MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PKN MATERI PEMILIHAN UMUM (PEMILU)
MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE
ROLE PLAYING
PADA SISWA KELAS
VI SDN PASAR MINGGU
KABUPATEN
TABALONG
Oleh
Zulkipli Riyadi
ABSTRAK
Penelitian
ini dilatar belakangi dua hal, pertama, siswa belum memahami konsep dan jarang
bertanya, kedua, guru menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sehingga siswa
kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan. Permasalahan ini dapat
dilihat dari rata-rata nilai murni ulangan bulanan mata pelajaran PKn kelas VI SDN Pasar
Minggu dengan rata-rata 61,0 yang masih dibawah KKM yaitu ≥70. Salah
satu strategi yang dianggap tepat untuk mengatasi masalah tersebut adalah melalui
pendekatan kontekstual dengan model role playing karena pembelajaran disajikan
melalui konteks kehidupan siswa dan sesuai dengan karakteristik siswa untuk
belajar aktif serta menyenangkan. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk
mengetahui peningkatan aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran serta hasil
belajar siswa.
Metode
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Setting penelitian adalah SDN
Pasar MingguKecamatan Kelua Kabupaten Tabalong tahun ajaran 2012/2013 kelas VI berjumlah 9 orang siswa terdiri dari 4 siswa
laki-laki dan 5 siswa perempuan. Penelitian ini direncanakan sebanyak dua
siklus, pada siklus pertama 2 kali pertemuan dan siklus kedua 2 kali pertemuan.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas guru dan
siswa saat pembelajaran dan hasil
belajar siswa melalui tes pada akhir pertemuan. Teknik analisis data yang
digunakan adalah distribusi, frekuensi, presentase dan interpretasi.
Hasil
penelitian ini pada aktivitas guru mengalami peningkatan dari siklus I ke
siklus II. Aktivitas siswa juga terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II
dan hasil belajar siswa baik secara indivual maupun klasikal juga terjadi
peningkatan.
Kata kunci: Hasil Belajar, Pemilihan Umum, Pendekatan Kontekstual, Tipe Role Playing.
PENDAHULUAN
Kualitas pembelajaran
yang selalu rendah berdampak pada rendahnya aktivitas siswa dalam belajar baik
bertanya dan berdiskusi serta pemahaman siswa terhadap konsep materi
menyebabkan rendahnya hasil belajar yang akan dicapai. Misalnya kualitas pembelajaran
yang rendah menyebabkan hasil nilai
ulangan mata pelajaran PKn selalu rendah dan kurangnya minat atau gairah siswa
terhadap pelajaran PKn tersebut. Permasalahan ini dapat dilihat dari kenyataan
rata-rata nilai murni ulangan harian mata pelajaran PKn kelas VI di SDN Pasar Minggu, rata dalam ulangan harian yang
dilakukan oleh wali kelas yaitu hanya mencapai nilai 65 dan juga nilai
rata-rata NEM/UAS pada tahun 2011/2012 terakhir hanya mencapai 6,00(KKM mata
pelajaran PKn Pasar Minggu adalah 70. Selain itu, dari hasil wawancara dengan
guru kelas V yang telah lebih dahulu
membelajarkan mereka bahwa nilai hasil ulangan mata pelajaran PKn siswa
sebanding dengan mata pelajaran matematika yang tergolong sulit.
Berdasarkan pengalaman
mengajar yang sudah dilaksanakan selama
dua kali pertemuan, dimana para siswa mendapat hasil yang kurang memuaskan
dalam materi pemilihan kepala daerah
untuk mata pelajaran PKn kelas VI di SDN Pasar Minggu. Dikarenakan pada
pemberian materi pada kelas-kelas
sebelumnya hanya sekilas, penyampaiannya pun masih menggunakan metode ceramah
dan tanya jawab, di mana belum ada aktivitas siswa yang
terlihat dalam pembelajaran apalagi memicu kegairahan siswa. Oleh karena itu
pendekatan kontekstual melalui model role
playing sangat menarik untuk dilaksanakan. Jika memperhatikan karakteristik
anak sekolah dasar, model pembelajaran yang digunakan sangat bertentangan
dengan karakteristik siswa yang aktif dan suka bermain.
