindak
lanjut setelah selesai pembelajaran. Berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut
peneliti perlu mengadakan perbaikan-perbaikan dalam pembinaan terutama dalam
indikator : 1) penguasaan kelas, 2) keterlibatan siswa dalam memanfaatkan
media, 3) memantau kemajuan belajar dalam proses, dan 4) tindak lanjut setelah
selesai pembelajaran agar penilaian pelaksanaan pembelajaran mendapat nilai
kategori baik (4,0).
Berdasarkan hasil
analisis pada siklus I dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengajar guru belum
optimal, ini ditunjukkan dari hasil penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
mendapat nilai rata-rata 3,4 dan penilaian Pelaksanaan Pembelajaran mendapat
nilai rata-rata 3,7 ini berarti belum mencapai kategori baik (4,0), hal ini
disebabkan oleh peneliti dalam membimbing guru masih secara kelompok dan
peneliti masih besar peranannya dalam pengambilan solusi pemecahan masalah yang
dihadapi guru.
Refleksi Siklus I:
Sesuai saran
kolaborator agar dilakukan bimbingan secara individual serta memberikan
kesempatan pada guru lebih besar peranannya dalam menentukan solusi pemecahan
masalah yang dihadapi guru, sementara peranan peneliti hanya mengarahkan.
1.
Pelaksanaan Tindakan Sekolah Siklus II
a.
Perencanaan
Siklus II dilaksanakan setelah
mengadakan refleksi analisis hasil kegiatan pada siklus I. Sesuai dengan saran kolaborator maka secara rinci
rencana tindakan siklus II dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Mengadakan bimbingan individual bagi guru yang
akan mengajar
2) Pendekatan Persuasif : membimbing guru untuk
mengemukakan permasalahan kesenjangan dalam pembelajaran
3) Membimbing dan mengarahkan guru menemukan rencana
solusi dalam mengatasi permasalahan kesenjangan pembelajaran
4) Menilai RPP yang dibuat guru untuk mengajar
5) Observasi KBM/Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran
6) Diskusi memperbaiki pembelajaran yang dilakukan
7) Analisis hasil Penilaian dan Refleksi/Menyimpulkan
b.
Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pelaksanaan siklus
ke II diawalai dengan mengadakan pertemuan individual kepada guru yang akan
disupervisi dalam mengajar dengan mengajak secara halus untuk mengajar yang
ideal dengan mengidentifikasi kesenjangan permasalahan pembelajaran serta
memberikan kesempatan pada guru yang bersangkutan untuk menemukan solusi dalam
menyelesaiakan kesenjangan tersebut dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Setelah diadakan dialog, wawancara dan pemberian saran-saran
perbaikan pembelajaran, maka pengawas dan guru juga mengadakan dialog dan
wawancara untuk persiapan supervisi pada pertemuan berikutnya sesuai format A instrumen
supervisi klinis yang meliputi: 1) topik yang akan disajikan, 2) kompetensi
yang diharapkan dimiliki siswa, 3) persiapan tertulis yang dibuat guru, 4)
tahapan-tahapan pelaksanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan, 5) materi yang
menjadi kesulitan siswa, 6) dugaan sementara
sumber kesulitan siswa, 7) kesiapan guru untuk mengajar, 8) metode yang
akan digunakan, 9) rencana penggunaan alat bantu pembelajaran, 10) kesediaan
guru untuk diamati waktu mengajar.
Setelah diadakan kesepakatan, maka
pengawas menyiapkan instrumen penilaian Renacana Pelaksanaan Pembelajaran dan Penilaian Pelaksanaan
Pembelajaran.
Dengan instrumen tersebut pengawas
melaksanakan penilaian Renacana Pelaksanaan Pembelajaran. Selanjutnya pengawasa dan kepala sekolah mengamati jalannya pembelajaran dan pengawas
mengadakan penilaian pembelajaran mulai dari pembukaan, inti pelajaran sampai
penutup sesuai dengan kriteria yang ada pada instrumen. Setelah selesai
pelaksanaan pembelajaran, guru bersama kepala sekolah dan pengawas mengadakan
diskusi tentang hasil pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan untuk
mengetahui kelebihan dan kelemahan, serta mencari solusi terbaik untuk
mengatasi kelemahan-kelemahan yang ditemukan untuk menyempurnakan pembelajaran
berikutnya.
