MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)1
Yuliatun Muslimah
Guru SMAN 2 Tanjung Kabupaten Tabalong
Abstract: This research relates to the implimentation of STAD model in State Senior High School 2 (SMAN 2) Tanjung. The research objective is to increase the students’ learning activity and teacher’ activity quality as well as to increase the students’ achievment on hydrolysis salt material. The research is based on the classroom action research (CAR) through 2 cycles. The research subject is 33 students of second class majoring on natural science in SMAN 2 Tanjung. The data collection used students’ and the teacher’s activity obeservation sheets as well as achievment result. The data were qualitatively analyzed with percentage technique. The result of research stated that (1) students’ activity underwent progress in the first cycle and that described 10 activities that achieve the activeness percentage, namely more than 85%, whereas in the second cycle students’ activity turned into 14 activities; (2) the quality of teacher’s activity was higher or 80,7% in the second cycle than in the first cyle, namely 79,5%; and (3) the completeness of students’ learning increased from 73% into 91%. The group’s score increased in the first cycle; there were not groups that had super quality, but there was 1 group that had super quality in the second cycle.
Abstrak: Penelitian ini berkenaan dengan penerapan model STAD di SMAN 2 Tanjung. Tujuan penelitian adalah: (1) meningkatkan aktivitas siswa dan guru dan (2) meningkatkan hasil belajar siswa pada materi hidrolisis garam. Penelitian menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas dalam 2 siklus. Subyek penelitian adalah 33 siswa kelas XI IPA 1SMAN 2 Tanjung. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dan guru serta tes hasil belajar. Data dianalisis secara kualitatif dengan teknik persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) aktivitas siswa meningkat pada siklus 1 dan terdapat 10 jenis aktivitas siswa yang mencapai persentase keaktifan lebih dari 85%, sedangkan pada siklus 2 meningkat menjadi 14 aktivitas; (2) kualitas aktivitas guru meningkat dari 79,5 pada siklus 1 menjadi menjadi 80,7 pada siklus 2; dan (3) ketuntasan hasil belajar siswa meningkat dari 73% menjadi 91%. Skor kelompok meningkat, pada siklus 1 tidak ada satu kelompok yang memiliki kualifikasi super, tetapi pada siklus 2 ada 1 kelompok yang memiliki kualifikasi super.
Key words: activity, achievment, STAD model, and salt hydrolysis
PENDAHULUAN
Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari sifat, struktur materi, komposisi materi, dan perubahan materi serta energi yang menyertai perubahan materi. Hal tersebut umumnya diperoleh serta dikembangkan melalui hasil-hasil eksperimen dan penalaran. Karakteristik konsep dalam ilmu kimia sebagian besar bersifat abstrak, dan sebagian lain berisi perhitungan konsep matematis.
Dari pengertian di atas, sangat diharapkan pembelajaran kimia di sekolah dapat membuat siswa tertarik untuk mempelajarinya, merasa senang dan lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar, serta hasil belajar siswa lebih maksimal. Namun kenyataannya yang terjadi di kelas adalah siswa cepat bosan saat belajar kimia, kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar siswa rata-rata masih rendah.
Hal ini juga terjadi di SMA Negeri 2 Tanjung. Tingkat pemahaman siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 2 Tanjung terhadap materi kimia tergolong masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang rendah. Data menunjukkan bahwa jumlah siswa yang tuntas hanya 40% siswa atau dengan nilai ≥67, sedangkan sebanyak 60% siswa tidak tuntas dan memerlukan tindakan remedial. Dari beberapa materi kimia yang diajarkan di kelas XI IPA, maka salah satu materi kimia yang dianggap sulit oleh siswa adalah materi hidrolisis garam. Kesulitan tersebut dipengaruhi oleh tingkat pemahaman siswa terhadap materi sebelumnya, yakni materi larutan asam-basa dan titrasi asam-basa yang masih kurang. Selain itu, pola pembelajaran yang dilakukan selama ini masih berpusat pada guru sehingga siswa kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan kreativitasnya dan terlibat secara maksimal dalam proses pembelajaran. Siswa selanjutnya cenderung pasif menerima begitu saja materi yang disampaikan oleh guru sehingga pembelajaran menjadi membosankan, tidak bermakna dan mudah dilupakan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu dicari suatu model pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan dan rasa senang kepada siswa dalam mempelajari kimia. Menurut Dryden & Vos (Rusmansyah, 2002) rasa senang dalam belajar merupakan kunci sukses dalam menguasai pelajaran secara utuh dan baik.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru adalah model Student Teams Achievement Division (STAD). Model ini merupakan salah satu bentuk dari model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning Model) yang paling sederhana.
Hasil penelitian Rusmansyah (2002) menunjukkan bahwa model STAD pada pembelajaran konsep laju reaksi dapat meningkatkan hasil belajar siswa, meningkatkan kemampuan untuk berkomunikasi dan berkolaborasi dengan teman sekelompok, mengembangkan keterampilan proses, memudahkan siswa dalam memahami konsep serta meningkatkan motivasi untuk belajar bersama. Hasil penelitian Sigalingging (2011) juga menunjukkan bahwa model STAD pada pembelajaran konsep Termokimia dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa dan kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa sehingga suasana kelas menjadi hidup.