Jika permasalahan ini tidak ditangani atau
dibiarkan begitu saja maka yang terjadi adalah anak akan menjadi
kurang mengerti, kurang memahami dan berdampak pada kurang aktifnya terhadap
kegiatan pelajaran, serta nilai
hasil belajar yang rendah sehingga
ketuntasan belajar pada anak tidak tercapai, padahal tujuan dari proses mengajar-belajar secara ideal adalah
agar bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh murid.
Strategi pembelajaran Tipe Role Playing
Dalam
kamus besar bahasa Indonesia Strategi berarti
(1) menggunakan semua kemapuan untuk melaksanakan kebijakan tertentu.(2) rencana yang cermat mengenai kegiatan
untuk mencapai sasaran khusus.
Model role
playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui
pengembangan imajinasi siswa dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan
penghayatan dilakukan siswa dengan
memerankannya sebagai tokoh hidup atau
benda mati. Pembelajaran dengan model role playing dimaksudkan dimana pembelajaran menuntut siswa bisa
berperan atau memainkan peran dalam dramatisasi masalah sosial/ masalah lain
yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
Pembelajaran Role playing dirancang khusus untuk membantu siswa mempelajari
nilai-nilai sosial dan moral dan pencerminannya dalam perilaku. Aunurrahman
(2009 : 155) mengatakan “disamping itu model ini digunakan pula untuk membantu
para siswa mengumpulkan dan mengorganisasikan isu-isu moral dan sosial,
mengembangkan empati terhadap orang lain, dan berupaya memperbaiki keterampilan
sosial”.
1. Pengertian belajar
Dalam
proses pendidikan, belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini
berarti untuk mencapai tujuan pendidikan sangat tergantung pada proses belajar
yang dialami oleh siswa. Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian belajar
yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, namun demikian selalu mengacu
pada prinsip yang sama, yaitu bahwa setiap orang yang melakukan proses belajar
akan mengalami suatu perubahan dalam dirinya.
Sementara Skinner (Dimyati dkk, 2009:9) mengatakan
bahwa belajar adalah suatu perilaku, pada saat orang belajar maka responnya
menjadi lebih baik, sebaliknya apabila seseorang tidak belajar maka responnya
menurun. Ada 3 hal dalam belajar yaitu : (1) kesempatan terjadinya peristiwa
yang menimbulkan respon pebelajar, (2) respon si pebelajar, (3) konsekuensi
yang bersifat menguatkan respon tersebut.
Prinsip-prinsip
belajar
Menurut Agus (2009:4) ada beberapa
prinsip-prinsip belajar yaitu sebagai berikut:
a.
Prinsip belajar adalah
perubahan perilaku. Ciri-ciri perubahan perilaku sebagai hasil belajar antara
lain ;
1)
Sebagai hasil tindakan
rasional instrumental, yaitu perubahan yang disadari.
2)
Kontinu dengan perilaku
lainnya
3)
Fungsional atau
bermanfaat sebagai bekal hidup
4)
Positif atau
berakumulasi
5)
Aktif sebagai usaha
yang direncanakan dan dilakukan
6)
Permanen atau tetap
7)
Bertujuan dan terarah
8)
Mencakup keseluruhan
potensi kemanusiaan.
b.
Belajar merupakan
proses, yaitu proses sistemik yang dinamis, konstruktif, dan organic.
c.
Belajar merupakan
bentuk pengalaman yaitu hasil dari interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya.
Hamzah
(2006:18) mengemukakan tentang komponen-komponen kegiatan dalam belajar yaitu :
(1) Melakukan persepsi pada stimulus, (2) Menggunakan pengetahuan prasyarat,
(3) Merencanakan respon, (4) Pelaksanaan respon yang dipilih.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Menurut
daryanto (2009:51-68) ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar yaitu :
a.
Faktor intern:
1)
Faktor jasmaniah, yang
terdiri dari kesehatan dan cacat tubuh.