Hasil penilaian Rencana Program Pembelajaran
siklus II dapat di lihat pada tabel 3 sebagai berikut:
Tabel 3: Hasil Penilaian Rencana Program Pembelajaran pada Siklus II
No
|
Indikator
|
Skor
penilaian Guru Mata Pelajaran
|
Jumlah
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
Skor
|
Rt-rt
|
||
1
|
Merumuskan tujuan
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
30
|
5.0
|
2
|
Menentukan metode
|
5
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
25
|
4.2
|
3
|
Menentukan langkah-langkah
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
4
|
29
|
4.8
|
4
|
Menentukan cara memotivasi
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
24
|
4.0
|
5
|
Bahan berpedoman pada karakteristik siswa
|
4
|
4
|
4
|
4
|
5
|
5
|
26
|
4.3
|
6
|
Bahan sesuai kesulitan siswa
|
5
|
5
|
5
|
4
|
4
|
5
|
28
|
4.7
|
7
|
Bahan tersesusun sesuai taraf kemampuan
berpikir siswa
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
5
|
25
|
4.2
|
8
|
Pengaturan ruang kelas
|
5
|
4
|
5
|
5
|
5
|
5
|
29
|
4.8
|
9
|
Menentukan alokasi waktu
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
5
|
25
|
4.2
|
10
|
Menentukan cara siswa aktif
|
5
|
5
|
4
|
4
|
5
|
4
|
27
|
4.5
|
11
|
Menentukan pengembangan alat
|
4
|
5
|
5
|
5
|
4
|
4
|
27
|
4.5
|
12
|
Menentukan media
|
5
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
25
|
4.2
|
13
|
Menentukan sumber
|
4
|
4
|
5
|
4
|
4
|
4
|
25
|
4.2
|
14
|
Menentukan bentuk/ prosedur penilaian
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
24
|
4.0
|
15
|
Membuat alat penilaian
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
24
|
4.0
|
Jumlah
|
67
|
65
|
66
|
64
|
65
|
66
|
393
|
65.5
|
|
Rata-Rata
|
4.5
|
4.3
|
4.4
|
4.3
|
4.3
|
4.4
|
26
|
4.4
|
Hasil pembinaan dan bimbingan pada guru dan berdiskusi dengan guru setelah
melaksanakan proses belajar mengajar menunjukkan adanya peningkatan kemampuan
guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Sesuai dengan tabel 3 di atas hasil evaluasi pada
tindakan siklus II penyusunan Rencana Program Pembelajaran menunjukkan
keberhasilan mencapai nilai rata-rata 4,4 dengan kategori baik.
Selanjutnya hasil penilaian Pelaksanaan
Pembelajaran siklus II dapat di lihat pada tabel 4 sebagai berikut:
Tabel 4: Hasil Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran
pada Siklus II
NO
|
INDIKATOR
|
SKOR Penilaian Guru
Mata Pelajaran
|
Jml
|
Rata-rata
|
||||||
|
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
|
||
I
|
PRAPEMBELAJARAN
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Memeriksa kesiapan
siswa
|
5
|
4
|
5
|
4
|
4
|
4
|
|
26
|
4.3
|
2
|
Melakukan kegiatan
apersepsi
|
5
|
4
|
5
|
4
|
4
|
4
|
|
26.
|
4.3
|
II
|
KEGIATAN INTI
PEMBELAJARAN
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
A
|
Penguasaan materi
pelajaran
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Menunjukkan penguasaan
materi pembelajaran
|
5
|
4
|
5
|
4
|
4
|
5
|
|
27
|
4.5
|
4
|
Mengaitkan materi
dengan pengetahuan lain yang relevan
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
|
24
|
4.0
|
5
|
Menyampaikan materi
dengan jelas dan sesuai dengan hierarki belajar
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
|
24
|
4.0
|
6
|
Mengaitkan materi
dengan realitas kehidupan
|
5
|
5
|
5
|
4
|
4
|
5
|
|
28
|
4.7
|
B
|
Pendekatan/strategi
pembelajaran
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
Melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai
|
5
|
4
|
5
|
4
|
5
|
4
|
|
27
|
4.5
|
8
|
Melaksanakan
pembelajaran secara runtut
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
|
24
|
4.0
|
9
|
Menguasai kelas
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
5
|
|
25
|
4.2
|
10
|
Melaksanakan pembelajaran
yang bersifat kontekstual
|
4
|
5
|
5
|
4
|
4
|
4
|
|
26
|
4.3
|
11
|
Melaksanakan
pembelajaran yang memung-kinkan tumbuhnya kebiasaan positif
|
5
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
|
25
|
4.2
|
12
|
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan
|
5