Ide utama di balik STAD adalah untuk memotivasi siswa saling memberi semangat dan membantu menuntaskan keterampilan-keterampilan yang disajikan guru. Apabila siswa menghendaki agar kelompok mereka mendapatkan penghargaan kelompok, maka mereka harus membantu teman satu kelompok dalam mempelajari bahan ajar tersebut. Meskipun siswa belajar bersama, mereka tidak boleh saling membantu dalam mengerjakan kuis. Setiap siswa harus menguasai materi tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan aktivitas siswa; (2) meningkatkan aktivitas guru; dan (3) meningkatkan hasil belajar siswa pada materi hidrolisis garam dengan menerapkan model STAD di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 2 Tanjung.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus, dengan jumlah keseluruhan pertemuan sebanyak 4 kali dan setiap pertemuan berlangsung selama 2 jam pelajaran. Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 2 Tanjung tahun pelajaran 2011/2012. Faktor-faktor yang diteliti adalah: (1) aktivitas siswa; (2) aktivitas guru; dan dan (3) hasil belajar siswa pada materi hidrolisis garam dengan menerapkan model STAD.
Instrumen penelitian yang digunakan, yaitu (1) lembar observasi aktivitas siswa, (2) lembar observasi aktivitas guru, dan (3) tes hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini dianalisis secara deskriptif kualitatif untuk melihat peningkatan aktivitas siswa dan guru serta hasil belajar siswa. Keberhasilan tindakan ditntukan berdasarkan kriteria ketuntasan menurut Depdiknas (2004).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tahap Perencanaan Tindakan
Tahap perencanaan tindakan dilaksanakan peneliti dengan melakukan hal-hal sebagai berikut: (a) Menyusun RPP dengan materi Hidrolisis Garam dengan mengacu pada kurikulum KTSP (Dediknas, 2007); (b) Menyusun LKS; (c) Menyusun lembar observasi aktivitas siswa; (d) Menyusun lembar observasi aktivitas guru; (e) Membuat instrumen evaluasi pembelajaran; (f) Menyiapkan alat dan bahan praktikum; (g) Membuat media pembelajaran; dan (h) Menetapkan 2 observer (pengamat).
Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan terdiri atas 2 (dua) kali pembelajaran. Tahap ini diawali dengan menggali pengetahuan awal siswa melalui beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan sifat larutan garam. Guru kemudian meminta siswa melaksanakan praktikum dan menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu untuk mengetahui sifat-sifat larutan garam dan ciri-ciri beberapa jenis garam yang dapat terhidrolisis dalam air melalui percobaan.
Pada kegatan inti guru menyajikan materi hidrolisis garam, kemudian mengorganisir siswa ke dalam 8 kelompok yang terdiri atas 4 orang siswa yang heterogen. Tempat duduk siswa dibuat saling berhadapan agar mempermudah komunikasi siswa dalam kelompoknya. Guru membagikan LKS sebagai panduan praktikum dan untuk memudahkan siswa dalam memahami pelajaran.
Selama praktikum berlangsung, guru senantiasa membimbing siswa agar tidak mengalami kesulitan. Setelah siswa selesai melaksanakan praktikum, guru meminta siswa untuk melaksanakan diskusi dalam kelompoknya selama ±15 menit. Guru selanjutnya melaksanakan tanya jawab kepada siswa terkait masalah yang ada di LKS 1 secara acak dan melakukan penilaian terhadap jawaban yang diberikan siswa.
Pada kegiatan akhir guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran, kemudian memberikan tes tertulis/kuis 1 dan memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada siswa.
Pertemuan kedua sedikit berbeda dengan pertemuan pertama, di mana tahap awal selain menjelaskan langkah-langkah STAD, guru juga memotivasi siswa dengan cara mengumumkan dan memberikan hadiah kepada kelompok yang memeroleh tingkat penghargaan terbaik pada pertemuan 1 yang lalu.
Guru menyajikan materi hidrolisis garam selama ±15 menit dengan menggunakan media caption sambil melakukan tanya jawab kepada siswa. Bagi siswa yang dapat menjawab, dipersilakan untuk menuliskan jawabannya pada caption yang ditempelkan di papan tulis dengan maksud agar siswa mau memerhatikan materi yang sedang disampaikan.
Guru kemudian mengorgani-sasi siswa ke dalam 8 kelompok. Anggota kelompok pada pertemuan 2 sama dengan anggota kelompok pada pertemuan sebelumnya. Guru meminta siswa untuk duduk berdasarkan teman satu kelompok-nya. Guru membagikan LKS untuk membantu siswa dalam memahami pelajaran.
Selama pembelajaran berlangsung, guru senantiasa membimbing siswa agar tidak mengalami kesulitan. Setelah siswa selesai melaksanakan diskusi dalam kelompoknya, maka guru kemudian melaksanakan tanya jawab kepada siswa terhadap masalah yang ada di LKS 2 secara acak dan melakukan penilaian terhadap jawaban yang diberikan siswa.
Pada tahap akhir guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran, kemudian memberikan tes tertulis/kuis 2 dan memberikan PR kepada siswa.
