MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT BANGUN DATAR MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR AND SHARE DI SDN 3 JANGKUNG
KABUPATEN TABALONG
Rachmadi Maulana, S.Pd
SDN 3 Jangkung Kabupaten Tabalong
Abstrak : Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran matematika, sehingga mengakibatkan hasil belajar pada materi sifat-sifat bangun datar di kelas V SDN 3 Jangkung Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong masih sangat rendah. Permasalahan ini disebabkan karena proses pembelajaran yang belum berpusat pada siswa, sehingga aktivitas belajar siswa menjadi kurang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika pada materi sifat-sifat bangun datar melalui pendekatan kontekstual dalam pembelajaran kooperatif tipe think pair and share di kelas V SDN 3 Jangkung Kabupaten Tabalong. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V tahun pelajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa 8 orang, terdiri dari 3 orang laki-laki dan 5 orang perempuan. Data hasil observasi dilakukan analisis menggunakan pendekatan kualitatif, dan data hasil belajar menggunakan pendekatan presentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan penilaian aktivitas siswa siklus I pertemuan 1 diperoleh nilai 85,2 meningkat pada pertemuan 2 menjadi 92,97. Siklus II pertemuan 1 diperoleh nilai 95,3 meningkat pada pertemuan 2 menjadi 98,4. Hasil belajar siswa siklus I diperoleh jumlah nilai 560 dengan rata-rata adalah 70, sedangkan ketuntasan klasikal 62,5% meningkat pada siklus II menjadi jumlah nilai 650 dengan rata-rata 81,25, sedangkan ketuntasan klasikal sebesar 87,5%. Simpulan penelitian tindakan kelas ini bahwa pendekatan kontekstual dalam pembelajaran kooperatif tipe think pair and share dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika pada materi sifat-sifat bangun datar pada siswa kelas V SDN 3 Jangkung kabupaten Tabalong tahun pelajaran 2011/2012.
Kata Kunci : Hasil Belajar, Sifat-Sifat Bangun Datar, Pendekatan Kontekstual, Pembelajaran Kooperatif, Think Pair and Share
PENDAHULUAN
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan di dalam Pasal 1 ayat 1 bahwa ”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.” Berdasarkan bunyi pasal 1 ayat 1 UU No. 20/2003 tersebut dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan proses pembelajaran yang diarahkan ke perkembangan peserta didik untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara (Poerwanti, 2007: 2.6).
Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah menegaskan agar proses pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Depdiknas, 2006).
Pendekatan dalam pembelajaran mulai beralih dari yang bersifat berpusat pada guru (teacher centered) menjadi sebaliknya, yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa (students centered). Pada pendekatan yang berpusat pada siswa guru harus memikirkan : a) Bagaimana siswa dengan baik dapat memahami materi pelajaran yang disampaikan, b) Variasi metode-metode pedagogis yang dapat diterapkan untuk membantu siswa agar dapat lebih memahami inti sari pelajaran yang disampaikan (Suhadi, 2010 ; 2).
Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas dalam proses pembelajaran, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa keterampilan-keterampilan dasar yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Sedangkan kegiatan psikis berupa keterampilan terintegrasi terdiri dari mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data, menganalisis, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian, dan melaksanakan eksperimen (Juliantara, 2010 : 2).
Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada anak sejak dari Sekolah Dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama yang baik. Kompetensi tersebut diperlukan siswa untuk memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif pada era globalisasi ini (Djanali, 2007 : 5-9).
Dilihat hasil belajar siswa kelas V tahun pelajaran 2010/2011 di SDN 3 Jangkung, pada materi sifat-sifat bangun datar menunjukkan bahwa kemampuan siswa, baik secara individual maupun klasikal relatif rendah dan belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Pada hasil ulangan harian siswa menunjukkan bahwa dari 8 orang siswa, rata-rata nilai evaluasi hanya mencapai 55 dan dinyatakan tuntas belajar sebanyak 50% (dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan di kelas V tahun pelajaran 2011/2012 yaitu 65).