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
|
25
|
4.2
|
C
|
Pemanfaatan sumber
belajar/media PBM
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
13
|
Menggunakan media
secara efektif /efisien
|
5
|
5
|
5
|
4
|
4
|
4
|
|
27
|
4.5
|
14
|
Menghasilkan pesan yang
menarik
|
5
|
4
|
5
|
4
|
4
|
4
|
|
26
|
4.3
|
15
|
Melibatkan siswa dlam
pemanfaatan media
|
4
|
4
|
4
|
4
|
5
|
4
|
|
25
|
4.2
|
D
|
Pembelajaran yang
memicu dan memelihara keterlibatan siswa
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
16
|
Menumbuhkan partisipasi
aktif siswa dalam pembelajaran
|
5
|
4
|
5
|
4
|
4
|
4
|
|
26
|
4.3
|
17
|
Menunjukkan sikap
terbuka terhadap respons siswa
|
5
|
4
|
5
|
4
|
4
|
4
|
|
26
|
4.3
|
18
|
Menumbuhkan keceriaan
dan antusisme siswa dalam belajar
|
5
|
5
|
4
|
4
|
4
|
4
|
|
26
|
4.3
|
E
|
Penilaian proses dan
hasil belajar
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
19
|
Memantau kemajuan
belajar selama proses
|
5
|
5
|
4
|
4
|
5
|
4
|
|
27
|
4.5
|
20
|
Melakukan penilaian
akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan)
|
5
|
4
|
5
|
5
|
4
|
4
|
|
27
|
4.5
|
F
|
Penggunaan bahasa
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
21
|
Menggunakan bahasa
lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar
|
5
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
|
25
|
4.2
|
22
|
Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai
|
4
|
4
|
4
|
5
|
4
|
4
|
|
25
|
4.2
|
III
|
PENUTUP
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
23
|
Melakukan refleksi atau
membuat rangkuman dengan melibatkan siswa
|
4
|
4
|
5
|
4
|
4
|
4
|
|
25
|
4.2
|
24
|
Melaksanakan tindak
lanjut dengan memberikan arahan, atau
kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan
|
4
|
4
|
5
|
4
|
5
|
4
|
|
26
|
4.3
|
|
Jumlah
|
111
|
101
|
109
|
98
|
100
|
99
|
|
618
|
103
|
|
Rata-rata
|
4.6
|
4.2
|
4.5
|
4.1
|
4.2
|
4.1
|
-
|
25
|
4.3
|
Analisis hasil evaluasi pada tindakan
siklus II Pelaksanaan Pembelajaran pada tabel 4, menunjukkan keberhasilan yang signifikan
karena mencapai nilai rata-rata 4,3 dengan kategori baik. Walaupun demikian hasil
penilaian dalam Pelaksanaan Pembelajaran masih perlu mengadakan
perbaikan-perbaikan dalam pembinaan pada semua indikator penilaian pelaksanaan
pembelajaran terutama dalam indikator : 1) penguasaan kelas, 2) keterlibatan
siswa dalam memanfaatkan media, 3) memantau kemajuan belajar dalam proses, dan
4) tindak lanjut setelah selesai pembelajaran sehingga penilaian pelaksanaan
pembelajaran tetap mendapat nilai kategori baik.
Setelah melaksanakan supervisi, guru
dan pengawas mengadakan diskusi untuk menyampaikan kelebihan dan
kelemahan-kelemahan yang terjadi saat mengajar. Kelebihan-kelebihan yang
terjadi supaya dipertahankan dan ditingkatkan lebih baik lagi sementara
kelemahan-kelemahannya diperlukan pemecahan dan solusi sehingga kelemahan-kelemahan
itu tidak terjadi dan terulang pada kegiatan pembelajaran berikutnya.
Berdasarkan hasil
analisis pelaksanaan tindakan siklus II, setelah peneliti memberikan bimbingan
secara individual dan memberikan kesempatan pada guru untuk menentukan solusi
pemecahan masalah kesenjangan dalam pembelajaran sementara peneliti hanya
mengarahkan hasil penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mendapat nilai
rata-rata 4,4 dan penilaian Pelaksanaan Pembelajaran mendapat nilai rata-rata
4,3 ini berarti mencapai kategori baik, karena lebih dari (4,0).
B. Pembahasan
Sesuai dengan pengertian Supervisi
klinis yaitu proses membantu guru untuk memperkecil kesenjangan antara tingkah
laku mengajar yang dilakukan guru dengan tingkah laku mengajar yang ideal.
Bantuan ini diberikan dengan siklus yang sistematis meliputi perencanaan,
observasi yang mendalam atas pelaksanaan dan analisis hasil serta pemecahan
masalah yang segera dilaksanakan setelah
proses pembelajaran berlangsung sehingga masih ada kesan dan masih dalam ingatan
apa-apa kesalahan/kekurangan yang telah dilakukan tidak akan terulang lagi pada
pembelajaran berikutnya.