Tahap Pengamatan dan Evaluasi
Pada tahap ini dilakukan observasi selama pembelajaran berlangsung dengan cara mengamati aktivitas siswa dan guru dengan menggunakan lembar observasi. Evaluasi dilakukan di akhir setiap siklus. Berikut ini adalah hasil observasi aktivitas siswa pada siklus 1.
Tabel 1. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus 1
No | Aktivitas Siswa | Persentase Keaktifan | |
Pert 1 | Pert 2 | ||
1. | Memerhatikan penjelasan guru atau siswa lain | 100% | 100% |
2. | Membaca petunjuk praktikum yang diberikan oleh guru atau mempelajari buku dan LKS yang dirujuk | 100% | 94% |
3. | Meneteskan masing-masing larutan garam ke dalam pelat tetes 1 | 86% | - |
4. | Menempelkan label pada pelat tetes untuk setiap jenis larutan 1 | 86% | - |
5. | Memasukkan kertas lakmus merah dan biru secara bergantian ke dalam larutan yang ada pada pelat tetes 1 | 100% | - |
6. | Mengambil giliran dan berbagi tugas memecahkan masalah | 93% | 100% |
7. | Terlibat dalam diskusi kelompok | 93% | 100% |
8. | Bekerjasama menuntaskan materi pada LKS 2 | - | 100% |
9. | Mendorong partisipasi dan memotivasi teman memberi pendapat | 48% | 38% |
10. | Menanyakan kebenaran/memeriksa ketepatan jawaban kelompok | 86% | 100% |
11. | Menghargai pendapat teman 2 | - | 50% |
12. | Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru 2 | - | 53% |
13. | Berdiskusi antar siswa/kelompok/guru | 69% | 50% |
14. | Kesungguhan dalam belajar 2 | - | 100% |
15. | Menuliskan/melaporkan hasil pengamatan/diskusi | 97% | 100% |
16. | Menyimpulkan materi pelajaran | 100% | 100% |
17. | Menjawab soal tes/kuis secara individu | 100% | 100% |
Keterangan :
1 = aktivitas yang hanya diamati pada pertemuan 1 siklus 1, yang berhubungan dengan praktikum
2 = aktivitas yang hanya diamati pada pertemuan 2 siklus
Pada pertemuan 1 siklus 1, hampir semua aktivitas siswa telah mencapai indikator keberhasilan penelitian karena persentase keaktifan siswa lebih dari 85%.
Untuk pertemuan 2 siklus 1, dari 14 jenis aktivitas siswa yang diamati, terdapat 10 jenis aktivitas yang telah mencapai indikator keberhasilan, sedangkan untuk 4 jenis aktivitas lain, yaitu (1) mendorong partisipasi dan memotivasi teman untuk memberi pendapat, (2) menghargai pendapat teman, (3) bertanya kepada siswa lain atau kepada guru, dan (4) berdiskusi antar siswa/kelompok/guru belum mencapai indikator keberhasilan. Hal ini berarti aktivitas siswa harus diperbaiki pada siklus 2.
Berikut ini adalah hasil observasi aktivitas guru pada siklus 1.
Tabel 2. Hasil observasi aktivitas guru pada siklus 1
No. | Aspek yang diamati | Rata-rata Skor Observer | Rata-rata Skor Siklus 1 | |
Pert 1 | Pert 2 | |||
1. | Kegiatan Awal | | | |
1. Memberikan apersepsi dan motivasi | 3,5 | 4 | 3,75 | |
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran | 3 | 3 | 3 | |
3. Menginformasikan pembelajaran menggunakan STAD | 3 | 3 | 3 | |
2. | Kegiatan Inti | | | |
4. Menyajikan materi hidrolisis garam | 3,5 | 3,5 | 3,5 | |
5. Mengorganisasi siswa dalam 8 kelompok heterogen | 3 | 3 | 3 | |
6. Meminta siswa mempelajari LKS | 2,5 | 3 | 2,75 | |
7. Membimbing siswa melaksanakan praktikum 1 | 3 | - | 3 | |
8. Membimbing siswa mendiskusikan masalah LKS 2 | - | 3,5 | 3,5 | |
9. Melakukan penilaian aspek psikomotor siswa selama praktikum berlangsung 1 | 3,5 | - | 3,5 | |
10. Menanyakan jawaban terhadap masalah yang ada di LKS kepada siswa secara acak 2 | - | 3 | 3 | |
11. Membimbing siswa mendiskusikan data hasil praktikum 1 | 3 | - | 3 | |
12. Melakukan penilaian terhadap jawaban siswa | 3 | 3 | 3 | |
3. | Kegiatan Akhir | | | |
13. Membimbing siswa menyimpulkan materi pelajaran | 3,5 | 3,5 | 3,5 | |
14. Memberikan tes tertulis/kuis | 3 | 3,5 | 3,25 | |
15. Memberikan PR | 3 | 3 | 3 | |
Jumlah Skor Perolehan | 47,75 | |||
Tingkat Aktivitas Guru | 79,5 | |||
Predikat | Baik |
Keterangan :
1 = aktivitas yang hanya diamati pada pertemuan 1 siklus 1, yang berhubungan dengan praktikum
2 = aktivitas yang hanya diamati pada pertemuan 2 siklus 1
Tingkat aktivitas guru telah mencapai predikat baik. Berikut ini hasil belajar siswa pada siklus 1.