Permasalahan rendahnya hasil belajar matematika siswa tersebut diatas disebabkan karena aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika sangat kurang. Indikasi kurangnya aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran dapat dilihat antara lain siswa jarang sekali mengajukan pertanyaan atau menyampaikan idenya, walaupun berulang kali guru meminta agar siswa bertanya jika ada hal-hal yang belum dipahami. Jarangnya dilaksanakan pembelajaran berkelompok juga membuat siswa tidak bekerjasama dengan baik. Karena bekerja secara perseorangan, kadang-kadang membuat beberapa siswa tidak dapat menuntaskan tugas sesuai waktu yang ditentukan.
Keadaan seperti ini jika dibiarkan terus menerus akan membawa dampak negatif bagi siswa, dampak negatif tersebut antara lain siswa semakin sulit memahami konsep matematika pada tingkatan berikutnya, karena matematika diajarkan secara berjenjang dan saling berkaitan antara konsep yang satu dengan konsep yang lainnya, dampak lebih lanjut lagi adalah siswa merasa kurang percaya diri jika dia merasa ketinggalan ilmu pengetahuan dengan teman-temannya.
Berbagai strategi dapat dikembangkan guru dalam pembelajaran di kelas. Strategi tersebut dapat berupa pendekatan, model-model pembelajaran, metode, maupun media yang digunakan. Pandangan konstruktivisme melandasi pendekatan kooperatif yang banyak memiliki tipe-tipe model pembelajaran yang dapat digunakan sesuai dengan karakteristik materi pelajaran. Dengan melihat karakteristik siswa yang senang bekerja dalam kelompok dan memiliki semangat yang tinggi dalam berkompetisi, serta jumlah siswa yang relatif sedikit, maka tipe Think Pair and Share dianggap cocok untuk mengatasi permasalahan rendahnya hasil belajar sifat-sifat bangun datar di kelas V SDN 3 Jangkung Kabupaten Tabalong.
Matematika pada dasarnya memiliki objek yang abstrak dengan pemikiran deduktif, untuk membantu pemahaman konsep siswa terhadap objek yang abstrak salah satunya melalui pendekatan kontekstual. Sedangkan pembelajaran kooperaitif tipe Think Pair and Share dipilih dengan melihat kelebihan yang dikemukakan oleh Syamsuri (2009:20), yaitu pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share merupakan sebuah model pembelajaran kelompok berpasangan yang membuat siswa mampu menemukan konsep pembelajaran berdasarkan hasil pembicaraan dengan pasangannya, dan disampaikan dalam diskusi kelas. Siswa juga mampu berargumen untuk mempertahankan hasil temuannya ketika dipermasalahkan oleh temannya. Hasil penelitian Hartono (2010), tentang implementasi model TPS pada pembelajaran matematika dengan konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di kelas IV SDN Lano tahun pelajaran 2009/2010, menunjukkan terjadi peningkatan aktivitas guru dan siswa, serta peningkatan hasil belajar siswa.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Siklus 1 dilakukan dalam dua kali tatap muka (pertemuan) dan siklus 2 dilakukan dua kali tatap muka (pertemuan) dengan alokasi waktu per-pertemuan adalah 3 x 35 menit.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V yang berjumlah 8 orang, terdiri dari 3 orang laki-laki dan 5 orang perempuan. Waktu pelaksanaan direncanakan selama satu setengah bulan, mulai tanggal 15 April 2012 s.d 30 Juni 2012. Untuk dapat melihat peningkatan aktivitas siswa dilakukan penilaian pada saat proses pembelajaran menggunakan lembar penilaian aktivitas siswa siswa. Sedangkan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dilakukan tes yang dilaksanakan diakhir setiap siklus.