Pembahasan hasil penelitian ini didasarkan
pada hasil tindakan siklus I dan hasil tindakan siklus II. Pembahasan hasil
penelitian tersebut terdiri dari penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang meliputi 5 komponen terbagi dalam 15 indikator, yaitu: a) Merencanakan Pengelolaan Kegiatan
Belajar Mengajar ada 4 indikator: 1)
merumuskan tujuan, 2) Menentukan metode, 3) menentukan langkah-langkah
pembelajaran, 4) menentukan cara memotivasi siswa; b)Merencanakan
pengorganisasian bahan pengajaran 3 indikator: 1) berpedoman pada hasil
identifikasi kesulitan siswa, 2) memilih bahan sesuai dengan karakteristik
kesulitan siswa, 3) menyusun bahan pengajaran sesuai dengan taraf kemampuan
berfikir siswa c) Merencanakan pengelolaan kelas ada 3 indikator: 1) menentukan
dengan tepat macam pengaturan ruangan kelas sesuai dengan tujuan pembelajaran,
2)menentukan alokasi penggunaan waktu belajar mengajar, 3) menentukan cara
pengorganisasian siswa agar terlibat secara efektif dalam KBM; d) merencanakan
penggunaan alat/media pembelajaran ada 3 indikator: 1) menentukan pengembangan
alat pengajaran, 2) menentukan media pengajaran, 3) menentukan sumber pengajaran;
e) merencanakan penilaian ada 2 indikator yaitu: 1) menentukan bermacam-macam
bentuk dan prosedur penilaian, 2) membuat alat penilaian hasil belajar.
Kegiatan tindakan dilakukan wawancara
sebelum supervisi kelas, observasi/supervisi kelas dan wawancara/diskusi
setelah observasi/supervisi kelas. Sebelum supervisi dilakukan wawancara untuk
mengetahui persiapan dan kesiapan dari guru yang bersangkutan untuk di
supervisi klinis, selanjutnya pelaksanaan supervisi untuk mengetahui gambaran
nyata apa yang dilakukan guru dalam mengajar untuk di evaluasi apakah sesuai
dengan teknik mengajar yang ideal, wawancara setelah supervisi kelas untuk
membahas kondisi pembelajaran yang belum ideal dan mencari solusi pemecahannya
sehingga kegiatan tersebut tidak akan terjadi pada kegiatan pembelajaran
berikutnya.
Dalam penelitian ini peneliti dibantu
oleh kepala sekolah untuk melakukan observasi. Pada hari berikutnya sesuai
dengan jadwal mengajar masing-masing guru dilakukan supervisi kunjungan kelas
untuk menilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Semua kegiatan
tersebut dilakukan hingga dua kali, yaitu siklus I dan siklus II pada tempat
yang sama. Pada akhir kegiatan dilakukan penelitian dan penilaian penyusunan Rencana Program Pengajaran yang
hasilnya dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini:
Tabel 5: Hasil Penilaian Rencana
Program Pengajaran Siklus I dan II
No
|
INDIKATOR
|
Rata-rata
Siklus
|
Peningkatan
|
||
|
|
I
|
II
|
Nilai
|
%
|
1
|
Merumuskan tujuan
|
4.5
|
5.0
|
2.0
|
66.7
|
2
|
Menentukan metode
|
3.0
|
4.2
|
0.7
|
20.0
|
3
|
Menentukan langkah-langkah
|
3.5
|
4.8
|
1.0
|
26.3
|
4
|
Menentukan cara memotivasi
|
3.8
|
4.0
|
0.2
|
5.3
|
5
|
Bahan berpedoman pada karakteristik siswa
|
3.8
|
4.3
|
1.1
|
34.4
|
6
|
Bahan sesuai kesulitan siswa
|
3.2
|
4.7
|
1.5
|
46.9
|
7
|
Bahan tersesusun sesuai taraf kemampuan
berpikir siswa
|
3.2
|
4.2
|
1.0
|
31.3
|
8
|
Pengaturan ruang kelas
|
3.2
|
4.8
|
1.8
|
60.0
|
9
|
Menentukan alokasi waktu
|
3.0
|
4.2
|
0.5
|
13.5
|
10
|
Menentukan cara siswa aktif
|
3.7
|
4.5
|
0.7
|
18.4
|
11
|
Menentukan pengembangan alat
|
3.8
|
4.5
|
1.2
|
36.4
|
12
|
Menentukan media
|
3.3
|
4.2
|
0.9
|
27.3
|
13
|
Menentukan sumber
|
4.0
|
4.2
|
0.2
|
5.0
|
14
|
Menentukan bentuk/prosedur penilaian
|
3.2
|
4.0
|
0.8
|
25.0
|
15
|
Membuat alat penilaian
|
3.3
|
4.0
|
0.7
|
21.2
|
|
Jumlah
|
51.3
|
65.6
|
14.3
|
27.9
|
|
Rata-Rata
|
3.4
|
4.4
|
1.0
|
27.9
|
Berdasarkan rekapitulasi data pada
tabel 5, hasil penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada siklus I dan II
sebagaimana tersaji dalam tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa kemampuan guru
pada 15 aspek penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mengalami peningkatan,
setelah dilaksanakan pembimbingan dan perbaikan pada siklus sebelumnya. Peningkatan
ini akan terlihat jelas pada gambar 2 sebagai berikut:

Hasil penilaian Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran siklus I dengan nilai rata-rata mencapai 3.4 atau dalam kategori cukup
karena belum mencapai 4. Jika dibandingkan dengan hasil penilaian pada siklus
II dengan nilai rata-rata 4,4 maka penilaian tersebut mengalami peningkatan
sebesar 1.0 (meningkat 27,9%). Nilai rata-rata tersebut diakumulasikan dari
beberapa aspek/indikator penilaian. Pada indikator merumuskan tujuan mengalami
peningkatan 2.0 (meningkat 66,7%) hal ini disebabkan guru-guru sudah memahami
cara merumuskan tujuan pembelajaran yang dibuat dari masing-masing indikator
pada silabus dan memenuhi kriteria penulisan tujuan pembelajaran yang baku.