Tabel 3. Hasil belajar siswa pada siklus 1
Kelompok | Siswa | Nilai Kuis Dasar | Nilai Kuis 1 | Nilai Kuis 2 | Nilai Evaluasi Siklus 1 |
1 | 1 2 3 4 5 | 100 64 64 53 31 | 83 67 50 50 67 | 100 67 50 67 50 | 100 70 78 54 20 |
2 | 6 7 8 9 | 86 66 27 30 | - 83 33 67 | 100 83 17 33 | 95 80 26 72 |
3 | 10 11 12 13 | 84 28 51 41 | 83 83 67 - | 100 - 67 83 | 97 41 87 55 |
4 | 14 15 16 17 | 80 66 62 54 | - 67 67 83 | 100 100 0 100 | 83 66 73 80 |
5 | 18 19 20 21 | 78 59 55 42 | 100 67 83 0 | 100 50 50 50 | 96 80 76 47 |
6 | 22 23 24 25 | 76 68 67 47 | 83 67 50 67 | 100 83 67 67 | 88 80 74 77 |
7 | 26 27 28 29 | 69 71 72 45 | 67 83 67 50 | 100 67 100 83 | 84 84 89 55 |
8 | 30 31 32 33 | 68 61 48 46 | 83 - 50 50 | 50 83 33 83 | 73 92 35 71 |
Siswa yang tuntas | 12 | 21 | 22 | 24 | |
Persentase ketuntasan | 36% | 72% | 69% | 73% |
Persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada akhir siklus 1 adalah sebesar 73%. Ini menunjukkan bahwa tindakan siklus I untuk meningkatkan hasil belajar siswa belum berhasil karena persentase ketuntasan yang telah diperoleh berada di bawah indikator keberhasilan tindakan sehingga harus diperbaiki pada siklus 2.
Berdasarkan skor perkembangan masing-masing siswa yang telah dikonversi menjadi skor kelompok, terdapat beberapa kelompok dengan kualifikasi sebagai berikut:
Tabel 4. Rata-rata skor kelompok dan kualifikasi kelompok siklus 1
Rata-rata Skor Kelompok | Kualifikasi | Jumlah Kelompok | ||
Pertemuan 1 | Pertemuan 2 | Akhir Siklus 1 | ||
15 – 19 | Kelompok Baik | 2 | 2 | 3 |
20 – 24 | Kelompok Hebat | 4 | 3 | 1 |
25 – 30 | Kelompok Super | 1 | 2 | 0 |
Tingkat penghargaan kelompok yang diperoleh siswa selama pembelajaran siklus 1 belum maksimal karena pada akhir siklus masih terdapat 4 kelompok tanpa penghargaan dan tidak ada satu kelompok yang mencapai kualifikasi kelompok super.
Tahap Refleksi
Refleksi terhadap hasil pembelajaran siklus 2 menunjukkan bahwa aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran pada siklus 1 sudah mencapai indikator keberhasilan sehingga kegiatan siklus 2 harus dipertahankan dan ditingkatkan agar lebih baik lagi.
Berdasarkan tabel 3, maka hasil belajar siswa masih belum mencapai indikator keberhasilan karena hanya 73% siswa yang mencapai KKM. Hal ini disebabkan oleh masih adanya beberapa aktivitas siswa yang masih rendah belum dilakukan dengan baik, yaitu (1) mendorong partisipasi dan memotivasi teman untuk memberi pendapat rata-rata, (2) menghargai pendapat teman, (3) bertanya kepada siswa lain atau kepada guru, serta (4) berdiskusi antar siswa/kelompok/guru. Demikian pula tingkat penghargaan kelompok yang diperoleh siswa selama pembelajaran siklus 1 belum maksimal.
Dengan demikian, pada siklus 2, 4 aktivitas siswa tersebut harus diperbaiki dengan cara (1) guru menekankan informasi tentang cara belajar kelompok dalam model STAD agar siswa dapat melaksanakan peran memimpin anggota kelompoknya secara bergiliran, (2) guru menginformasikan penghargaan berupa bintang kepada kelompok yang anggotanya paling cepat membentuk/mengatur tempat duduk kelompoknya atau dapat menjawab dengan benar pada setiap soal yang diajukan oleh guru secara acak, (3) untuk mendorong partisipasi siswa dalam diskusi, serta memotivasi siswa dalam memberi pendapat dan menghargai pendapat orang lain, masing-masing siswa dalam kelompoknya diberikan soal yang berbeda jika ada teman dalam kelompoknya yang mengalami kesulitan menyelesaikan soal, maka temannya yang lain harus membantu agar soal yang diberikan dapat diselesaikan dengan benar. Setelah semua soal berhasil diselesaikan, maka setiap anggota kelompok harus mengajarkan kepada teman dalam kelompoknya mengenai soal yang telah diselesaikannya. Kerjasama ini sangat penting dilakukan oleh setiap anggota kelompok agar saat guru memberikan soal secara acak, maka setiap anggota kelompoknya dapat menjawab dengan benar sehingga dapat memeroleh bintang untuk kelompoknya. Bagi kelompok yang memeroleh bintang paling banyak, akan diberikan hadiah.