Instrumen penelitian ini meliputi (1) tes (2) lembar observasi aktivitas belajar siswa. Data dikumpulkan dari hasil tes diakhir setiap siklus dan hasil pengamatan aktivitas siswa dari observer selama proses pembelajaran berlangsung. Tindakan kelas ini dikatakan berhasil jika indikator untuk aktif bagi siswa, apabila terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dari siklus I ke siklus berikutnya. Sebanyak 80% siswa dalam kelas mencapai tingkat penguasaan > 65% atau mendapatkan nilai > 65
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Kegiatan pada Siklus 1
Perencanaan
a. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di kelas
b. Memilih bentuk dan macam tindakan yang ditetapkan secara kolaboratif
c. Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS).
d. Menyiapkan media pembelajaran
e. Menyiapkan materi untuk pertemuan pertama
f. Menyiapkan instrumen observer
g. Menyiapkan alat evaluasi pembelajaran
h. Koordinasi dengan observer
Pelaksanaan
Siklus | Pertemuan ke- | Kegiatan | Materi |
I | 1 (satu) | Pembelajaran matematika melalui pendekatan kontekstual dalam pembelajaran kooperatif tipe think pair and share (TPS) | Persegi dan Persegi Panjang |
2 (dua) | Pembelajaran matematika melalui pendekatan kontekstual dalam pembelajaran kooperatif tipe think pair and share (TPS) | Segitiga dan Trapesium | |
3 (tiga) | Evaluasi akhir siklus I | Persegi, persegi panjang, segitiga dan trapesium |
Hasil Observasi
Hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa berdasarkan lembar observasi aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika pada meteri sifat-sifat persegi dan persegi panjang melalui pendekatan kontekstual dalam pembelajaran kooperatif tipe think pair and share pada siklus I dapat diterangkan melalui tabel berikut.
Tabel 1. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
No. | Aspek | Skor Pertemuan 1 | Rata-rata skor | Skor Pertemuan 2 | Rata-rata skor | Ket. | ||||||
4 | 3 | 2 | 1 | 4 | 3 | 2 | 1 | |||||
1 | Keberanian mengemukakan pendapat | 3 | 2 | 2 | 1 | 2,9 | 4 | 3 | 1 | - | 3,4 | Meningkat |
2 | Kemampuan bekerjasama | 4 | 2 | 2 | - | 3,3 | 6 | 2 | - | - | 3,8 | Meningkat |
3 | Memperhatikan pendapat siswa lain | 5 | 3 | - | - | 3,6 | 6 | 2 | - | - | 3,8 | Meningkat |
4 | Ketuntasan melaksanakan tugas | 6 | 2 | - | - | 3,8 | 8 | - | - | - | 4 | Meningkat |
Jumlah | 18 | 9 | 4 | 1 | 24 | 7 | 1 | - | ||||
∑ f x jumlah | 72 | 27 | 8 | 2 | 96 | 21 | 2 | |||||
Skor Perolehan | 109 | 119 | Meningkat | |||||||||
Nilai | 85,2 | 92,97 | Meningkat |
Dari perolehan total skor, maka dilakukan perhitungan berdasarkan rumus yang telah ditentukan sebagai berikut.
Pertemuan 1 skor perolehan = 109
Skor Perolehan 109
Nilai = x 100 = x 100 = 85,2
Skor Maksimal 128
Pertemuan 2 skor perolehan = 119
Skor Perolehan 119
Nilai = x 100 = x 100 = 92,97
Skor Maksimal 128
Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh nilai pertemuan 1= 85,2 dan pertemuan 2 = 92,97. Dikaitkan dengan kategori perolehan nilai yang telah ditetapkan masuk pada rentang nilai antara 81-100 dengan kategori “Sangat Aktif”.
Hasil Belajar
Hasil belajar yang diperoleh siswa dalam menyelesaikan soal evaluasi siklus I dengan materi sifat-sifat persegi, persegi panjang, segitiga dan trapesium yang diadakan pada pertemuan ketiga dapat diterangkan melalui tabel berikut.