Selanjutnya dalam menentukan metode mengalami peningkatan sebesar 0.7
(meningkat 20%) hal ini ditunjukkan dengan adanya perencanaan yang menggunakan
bebarapa metode yang sesuai dan relevan dengan tujuan pembelajaran. Dalam menentukan
langkah-langkah pembelajaran guru telah menentukan langkah-langkah pembelajaran
sesuai dengan tujuan pembelajaran sehingga ada peningkatan 1.0 (meningkat
26.3%). Selanjutnya dalam menentukan cara memotivasi siswa belum ada
peningkatan secara signifikan hanya meningkat 5.3% guru masih kurang
memperhatikan materi dan tujuan pembelaran.
Merencanakan pengorganisasian bahan
pengajaran yang berpedoman pada hasil identifikasi kesulitan siswa ada
peningkatan 1.1 (meningkat 34,4%) hal ini karena antara bahan dan karakteristik
siswa dan sumber belajar terlihat jelas
dalam Rencana Pembelajaran. Untuk memilih bahan sesuai dengan karakteristik
kesulitan siswa ada peningkatan 1.5 (meningkat 46,9%) hal ini ditunjukkan
dengan adanya bahan-bahan yang mudah dipahami siswa. Menyusun bahan pengajaran
sesuai dengan taraf kemampuan berfikir siswa mengalami peningkatan 1,0 (meningkat
31,3%) ini sesuai dengan pedoman menyusun bahan yang sesuai dengan ingatan,
pemahaman dan penerapan.
Guru berupaya merencanakan
pengelolaan kelas menentukan dengan tepat, pengaturan ruangan kelas sesuai
dengan tujuan pembelajaran mengalami peningkatan 1,8 (meningkat 60%) dengan
adanya pengaturan ruang kelas yang bervariasi secara klasikal maupun
berkelompok. Selanjutnya dalam menentukan alokasi penggunaan waktu belajar mengalami
peningkatan 0.5 (meningkat 13.5%) pembagian waktu mengajar hanya tercantum tiga
rincian waktu yaitu pembukaan, inti dan penutup. Untuk menentukan cara
pengorganisasian siswa agar terlibat secara efektif dalam KBM mengalami
peningkatan 0,7 (meningkat 18.4%) dalam perencanaan terlihat adanya kesempatan
siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
Perencanaan penggunaan alat/media
pembelajaran, guru menentukan pengembangan alat pengajaran mengalami
peningkatan 1.2 (meningkat 36.4%) dalam perencanaan terlihat adanya perencanaa
penggunaan alat-alat pelajaran dalam pembelajaran. Selain itu guru dalam menentukan media
pengajaran juga mengalami peningkatan 0,9 (meningkat 27.3%) terlihat adanya
perencanaan penggunaan media dalam pembelajaran. Penentuan sumber pengajaran belum mengalami
peningkatan yang signifikan, yaitu hanya 0,2 (meningkat 5%) terlihat adanya keterbatasan
perencanaan penggunaan berbagai sumber pelajaran yang relevan dengan materi
pelajaran.
Selanjutnya dalam menentukan
bermacam-macam bentuk dan prosedur penilaian mengalami peningkatan 0.8
(meningkat 25%) hal ini ditunjukkan dengan adanya prosedur dan jenis penilaian
yang sesuai tujuan pembelajaran walaupun ada beberapa guru yang kurang
mengembangkan pembuatan alat penilaian hasil belajar. Sedangkan untuk membuat
alat penilaian mengalami peningkatan 0.7 (meningkat 21.2%).
Berdasarkan uraian tersebut dapat
dikatakan bahwa dengan supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru dalam
menyusun RPP, hal ini juga sesuai pendapat Daya Negeri Wijaya (2011) mengatakan
bahwa penerapan supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru dalam
menyusun RPP.