Siklus 2
Tahap Perencanaan Tindakan
Tahap perencanaan tindakan pada siklus ke-2 dirancang agar dapat memperbaiki hasil pembelajaran siklus 1 dengan melakukan hal-hal seperti (a) Menyusun RPP materi Hidrolisis Garam untuk 2 KD, yaitu (1) menentukan jenis garam yang mengalami hidrolisis dalam air dan pH larutan garam tersebut, dan (2) menggunakan kurva perubahan harga pH pada titrasi asam-basa untuk menjelaskan Larutan Penyangga dan Hidrolisis Garam. Pada RPP siklus 2 ini, terdapat beberapa tindakan perbaikan oleh guru yang secara sengaja dirancang agar dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar kelompok; (b) Menyusun LKS; (c) Menyusun lembar observasi aktivitas siswa; (d) Menyusun lembar observasi aktivitas guru; (e) Membuat alat evaluasi pembelajaran; (f) Membuat media pembelajaran; dan (g) Membuat tabel penghargaan dan bintang dari kertas karton.
Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tahap ini diawali guru dengan menempelkan 2 karton di papan tulis, 1 karton berisi tabel penghargaan untuk menempelkan bintang yang diperoleh siswa, dan 1 karton lagi berupa tabel reaksi-reaksi hidrolisis garam yang belum lengkap. Guru selanjutnya menginformasikan penghargaan berupa bintang kepada siswa yang dapat melengkapi tabel reaksi hidrolisis garam dengan cara memasangkan antara jenis larutan garam dengan reaksi hidrolisis garamnya.
Berdasarkan tabel reaksi hidrolisis garam yang telah lengkap, maka guru kemudian menggali pengetahuan awal siswa dengan mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan larutan garam yang dapat terhidrolisis dan rumus yang digunakan untuk menghitung pH larutan garam yang dapat terhidrolisis tersebut.
Guru selanjutnya menginformasikan penghargaan berupa bintang kepada kelompok yang anggotanya paling cepat membentuk/mengatur tempat duduk kelompoknya atau dapat menjawab dengan benar setiap soal yang diajukan oleh guru secara acak. Untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, guru mengumumkan dan memberikan hadiah kepada kelompok yang memeroleh tingkat penghargaan terbaik pada pertemuan ke-2 dan evaluasi siklus 1 yang lalu.
Pada kegiatan inti guru menyajikan materi hidrolisis garam dengan menggunakan media power point, kemudian mengorganisasi siswa ke dalam 8 kelompok. Anggota kelompok pada pembelajaran siklus 2 masih sama dengan anggota kelompok pada pembelajaran siklus 1. Guru kemudian membagikan LKS sebagai panduan bagi siswa dalam memahami pelajaran.
Untuk mendorong partisipasi siswa dalam diskusi serta memotivasi siswa dalam memberi dan menghargai pendapat orang lain, maka masing-masing siswa dalam kelompoknya diberikan soal yang berbeda jika ada teman dalam kelompoknya yang mengalami kesulitan menyelesaikan soal, maka temannya yang lain harus membantu agar soal yang diberikan dapat diselesaikan dengan benar. Setelah semua soal berhasil diselesaikan, maka setiap anggota kelompok secara bergiliran harus mengajarkan kepada teman dalam kelompoknya mengenai soal yang telah diselesaikannya.
Pada saat mengerjakan soal-soal di LKS, siswa sangat antusias bertanya baik kepada teman maupun guru sehingga mereka tidak sadar bahwa waktu pembelajaran hampir berakhir. Akibatnya alokasi waktu yang semula disediakan untuk mengecek jawaban siswa tidak sempat dilakukan. Untuk mengatasi hal tersebut, maka setelah siswa selesai berdiskusi, guru langsung meminta siswa untuk mengumpulkan LKS yang telah dikerjakan untuk diberikan penilaian oleh guru tanpa dipresentasikan terlebih dahulu.
Pada kegiatan akhir guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran, kemudian memberikan tes tertulis/kuis 3 dan memberikan PR kepada siswa.
Pada pertemuan kedua, materi yang dipelajari adalah grafik titrasi asam basa. Pembelajaran kedua ini tidak banyak berbeda dengan pembelajaran pertama. Untuk meningkatkan motivasi siswa, guru memberikan hadiah kepada kelompok yang memeroleh tingkat penghargaan terbaik dan kelompok dengan jumlah bintang paling banyak pada pertemuan ke-3 yang lalu.
Pada kegiatan inti guru memperbaiki pembelajaran pertama dengan melakukan melakukan pengaturan waktu.