Tabel 2. Hasil Belajar Siklus I
No | Nilai | Hasil Evaluasi Siklus I | |
Frekuensi (F) | % | ||
1 | 100 | 1 | 12,5 |
2 | 90 | - | - |
3 | 80 | 1 | 12,5 |
4 | 70 | 3 | 37,5 |
5 | 60 | 2 | 25 |
6 | 50 | 1 | 12,5 |
7 | 40 | - | - |
8 | 30 | - | - |
9 | 20 | - | - |
10 | 10 | - | - |
Jumlah | 8 | 100 | |
Jumlah Nilai | 560 | ||
Rata-rata | 70 | ||
Ketuntasan Individual | 62,5% |
Tabel 2 memperlihatkan rata-rata maupun secara ketuntasan belajar (pencapaian nilai KKM) yaitu dari 62,5% menjadi 70
Refleksi
Aktivitas belajar siswa pada pertemuan 1 diperoleh nilai 85,2. Sedangkan pada pertemuan 2 diperoleh nilai 92,97. Hal-hal yang mesti diperbaiki atau ditingkatan pada pertemuan berikutnya terletak pada aspek, keberanian mengemukakan pendapat, kemampuan bekerjasama, dan menghargai pendapat siswa lain. Sebagian siswa pada pertemuan pertama ketika guru menjelaskan materi pelajaran ada yang terlihat sedang berbicara dan sibuk dengan kegiatan sendiri, tetapi pada pertemuan kedua sudah mulai memperhatikan dengan serius, dalam kegiatan kelompok juga terjadi peningkatan dimana siswa yang sudah pada awalnya tidak berani untuk mengemukakan pendapat pada pertemuan kedua sudah terlihat berani walaupun pendapat yang disampaikan sangat sederhana. Menghargai pendapat siswa lain juga menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan, pada awalnya bila ada temannya berbicara, banyak siswa yang mentertawainya, tetapi sudah menunjukkan sikap menghargai dengan memperhatikan apa yang disampaikan temannya. Pada pertemuan berikutnya (siklus II) diperlukan perhatian lebih kepada siswa yang memperoleh skor 1 dan 2 pada aspek-aspek pengamatan, karena siswa yang aktivitas belajarnya kurang sudah dapat diidentifikasi. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dapat dilakukan dengan cara merombak kelompok berpasangan secara heterogen berdasarkan hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus I. Selain itu guru dapat memberikan bimbingan kepada kelompok pada saat melaksanakan diskusi. Pemberian motivasi berupa penghargaan bukan hanya kata atau kalimat pujian, tetapi ditambah dengan pemberian hadiah kepada kelompok yang menunjukkan hasil kerjasama yang baik sangat perlu dilakukan, sehingga siswa akan berkompetisi dalam mendapatkan penghargaan (hadiah yang dijanjikan).
Hasil belajar diperoleh nilai dengan jumlah 560 dengan rata-rata 70. Secara klasikal terdapat 5 orang dari 8 siswa yang mencapai nilai KKM 65 atau sebesar 62,5%. Refleksi pada siklus I ini diambil kesepakatan, bahwa untuk mengetahui adanya peningkatan hasil observasi dan hasil belajar jika dibandingkan siklus I dengan siklus II, maka dilaksanakan siklus II. Kegiatan refleksi ini sekaligus mengadakan perencanaan dan persiapan untuk pelaksanaan siklus II yang meliputi persiapan RPP siklus II, menyiapkan kelompok heterogen berdasarkan hasil belajar siklus I, menyiapkan media dan LKS.