Pembahasan penelitian sesuai hasil
penilaian pelaksanaan pembelajaran penilaian siklus I dan II mengalami
peningkatan hal ini dapat dilihat pada tabel 6 sebagai berikut:
Tabel 6: Hasil Penilaian Pelaksanaan
Pembelajaran Siklus I dan II
NO
|
INDIKATOR
|
Rata-rata
Siklus
|
Peningkatan
|
||
|
|
I
|
II
|
Nilai
|
%
|
1
|
Memeriksa kesiapan
siswa
|
3.8
|
4.3
|
0.5
|
12.3
|
2
|
Melakukan kegiatan
apersepsi
|
3.8
|
4.3
|
0.5
|
12.3
|
3
|
Menunjukkan penguasaan
materi pembelajaran
|
4.0
|
4.5
|
0.5
|
12.5
|
4
|
Mengaitkan materi
dengan pengetahuan lain yang relevan
|
3.5
|
4.0
|
0.5
|
14.3
|
5
|
Menyampaikan materi dengan
jelas dan sesuai dengan hierarki belajar
|
3.8
|
4.0
|
0.2
|
5.3
|
6
|
Mengaitkan materi
dengan realitas kehidupan
|
3.7
|
4.7
|
1.0
|
27.0
|
7
|
Melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai
|
3.8
|
4.5
|
0.7
|
18.4
|
8
|
Melaksanakan
pembelajaran secara runtut
|
3.7
|
4.0
|
0.3
|
8.1
|
9
|
Menguasai kelas
|
3.0
|
4.2
|
1.2
|
40.0
|
10
|
Melaksanakan
pembelajaran yang bersifat kontekstual
|
3.7
|
4.3
|
0.6
|
16.2
|
11
|
Melaksanakan
pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif
|
3.7
|
4.2
|
0.5
|
13.5
|
12
|
Melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan
|
4.0
|
4.2
|
0.2
|
5.0
|
13
|
Menggunakan media
secara efektif /efisien
|
3.3
|
4.5
|
1.2
|
36.4
|
14
|
Menghasilkan pesan yang
menarik
|
3.7
|
4.3
|
0.6
|
16.2
|
15
|
Melibatkan siswa dlam
pemanfaatan media
|
3.2
|
4.2
|
1.0
|
31.3
|
16
|
Menumbuhkan partisipasi
aktif siswa dalam pembelajaran
|
3.8
|
4.3
|
0.5
|
13.2
|
17
|
Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa
|
4.0
|
4.3
|
0.3
|
7.5
|
18
|
Menumbuhkan keceriaan
dan antusisme siswa dalam belajar
|
3.5
|
4.3
|
0.8
|
22.9
|
19
|
Memantau kemajuan
belajar selama proses
|
3.2
|
4.5
|
1.3
|
40.6
|
20
|
Melakukan penilaian
akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan)
|
4.0
|
4.5
|
0.5
|
12.5
|
21
|
Menggunakan bahasa
lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar
|
3.8
|
4.2
|
0.4
|
10.5
|
22
|
Menyampaikan pesan dgn
gaya yg sesuai
|
3.8
|
4.2
|
0.4
|
10.5
|
23
|
Melakukan refleksi atau
membuat rangkuman dengan melibatkan siswa
|
4.0
|
4.2
|
0.2
|
5.0
|
24
|
Melaksanakan tindak
lanjut dengan memberikan arahan, atau
kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan
|
3.3
|
4.3
|
1.0
|
30.3
|
|
Jumlah
|
88.2
|
103.0
|
14.8
|
16.8
|
|
Rata-rata
|
3.7
|
4.3
|
0.6
|
16.8
|
Berdasarkan rekapitulasi data pada tabel 6,
hasil penilaian Pelaksanaan Pembelajaran pada siklus I dan II sebagaimana
tersaji dalam tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa semua kemampuan guru pada
24 aspek penilaian Pelaksanaan Pembelajaran mengalami peningkatan yang
signifikan setelah dilaksanakan pembimbingan dan perbaikan. Peningkatan
penilaian pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada gambar 3 sebagai berikut:

Hasil penilaian Pelaksanaan
Pembelajaran siklus I dengan nilai rata-rata mencapai 3.7 atau dalam kategori
cukup karena belum mencapai 4. Jika dibandingkan dengan hasil penilaian pada
siklus II dengan nilai rata-rata 4,3 maka penilaian tersebut mengalami
peningkatan sebesar 0.6 (meningkat 16,8%). Nilai rata-rata tersebut
diakumulasikan dari beberapa aspek/indikator penilaian. Pada indikator memeriksa kesiapan siswa mengalami
peningkatan 0,5 (meningkat 12.3%) hal ini disebabkan guru-guru sudah memahami
cara memeriksa kesiapan siswa untuk mengikuti pelajaran. Selanjutnya dalam kegiatan
apersepsi mengalami peningkatan sebesar 0.5 (meningkat 12.3%) hal ini
ditunjukkan dengan adanya kegiatan guru
yang bervariasi dalam menggali kemampuan siswa dan mengaitkan dengan materi
pelajaran yang akan dipelajari.