Tahap Pengamatan dan Evaluasi
Berikut ini adalah hasil observasi aktivitas siswa pada siklus 2 yang dibandingkan dengan siklus 1 :
Tabel 5. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus 1 dan 2
No | Aktivitas Siswa | Persentase Keaktifan Siklus 1 | Persentase Keaktifan Siklus 2 | ||
P 1 | P 2 | P 1 | P 2 | ||
1. | Memerhatikan penjelasan guru atau siswa lain | 100% | 100% | 100% | 100% |
2. | Membaca petunjuk praktikum atau mempelajari buku dan LKS yang dirujuk | 100% | 94% | 100% | 100% |
3. | Meneteskan larutan ke dalam pelat tetes | 86% | - | - | - |
4. | Menempelkan kertas label pada pelat tetes untuk setiap jenis larutan garam | 86% | - | - | - |
5. | Memasukkan kertas lakmus merah dan biru secara bergantian ke dalam pelat tetes | 100% | - | - | - |
6. | Mengambil giliran dan berbagi tugas untuk memecahkan masalah yang diberikan | 93% | 100% | 100% | 100% |
7. | Terlibat dalam diskusi kelompoknya untuk menuntaskan materi dalam LKS | 93% | 100% | 73% | 100% |
8. | Bekerjasama dalam kelompoknya untuk menuntaskan materi pada LKS | - | 100% | 100% | 100% |
9. | Mendorong partisipasi dan memotivasi teman untuk memberi pendapat | 48% | 38% | 21% | 88% |
10. | Menanyakan kebenaran atau memeriksa ketepatan jawaban dalam kelompok | 86% | 100% | 100% | 100% |
11. | Menghargai pendapat teman | - | 50% | 67% | 88% |
12. | Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru | - | 53% | 97% | 100% |
13. | Berdiskusi antar siswa/kelompok/guru | 69% | 50% | 100% | 100% |
14. | Kesungguhan dalam belajar | - | 100% | 100% | 100% |
15. | Melaporkan hasil pengamatan/diskusi | 97% | 100% | 100% | 100% |
16. | Menyimpulkan materi pelajaran | 100% | 100% | 64% | 100% |
17. | Menjawab soal tes/kuis secara individu | 100% | 100% | 100% | 100% |
Keterangan : P 1 = Pertemuan 1; P 2 = Pertemuan 2
Pada akhir pembelajaran siklus 1 terdapat 4 jenis aktivitas siswa yang belum mencapai indikator keberhasilan, yaitu (1) mendorong partisipasi dan memotivasi teman untuk memberi pendapat, (2) menghargai pendapat teman, (3) bertanya kepada siswa lain atau kepada guru, dan (4) berdiskusi antar siswa/kelompok/guru. Namun 4 jenis aktivitas siswa tersebut, pada akhir pembelajaran siklus 2 dapat diperbaiki sehingga semua jenis aktivitas siswa telah mencapai indikator keberhasilan, yaitu sekurang-kurangnya 85% siswa telah melaksanakan aktivitas sesuai model STAD.
Berikut ini adalah hasil observasi aktivitas guru siklus 2
Tabel 6. Hasil observasi aktivitas guru pada siklus 2
No. | Aspek yang diamati | Rata-rata Skor Observer | Rata-rata Skor Siklus 2 | |
Pert 1 | Pert 2 | |||
1. | Kegiatan Awal | | | |
1. Memberikan apersepsi dan motivasi | 4 | 4 | 4 | |
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran | 3 | 4 | 3,5 | |
3. Menginformasikan pembelajaran menggunakan model STAD | 3 | 3 | 3 | |
2. | Kegiatan Inti | | | |
4. Menyajikan materi hidrolisis garam | 3 | 3,5 | 3,25 | |
5. Mengorganisasi siswa ke dalam 8 kelompok kecil yang heterogen | 3,5 | 4 | 3,75 | |
6. Meminta siswa mempelajari LKS | 3 | 3 | 3 | |
7. Membimbing siswa mendiskusikan masalah yang ada di LKS | 3,5 | 4 | 3,75 | |
8. Menanyakan jawaban LKS kepada siswa secara acak | 0 | 3 | 1,5 | |
9. Melakukan penilaian jawaban siswa | 3 | 3 | 3 | |
3. | Kegiatan Akhir | | | |
10. Membimbing siswa menyimpulkan materi pelajaran | 3 | 3 | 3 | |
11. Memberikan tes tertulis/kuis | 4 | 4 | 4 | |
12. Memberikan PR | 3 | 3 | 3 | |
Jumlah Skor Perolehan | 38,75 | |||
Tingkat Aktivitas Guru | 80,7 | |||
Predikat | Baik |
Tingkat aktivitas guru pada pembelajaran siklus 2 telah mencapai indikator keberhasilan, yaitu mendapatkan predikat baik. Di samping itu, jika nilai aktivitas guru pada siklus 2 ini dibandingkan dengan siklus 1, maka nilai aktivitas guru mengalami peningkatan, yaitu dari 79,5 pada siklus 1 menjadi 80,7 pada siklus 2.
Berikut ini hasil belajar siswa pada siklus 2
Tabel 7. Hasil belajar siswa pada siklus 2
Kel | Siswa | Nilai Evaluasi Siklus 1 | Nilai Kuis 3 | Nilai Kuis 4 | Nilai Evaluasi Siklus 2 |
1 | 1 2 3 4 5 | 100 70 78 54 20 | 100 100 83 83 50 | 67 67 67 83 67 | 100 75 98 77 77 |
2 | 6 7 8 9 | 95 80 26 72 | 100 50 83 83 | 83 67 83 100 | 100 89 54 91 |
3 | 10 11 12 13 | 97 41 87 55 | 83 50 100 100 | 50 67 67 67 | 100 58 100 74 |
4 | 14 15 16 17 | 83 66 73 80 | 33 50 50 83 | 100 100 100 83 | 77 90 87 94 |
5 | 18 19 20 21 | 96 80 76 47 | 67 67 83 83 | 100 67 100 50 | 94 84 80 89 |
6 | 22 23 24 25 | 88 80 74 77 | 67 67 83 83 | 100 67 100 100 | 94 87 76 81 |
7 | 26 27 28 29 | 84 84 89 55 | 50 50 67 33 | 67 83 83 33 | 93 88 91 56 |
8 | 30 31 32 33 | 73 92 35 71 | 50 50 67 83 | 100 100 83 50 | 88 100 74 84 |
Siswa yang tuntas | 24 | 22 | 29 | 30 | |
Persentase ketuntasan | 24 x100% = 73% 33 | 22x100%= 67% 33 | 29x100%= 88% 33 | 30x100%= 91% 33 |
Persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada akhir siklus 2 sebesar 91% dan ini berarti bahwa 91% dari total seluruh siswa memeroleh nilai di atas 67. Hasil ini menunjukkan bahwa tindakan siklus I untuk meningkatkan hasil belajar siswa sudah berhasil sebab persentase ketuntasan yang telah diperoleh berada di atas nilai ketuntasan pada keberhasilan tindakan.