2)
Faktor psikologis, yang
terdiri dari:
a)
Intelegensi, yaitu
kecakapan yang terdiri dari tiga jenis, antara lain kecakapan untuk menhadapi
dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru yang cepat dan efektif,
mengetahuidan menggunakan konsep-konsep yang abstak secara efektif, mengetahui
reaksi dan mempelajarinya dengan cepat.
b) Perhatian,
yaitu keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju pada
suatu obyek untuk menjamin hasil belajar yang baik. Maka siswa harus mempunyai
perhatian terhadap bahan yang dipelajari.
c)
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan terus menerus
yang disertai dengan rasa senang.
d) Bakat
e)
Motif, dalam proses belajar haruslah
diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik.,
mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan
melaksanakan kegiatan yang berhubungan atau menunjang belajar.
f)
Kematangan
g)
Kesiapan, jika siswa belajar dan sudah
ada kesiapan maka hasil belajarnya akan lebih baik.
b.
Faktor ekstren, yang terdiri dari:
1).
Faktor keluarga: cara orang tua mendidik, hubungan antara anggota keluarga,
suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar
belakang kebudayaan.
2)
Faktor sekolah: metode mengajar,
kurikulum, hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa, disiplin
sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pembelajaran, keadaan gedung,
metode belajar, dan tugas rumah.
3) Faktor masyarakat: keadaan siswa dalam
masyarakat, mass media, dan bentuk kehidupan masyrakat.
METODE
Metode Penelitian ini menggunakan metode deskreptif.
Penelitian ini di SDN Pasar minggu dilakukan dari bulan Juli sampai September
2012, rancangan penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, siklus I dilakukan 2
kali pertemuan dan siklus II dilaksanakan 2kali pertemuan, subyek pertemuan ini
adalah siswa kelas VI yang berjumlah 9 orang 5 orang laki-laki 4 orang perempuan, data yang diambil adalah data kuntitatif
yaitu pemberian tes dan nilai LKS, data kualitatif terdiri dari nilai observasi
siswa, kinerja guru dan respon siswa, keberhasilan penelitian ini diukur
berdasarkan tingkat persentasi dan ketuntasan belajar.
Selain
kegiatan pembelajaran dikelas observasi siswa sebagai bahan refliksi untuk
merancang kegiatan belajar pada siklus selanjutnya.
Instrumen
ini meliputi (1) tes hasil belajar (2) Lembar kerja Siswa (3) Lembar observasi
aktifitas guru dan siswa (4) anket respon siswa terhadap pembelajaran dengan
menggunakan metode role playing .
Hasil penelitian dianalisis secara
deskreftif untuk melihat peningkatan proses dan pemahaman siswa pada pelajaran
PKn konsep pemilihan umum, Penelitian tindakan kelas dapat dikatakan berhasil
apabila ketuntasan klasikal siswa meningkat yaitu rata-rata 65 % ,aktifitas
bertanya, menjawab dan mengerjakan tugas meningkat dan positif nya respon siswa
terhadap pembelajaran terrsebut.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Siklus I
Siklus
|
Pertemuan
|
Hari / Tanggal
|
Alokasi waktu
|
Materi
|
I
|
1
|
Sabtu,
08 September 2012
|
2 x 35
|
· Pemilihan kepala
desa
|
2
|
Selasa, 11 September 2012
|
2 x 35
|
· Pemilihan Bupati
|
|
3
|
Rabu, 12
September 2012
|
|
· Evaluasi Siklus I
|
Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Siklus II
Siklus
|
Pertemuan
|
Hari / Tanggal
|
Alokasi waktu
|
Materi
|
II
|
4
|
Sabtu, 15 September 2012
|
2 x 35
|
· Pemilihan Gubernur
|
5
|
Selasa,18 September 2012
|
2 x 35
|
· Pemilihan Presiden
|
|
6
|
Rabu, 19 September
2012
|
|
· Evaluasi Siklus II
|
Hasil penelitian
Tabel 3. Pengamatan
deskripsi kualitatif
No
|
Kegiatan
|
Siklus I
|
Siklus II
|
||
Pertemuan
ke-1
|
Pertemuan ke-2
|
Pertemuan ke-1
|
Pertemuan ke-2
|
||
1.