Guru-guru pada umumnya menguasai
materi yang diajarkan dengan indikator penilaian penguasaan materi baik siklus
I dan II menunjukaan nilai yang baik yaitu 4.0 dan 4.5 mengalami peningkatan
0.5 (meningkat 12.5%). Selanjutnya dalam mengaitkan materi dengan pengetahuan
lain yang relevan ada peningkatan secara signifikan hanya meningkat 14.3% guru dalam
pelaksanaan pembelajaran guru sering mengaitkan materi pembelajaran dengan
pengetahuan lainnya yang relevan.
Penyampaian materi ada peningkatan 0.2
(meningkat 5,3%) penyampaian materi cukup jelas walupun kadang-kadang masih ada
yang belum sesuai hierarki belajar. Untuk mengaitkan materi dengan realitas
kehidupan ada peningkatan 1.0 (meningkat 27%) untuk menambah pemahaman siswa
dalam mempelajari materi guru berupaya mengaitkan materi pembelajaran dengan
realita lingkungan dan kegiatan siswa. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan
dicapai mengalami peningkatan 0,7 (meningkat 18,4%) guru
selalu menyampaikan tujuan pembelajaran dan materi selalu berkaitan dengan
tujuan pembelajaran tersebut.
Guru berupaya melaksakan pembelajaran
secara runtut mengalami peningkatan 0,3 (meningkat 8,1%). Selanjutnya dalam penguasaan kelas ada peningkatan
1,2 (meningkat 40%) umumnya guru sudah menguasai kelas dengan memperhatikan
seluruh siswa dan tidak terpaku didepan kelas tetapi sering mendekati siswa
secara bergiliran. Untuk pelaksanaan pembelajaran yang bersifat kontekstual mengalami
peningkatan 0,6 (meningkat 16.2%).
Pelaksanaan pembelajaran, guru berupaya
untuk mengkondisikan siswa agar menjadikan kebiasaan yang positif kegiatan ini mengalami
peningkatan 0.5 (meningkat 13.5%) hal ini ditunjukkan saat guru mengajar selalu
menegur dan mengingatkan bila ada siswa yang kurang sopan, mengganggu teman dan
perilaku lainnya yang dianggap kurang baik.
Kaitanya dengan penggunaan waktu guru sudah menggunakannya secara
efektif dan terbagi menjadi 3 kegiatan yaitu untuk membuka pelajaran,
menyampaikan materi/inti pelajaran dan menutup pelajaran sesuai dengan
perencanaan mengalami peningkatan 0.2 (meningkat 5%).
Setelah disupervisi umumnya guru-guru
menggunakan media secara efektif dan efisien mengalami peningkatan 1.2
(meningkat 36.4%), menghasilkan pesan yang menarik mengalami peningkatan 0.6
(meningkat 16.2%), melibatkan siswa dalam pemanfaatan media mengalami peningkatan
1.0 (meningkat 31.3%), menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran
mengalami peningkatan 0.5 (meningkat 13.2%), menunjukkan sikap terbuka terhadap
respon siswa mengalami peningkatan 0.3 (meningkat 7.5%), menumbuhkan keceriaan
dan antusiasme siswa dalam belajar mengalami peningkatan 0.8 (meningkat 22.9%),
memantau kemajuan belajar selama proses mengalami peningkatan 1,3 (meningkat 40.6%),
melakukan penilaian akhir sesuai dengan tujuan kompetensi mengalami peningkatan
0.5 (meningkat 12.5%), menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik
dan benar mengalami peningkatan 0.4 (meningkat 10.5%), menyampaikan pesan dengan
gaya yang sesuai mengalami peningkatan 0.4 (meningkat 10.5%), melakukan
refleksi membuat rangkuman dengan melibatkan siswa mengalami peningkatan 0.2
(meningkat 5.0%), dan melaksanakan tindak lanjut mengalami peningkatan 1.0
(meningkat 30.3%).
Pemanfaatan media pembelajaran secara
efektif dan efisien, membuat guru menghasilkan pesan yang menarik selalu
melibatkan siswa dalam penggunaan media sehingga menumbuhkan partisipasi aktif
dari siswa dalam mengikuti pembelajaran. Kegiatan yang aktif dari siswa juga
menimbulkan sikap terbuka dari guru untuk merespon dan melayani siswa sehingga
timbul hubungan timbal balik yang proaktif menjadikan kehidupan suasana kelas
diwarnai keceriaan siswa dan antusiasme siswa dalam belajar.