Berdasarkan skor perkembangan masing-masing siswa yang telah dikonversi menjadi skor kelompok, maka terdapat beberapa kelompok dengan kualifikasi sebagai berikut
Tabel 8. Rata-rata skor kelompok dan kualifikasi kelompok pada pembelajaran siklus 2
Rata-rata Skor Kelompok | Kualifikasi | Jumlah Kelompok | ||
Pertemuan 1 | Pertemuan 2 | Akhir Siklus 2 | ||
15 – 19 | Kelompok Baik | 1 | 0 | 3 |
20 – 24 | Kelompok Hebat | 2 | 3 | 2 |
25 – 30 | Kelompok Super | 1 | 3 | 1 |
Penghargaan kelompok pada siklus 2 mengalami peningkatan dari pertemuan 1 ke pertemuan 2dimana jumlah kelompok super meningkat dari 1 kelompok menjadi 3 kelompok. Pada akhir siklus 2, materi yang diujikan lebih banyak sehingga terjadi penyebaran tingkat penghargaan kelompok, yaitu 1 kelompok dengan penghargaan super, 2 kelompok dengan penghargaan hebat, 3 kelompok dengan penghargaan baik, dan 2 kelompok tanpa penghargaan.
Tahap Refleksi
Aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran pada siklus 2 telah mencapai indikator keberhasilan yaitu minimal mendapatkan predikat baik. Berdasarkan tabel 7, hasil belajar siswa telah mencapai indikator keberhasilan karena secara klasikal persentase ketuntasan siswa lebih dari 85%, yaitu sebesar 91% dan itu dapat dilihat dari nilai evaluasi siklus 2. Hal ini berarti bahwa perbaikan tindakan yang dilakukan oleh guru terhadap aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa selama siklus 2 nampaknya berhasil dengan baik. Hal ini terkait dengan data pada tabel 5 yang menunjukkan bahwa lebih dari 85% siswa telah melaksanakan semua jenis aktivitas yang dihubungkan dengan model pembelajaran STAD.
Selain itu, diketahui pula bahwa penghargaan kelompok yang diperoleh siswa selama siklus 2 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus 1. Pada akhir siklus 1 masih terdapat 4 kelompok tanpa penghargaan dan tidak satu kelompok memperoleh penghargaan super sama sekali, sedangkan pada akhir siklus 2 hanya terdapat 2 kelompok tanpa penghargaan dan 1 kelompok dengan penghargaan super.
Pembahasan
Terjadi peningkatan aktivitas siswa dan itu dapat dilihat dari persentase keaktifannya. Pada siklus 1 masih terdapat 4 jenis aktivitas siswa dengan persentase keaktifannya kurang dari 85%, sedangkan pada siklus 2 meningkat menjadi semua jenis aktivitas siswa telah mencapai persentase keaktifan lebih dari 85%. Peningkatan aktivitas siswa ini terjadi karena pada pembelajaran siklus 2 guru melakukan beberapa tindakan perbaikan, yaitu (1) guru menekankan informasi tentang cara belajar kelompok dalam model STAD agar siswa dapat memimpin anggota kelompoknya secara bergiliran, (2) guru menginformasikan penghargaan berupa bintang kepada kelompok yang anggotanya paling cepat membentuk/mengatur tempat duduk kelompoknya atau dapat menjawab dengan benar setiap soal yang diajukan oleh guru secara acak, (3) untuk mendorong partisipasi siswa dalam diskusi serta memotivasi siswa dalam memberi pendapat dan menghargai pendapat orang lain; masing-masing siswa dalam kelompoknya diberikan soal yang berbeda. Jika ada teman dalam kelompoknya yang mengalami kesulitan menyelesaikan soal, maka temannya yang lain harus membantu agar soal yang diberikan dapat diselesaikan dengan benar. Setelah semua soal berhasil diselesaikan, maka setiap anggota kelompok harus mengajarkan kepada teman dalam kelompoknya mengenai soal yang telah diselesaikannya.
Selama diskusi kelompok, dilakukan pengaturan waktu agar setiap siswa secara bergiliran mendapat peran memimpin diskusi di dalam kelompoknya. Kerjasama ini sangat penting dilakukan oleh setiap anggota kelompok agar saat guru memberikan soal secara acak, maka setiap anggota kelompoknya dapat menjawab dengan benar sehingga dapat memeroleh bintang untuk kelompoknya. Bagi kelompok yang memeroleh bintang paling banyak, akan diberikan hadiah.