2.
3.
4.
5.
|
Nilai rata-rata kelompok
Ketuntasan individual
Ketuntasan klasikal
Aktivitas guru
Aktivitas siswa
|
39,25
66,67
44,44
79,63
71,87
|
48,44
71,11
66,66
84,26
78,12
|
73,09
77,77
77,78
84,26
89,58
|
87,50
88,88
88,89
97,22
95,83
|
Pembahasan
Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I dan
Siklus II
Perbandingan rata-rata aktivitas guru dalam pembelajaran siklus I dan siklus II dapat dilihat pada
grafik berikut :
Gambar 1 Grafik Perbandingan Aktivitas Guru
Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan gambar 1 terlihat peningkatan hasil penilaian
aktivitas guru dari siklus I sampai dengan siklus II. Pada siklus I aktivitas guru masih rendah
dikarenakan kurangnya kesiapan guru dalam mengajar dan model yang baru
digunakan dan pengelolaan kelas serta pengelolaan waktu yang masih kurang.
Pada siklus II terjadi peningkatan, kegiatan pembelajaran
yang berjalan sudah sesuai dengan waktu yang direncanakan. Pengelolaan waktu
dan kelas sudah dapat diatur dengan baik. Kegiatan pemeranan juga sudah terlaksana
dengan baik karena setiap kelompok diminta mengomentari penampilan kelompok
yang lain sehingga tidak ada siswa yang menganggur disaat pemeranan oleh
kelompok lain serta dalam proses penilaian sudah berjalan dengan baik dan
lancar.
Pada siklus II guru sudah dapat mengajar dengan baik
seperti yang diungkapkan Pupuh dan Sutikno (2007:7) “mengajar merupakan suatu
aktivitas mengorganisasi atau mengatur (mengelola) lingkungan sehingga tercipta
suasana yang sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan peserta didik sehingga
terjadi proses belajar yang menyenangkan”. Disini guru sudah dapat menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan dan dekat dengan kehidupan siswa
(kontekstual). Perencanaan pembelajaran yang dibuat guru juga didasarkan pada
pendapat yang mengatakan bahwa ”Kontekstual (Contextual Teaching and Learning ) adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan perencanaan dalam kehidupan mereka sehari-hari ”(Depdiknas 2005:5).
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I dan
Siklus II
Perbandingan rata-rata aktivitas siswa dalam
pembelajaran siklus I dan siklus II
dapat dilihat pada grafik berikut :
Gambar 2. Grafik Perbandingan Aktivitas Siswa
Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan gambar 2 terlihat peningkatan hasil penilaian aktivitas
siswa dari siklus I sampai dengan siklus II. Pada siklus I
aktivitas siswa masih rendah dikarenakan sebagian besar siswa masih
pasif, belum memahami cara bermain peran dan malu untuk bertanya maupun
mengungkapkan pendapat.
Pada siklus II, terjadi peningkatan, sebagian
besar siswa sudah aktif dalam melaksanakan pemeranan walaupun masih ada hal-hal
yang kurang tepat dalam pemeranan tersebut. Beberapa siswa yang kurang percaya
diri sudah mulai berani melakukan pemeranan. Sudah banyak siswa yang lebih
kreatif dalam melakukan pemeranan dan
dialog dalam pemeranan tersebut. Dalam aspek percaya diri, terjadi peningkatan saat bermain peran, hal ini terlihat dari
keberanian siswa melakukan dialog-dialog yang baik dan tepat berdasarkan tema
yang dibicarakan.
1.
Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
Hasil belajar siswa meliputi nilai yang
diperoleh pada pengerjaan tugas kelompok dan nilai pada evaluasi akhir
pertemuan. Hasil belajar tersebut dapat digambarkan pada :
a)
Nilai Kelompok
Perbandingan rata-rata hasil belajar kelompok
dalam pembelajaran siklus I dan siklus
II dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 3. Grafik Perbandingan Nilai Kelompok
Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan grafik 3
terlihat peningkatan hasil belajar kelompok dari siklus I sampai dengan
siklus II.