Guru menggunakan bahasa lisan dan
tuliasan secara baik dan benar dalam pelaksanaan pembelajaran dengan gaya yang
sesuai untuk menyampaikan pesan selalu memantau kemajuan belajar selama proses
pembelajaran dan melakukan penilaian akhir sesuai kompetensi/tujuan
pembelajaran. Setiap mengakhiri pelajaran guru melakukan refleksi dan menyimpulkan
materi bersama-sama siswa serta melakukan tindak lanjut dengan memberikan tugas
tambahan pada siswa serta tugas rumah untuk mendalami materi pelajaran yang
telah disampaikan.
Pelaksanaan
pembelajaran akan lebih efektif dan berkualitas bila sering dilakukan supervisi
oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah. Penelitian ini menunjukan bahwa hasil penilaian pelaksanaan
pembelajaran ada peningkatan yang signifikan dari siklus I ke siklus II. Hal
ini terjadi karena hasil supervisi pada siklus I langsung didiskusikan dengan
guru, kepala sekolah dan pengawas untuk menyampaikan kelemahan dan kelebihan
yang telah dilakukan guru dalam pembelajaran. Kelebihannya agar dipertahankan dan kelemahannya harus dicarikan
solusi dan pemecahan untuk diperbaiki.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian
hasil Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dan Analisis hasil pembinaan dengan
mengefektifkan supervisi kelas berbasis klinis dengan pendekatan PIS di SMP
Plus Murung Pudak dapat disimpulkan bahwa:
1.
Supervisi kelas berbasis klinis
dengan pendekatan PIS dapat meningkatkan kualitas pembelajaran guru di SMP Plus
Murung Pudak. Skor penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran meningkat 27.9% dari siklus
I dengan rata-rata 3.4 menjadi rata-rata 4.4 pada siklus II, adapun skor hasil penilaian pelaksanaan
pembelajaran meningkat 16.8% dari siklus I dengan rata-rata 3.7 menjadi
rata-rata 4.3 pada siklus II.
2.
Hambatan yang dihadapi dalam
pelaksanaan supervisi kelas berbasis klinis dengan pendekatan PIS dalam rangka
meningkatkan kualitas pembelajaran guru di SMP Plus Murung Pudak adalah:
a.
Tidak semua guru siap untuk
disupervisi klinis
b.
Karena adanya berbagai macam
kegiatan kepala sekolah dan pengawas maka pelaksanaan supervisi klinis hanya
dapat dilaksanakan pada saat-saat tertentu.
B. Saran
1.
Bagi guru harus sering disupervisi dan berkonsultasi konsultasi kepada pengawas, kepala sekolah, teman sejawat dan guru
senior agar dapat mengetahui kelemahan dan kelebihannya masing-masing,
sehingga mudah menyelesaikan permasalahan-permasalahan pembelajaran.
2.
Bagi Pengawas dan Kepala Sekolah perlu melakukan supervisi klinis agar dapat memberikan
bimbingan kepada guru-guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
3.
Bagi peneliti
lanjutan, penelitian ini dapat diteliti dengan kajian yang lebih luas secara mendalam dengan
mengkaji pengaruh berbagai faktor terhadap kualitas pembelajaran guru sehingga
hasilnya akan lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Ametembun N.A 2000, Supervisi Pendidikan, Bandung: Suri.
Aqib, Z. 2009. Penelitian Tindakan Kelas
untuk Guru Bandung: CV Yrama Widya.
Depdiknas, 2002.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi
ketiga, Jakarta: Balai Pustaka
Dirjen PMPTK, 2008a. Pedoman Penelitian Tindakan Sekolah (School
Action Research)Peningkatan Kompetensi Supervisi Pengawas Sekolah SMA/SMK. Jakarta: Depdiknas, Ditjen PMPTK.
Dirjen PMPTK, 2008b. Petunjuk Teknis Penelitian Tindakan Sekolah
(School Action Research)Peningkatan Kompetensi Supervisi Pengawas Sekolah
SMA/SMK. Jakarta: Depdiknas, Ditjen PMPTK.
Nurtain , 1989, Supervisi
Pengajaran (Teori dan Praktek), Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.
Piet A.S. 2000, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, Jakarta :
Rineka Cipta.
Purwanto N. 2005. Administrasi
dan Supervisi Pendidikan. Bandung. Rosda.
Suharsimi A. 1998. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Usman M.U. 2011. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Wijaya DN., (2011) Peningkatan Kemampuan Guru dalam Menyusun RPP melalui Supervisi Klinis
dan Implikasinya terhadap pembelajaran IPS. info@fis.um.ac.id.
Website: http://fis.um.ac.id.
Suka artikel ini?
1 komentar:
Makasih gan semoga berkah ilmunya. Izin sedot
Posting Komentar