Kegiatan pada Siklus 2
Perencanaan
a. Mengidentifikasi kelemahan yang terjadi pada siklus I
b. Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS).
c. Menyiapkan media pembelajaran
d. Menyiapkan materi untuk pertemuan pertama
e. Menyiapkan instrumen observer
f. Menyiapkan alat evaluasi pembelajaran
g. Koordinasi dengan observer
Pelaksanaan
Siklus | Pertemuan ke- | Kegiatan | Materi |
II | 1 (satu) | Pembelajaran matematika melalui pendekatan kontekstual dalam pembelajaran kooperatif tipe think pair and share (TPS) | Belah Ketupat dan Jajar Genjang |
2 (dua) | Pembelajaran matematika melalui pendekatan kontekstual dalam pembelajaran kooperatif tipe think pair and share (TPS) | Layang-Layang dan Lingkaran | |
3 (tiga) | Evaluasi akhir siklus II | Belah ketupat, jajar genjang, layang-layang dan lingkaran |
Hasil Observasi
Hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa berdasarkan lembar observasi aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika pada meteri sifat-sifat bangun datar melalui pendekatan kontekstual dalam pembelajaran kooperatif tipe think pair and share pada siklus II dapat diterangkan melalui tabel berikut.
Tabel 3. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
No. | Aspek | Skor Pertemuan 1 | Rata-rata skor | Skor Pertemuan 2 | Rata-rata skor | Ket. | ||||||
4 | 3 | 2 | 1 | 4 | 3 | 2 | 1 | |||||
1 | Keberanian mengemukakan pendapat | 6 | 1 | 1 | - | 3,6 | 7 | 1 | - | - | 3,9 | Meningkat |
2 | Kemampuan bekerjasama | 7 | 1 | - | - | 3,9 | 8 | - | - | - | 4 | Meningkat |
3 | Memperhatikan pendapat siswa lain | 6 | 2 | - | - | 3,8 | 7 | 1 | - | - | 3,9 | Meningkat |
4 | Ketuntasan melaksanakan tugas | 8 | - | - | - | 4 | 8 | - | - | - | 4 | Tetap |
Jumlah | 27 | 4 | 1 | - | 30 | 2 | - | - | ||||
∑ f x jumlah | 108 | 12 | 2 | - | 120 | 6 | - | - | ||||
Skor Perolehan | 122 | 126 | Meningkat | |||||||||
Nilai | 95,3 | 98,4 | Meningkat |
Dari perolehan total skor, maka dilakukan perhitungan berdasarkan rumus yang telah ditentukan sebagai berikut.
Pertemuan 1 skor perolehan = 122
Skor Perolehan 122
Nilai = x 100 = x 100 = 95,3
Skor Maksimal 128
Pertemuan 2 skor perolehan = 126
Skor Perolehan 126
Nilai = x 100 = x 100 = 98,4
Skor Maksimal 128
Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh nilai pertemuan 1= 95,3 dan pertemuan 2 = 98,4. Dikaitkan dengan kategori perolehan nilai yang telah ditetapkan masuk pada rentang nilai antara 81-100 dengan kategori “Sangat Aktif”
Hasil Belajar
Hasil belajar yang diperoleh siswa dalam menyelesaikan soal evaluasi siklus II dengan materi sifat-sifat jajar genjang, belah ketupat, layang-layang dan lingkaran dapat diterangkan melalui tabel berikut.
Tabel 4. Hasil Belajar Siklus II
No | Nilai | Hasil Evaluasi Siklus II | |
Frekuensi (F) | % | ||
1 | 100 | 2 | 25 |
2 | 90 | - | - |
3 | 80 | 2 | 25 |
4 | 70 | 3 | 37,5 |
5 | 60 | 1 | 12,5 |
6 | 50 | - | - |
7 | 40 | - | - |
8 | 30 | - | - |
9 | 20 | - | - |
10 | 10 | - | - |
Jumlah | 8 | 100 | |
Jumlah Nilai | 650 | ||
Rata-rata | 81,25 | ||
Ketuntasan Individual | 87,5% |
Tabel 4 memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan secara signifikan baik dari segi rata-rata maupun secara ketuntasan belajar (pencapaian nilai KKM) yaitu dari 62,5% menjadi 87,5%.