Peningkatan aktivitas siswa ini nampaknya terjadi karena faktor penghargaan berupa bintang yang diberikan oleh guru selama pembelajaran siklus 2. Hal ini sejalan dengan ide utama STAD bahwa pemberian penghargaan dapat mendorong siswa untuk saling membantu satu sama lain sehingga aktivitas belajar siswa meningkat (Slavin dalam Ibrahim, 2011).
Berdasarkan tabel aktivitas guru, maka dapat diketahui bahwa telah terjadi peningkatan aktivitas guru dan itu dilihat dari nilai rata-rata keaktifan guru. Pada siklus 1, nilai rata-rata keaktifan guru sebesar 79,5 dengan predikat baik, sedangkan pada siklus 2, nilai rata-rata keaktifan guru meningkat menjadi 80,7 dengan predikat baik.
Berdasarkan tabel hasil belajar siswa juga dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Pada akhir siklus 1, hasil belajar siswa belum mencapai indikator keberhasilan karena persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal kurang dari 85%, yaitu sebesar 73%, sedangkan pada akhir siklus 2, hasil belajar siswa sudah mencapai indikator keberhasilan karena persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal lebih dari 85%, yaitu sebesar 91%. Peningkatan hasil belajar ini sejalan dengan meningkatnya aktivitas siswa dan guru setelah adanya tindakan perbaikan selama pembelajaran siklus 2.
Dalam hal penghargaan kelompok siswa, berdasarkan grafik 3 di bawah ini, terjadi peningkatan. Pada akhir siklus 1 terdapat 4 kelompok tanpa penghargaan dan tidak ada satu kelompok yang berada pada kualifikasi super sama sekali, sedangkan pada akhir siklus 2, kelompok tanpa penghargaan berkurang menjadi 2 kelompok saja dan terdapat 1 kelompok berada pada kualifikasi super.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa
1) Terjadi peningkatan aktivitas siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 2 Tanjung melalui penerapan model STAD pada materi hidrolisis garam dari 10 jenis aktivitas yang mencapai persentase keaktifan lebih dari 85% pada siklus 1 meningkat menjadi 14 jenis aktivitas. Dengan kata lain, semua jenis aktivitas siswa mencapai persentase keaktifan lebih dari 85% pada siklus 2;
2) Terjadi peningkatan aktivitas guru melalui penerapan model STAD pada materi hidrolisis garam dari nilai rata-rata keaktifan sebesar 80 pada siklus 1 meningkat menjadi 81 pada siklus 2;
3) Terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 2 Tanjung melalui penerapan model STAD pada materi hidrolisis garam dari persentase ketuntasan belajar sebesar 73% pada siklus 1 meningkat menjadi 91% pada siklus 2. Tingkat penghargaan kelompok siswa meningkat pada siklus 1 terdapat 4 kelompok tanpa penghargaan dan tidak ada satu kelompok yang berada pada kualifikasi super sama sekali, sedangkan pada siklus 2, kelompok tanpa penghargaan berkurang menjadi 2 kelompok saja dan terdapat 1 kelompok berada pada kualifikasi super.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penelitian ini terlaksana dengan didanai oleh Yayasan Adaro Bangun Negeri. Oleh karena itu Penulis mengucapkan terima kasih kepada Yayasan Adaro Bangun Negeri (YABN) yang telah mendanai penelitian ini sehingga dapat dilaksanakan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2004. Pedoman Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning). Tersedia On Line di http://www.depdiknas.go.id, diakses 29 April 2012.
Depdiknas. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Tersedia On Line di http://www.diknas.go.id, diakses 28 Februari 2012.
Ibrahim, M., Fida, R., Mohammad, N. & Ismono. 2011. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press..
Rusmansyah. 2002. Implementasi Model Student Teams-Achievement Division (STAD) dalam Pembelajaran Konsep Laju Reaksi di Kelas II SMU Negeri 1 Banjarmasin. Banjarmasin: UNLAM.
Sigalingging, David. 2011. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Ketuntasan Belajar Siswa Pada Pembelajaran Konsep Termokimia di Kelas XI Semester 1 SMA Negeri 1 Tongas-Probolinggo. Tersedia On Line di http://kutada.wordpress.com/2011/08/29/penggunaan-model-pembela..., diakses 28 Februari 2012.
Suka artikel ini?
1 komentar:
Komentar dari kelompok III:
Di bagian latar belakang, acuan hasil belajar yang diperbandingkan masih secara umum, pada hasil belajar kimia yang masih kurang.
Di bagian metode, kami tak bisa komentar banyak karena instrumen tak dicantumkan.
Di bagian pembahasan, terdapat inkonsistensi kalimat:
Siklus I menyebutkan persentase, siklus II tidak menyebutkan secara persentase tapi malah menyorot aktivitas keberhasilan yang masih kurang (4 aktivitas)
Di bagian refleksi, terdapat pertentangan dengan hasil pembahasan, siklus I menyebutkan aktivitas keberhasilan yang masih kurang (4 aktivitas), siklus II malah menyebutkan persentase keberhasilan saja.
Posting Komentar