Pembelajaran sudah berjalan sesuai dengan asas-asas
Kontekstual yaitu konsep masyarakat belajar (learning community) dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar dapat diperoleh
dari hasil sharing dengan orang lain, antar teman, antar kelompok, yang sudah
tahu memberi tahu kepada yang belum tahu, yang pernah memiliki pengalaman
membagi pengalamannya kepada orang lain(Suriansyah, 2009 : 114-120).
b. Nilai Tes Tertulis
Perbandingan rata-rata hasil belajar
siswa dalam pembelajaran siklus I dan
siklus II dapat dilihat pada tabel berikut
:
Gambar 4. Grafik Perbandingan Nilai Siswa Siklus I dan
Siklus II
Berdasarkan grafik 4 terlihat
peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I sampai dengan siklus II. Pada
siklus I hasil belajar siswa masih dibawah kriteria ketuntasan I. Peningkatan dan penurunan nilai tes belajar
siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor intern yang dialami maupun
faktor ekstern (Dimyati dan Mudjiono, 2006:238-253) salah satu hal yang
mempengaruhi hasil belajar siswa adalah motivasi belajar pada diri, lemahnya
motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar.
Selanjutnya, mutu hasil belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu, motivasi
belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus dengan cara guru
memberikan reinforcement diakhir pembelajarandan menciptakan suasana belajar
yang menggembirakan. Selain itu guru juga harus dapat membangkitkan belajar
siswa. Kebangkitan belajar tersebut merupakan wujud emansipasi diri siswa.
Sebagai guru yang pengajar, ia bertugas mengelola kegiatan belajar siswa di
sekolah. Penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh guru juga sangat
berpengaruh dalam hasil belajar siswa, seperti dalam pembelajaran ini guru
melakukan penilaian autentik, penilaian ini dilakukan secara terus – menerus
selama kegiatan pembelajaran berlangsung dalam proses bermain peran.
Pada siklus II terjadi peningkatan
pada hasil belajar siswa karena guru sudah dapat mengelola waktu dan kelas
dengan efisien untuk membagi waktu dalam bermain peran, diskusi serta evaluasi.
Hal
tersebut di atas juga berpengaruh pada pencapaian ketuntasan belajar siswa dari
siklus I hingga siklus II yang dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 5.
Grafik Perbandingan Ketuntasan Klasikal
Akhir Siklus I dan II
Atas dasar hasil penelitian inilah peneliti mengakhiri
penelitian tindakan
kelas di kelas VI SDN Pasar Minggu,
Kecamatan Kelua, Kabupaten Tabalong,
dengan kesimpulan apabila digunakan pendekatan Kontekstual dengan model
Role Playing maka dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas VI SDN Pasar
Minggu, Kecamatan Kelua, Kabupaten Tabalong dengan materi pemilihan umum.
Keberhasilan penelitian ini juga didukung oleh penelitian
lainnya yang juga berhasil meningkatkan hasil belajar
siswa. Penelitian lainnya itu seperti yang dilakukan oleh Ida Wahyuni, hal
tersebut dapat dilihat dari hasil belajar siswa terjadi peningkatan nilai
rata-rata siswa yakni dari siklus I hanya mencapai nilai rata-rata 74,68 meningkat pada siklus II menjadi 79,63.
Berdasarkan hasil penelitian maka hipotesis yang berbunyi “Dengan menerapkan pendekatan
kontekstual dengan model role playing,
hasil belajar PKn pada materi Pemilihan Umum kelas VI di SDN Pasar minggu, Kecamatan
kelua, Kabupaten Tabalong dapat meningkat” dapat diterima.
Suka artikel ini?
0 komentar on MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PKN MATERI PEMILIHAN UMUM (PEMILU) MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS VI SDN PASAR MINGGU KABUPATEN TABALONG :
Posting Komentar