Refleksi
Aktivitas belajar siswa pada pertemuan 1 diperoleh nilai 95,3. Sedangkan pada pertemuan 2 diperoleh nilai 98,4. . Dikaitkan dengan kategori perolehan nilai yang telah ditetapkan masuk pada rentang nilai antara 81-100 dengan kategori “Sangat Aktif”. Sehingga dapat dikatakan bahwa indikator keberhasilan untuk aktivitas belajar siswa sudah tercapai dengan baik. Sehingga hipotesis yang berbunyi jika menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran kooperatif tipe think pair and share, maka aktivitas belajar siswa kelas V SDN 3 Jangkung Kabupaten Tabalong akan meningkat dapat diterima.
Hasil belajar pada pertemuan 1 diperoleh nilai dengan jumlah 1.520 dengan Hasil belajar diperoleh nilai dengan jumlah 650 dengan rata-rata 81,25. Secara klasikal terdapat 7 orang dari 8 siswa yang mencapai nilai KKM 65 atau sebesar 87,5%. Kenyataan ini menunjukkan indikator keberhasilan hasil belajar telah tercapai dengan baik yaitu minimal 80% siswa mencapai nilai KKM yang telah ditetapkan. Sehingga hipotesis yang berbunyi jika menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran kooperatif tipe think pair and share, maka hasil belajar matematika siswa pada materi sifat-sifat bangun datar di kelas V SDN 3 Jangkung Kabupaten Tabalong akan meningkat dapat diterima.
PENUTUP
Kesimpulan
(1) Hasil observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan 1 diperoleh nilai 85,2 meningkat pada pertemuan 2 menjadi 92,97. Siklus II pertemuan 1 diperoleh nilai 95,3 meningkat pada pertemuan 2 menjadi 98,4.
(2) Hasil belajar siswa siklus I diperoleh jumlah nilai 560 dengan rata-rata adalah 70, sedangkan ketuntasan klasikal 62,5% meningkat pada siklus II menjadi jumlah nilai 650 dengan rata-rata 81,25, sedangkan ketuntasan klasikal sebesar 87,5%.
Saran
(1) Kepada guru yang mengajar mata pelajaran matematika, agar berupaya menggunakan pendekatan atau strategi pembelajaran yang relevan seperti pembelajaran kooperatif tipe think pair and share sehingga memudahkan siswa dalam memahami materi-materi pelajaran matematika dengan baik melalui pengalaman bekerja secara kelompok, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
(2) Kepada siswa agar selalu berusaha melatih diri, baik secara individual maupun secara berkelompok untuk meningkatkan hasil belajarnya.
(3) Kepada Kepala Sekolah hendaknya secara kontinyu mengadakan pembinaan dan bimbingan kepada guru di lingkungan kerjanya, agar guru dapat meningkatkan kualitas pembelajarannya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. S, Suhardjono, Supardi. 2006 . Penelitian Tindakan Kelas . Bumi Aksara tahun
Anwar. K & Nafarin. A, 2007. Model-model Pembelajaran Paikem. makalah Diklat Profesi Guru tidak diterbitkan
Djanali. S, 2007. Modul Perkembangan Belajar Peserta Didik. Jakarta : Dirjen Dikti
Depdiknas. 2006. Standar Isi Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Matematika. Jakarta. BSNP
Fansuri, 2010. Kumpulan RPP Model-Model Pembelajaran S-1 PGSD Berasrama. Banjarbaru : FKIP UNLAM
Ibrahim, dkk, 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya : University Press
Juliantara. I. K, 2010. Aktivitas Belajar : www.edukasi.kompasiana.com
Kurnia. I, 2007 . Perkembangan Belajar Peserta Didik. Jakarta : Dirjen Dikti Depdiknas
Maryuni, 2009. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas I SDN Landasan Ulin Tengah 2 Pada Konsep Energi Menggunakan Pendekatan Pakem Model Rancang Bangun. Skripsi tidak diterbitkan
Poerwanti. E, 2007. Assesmen Pembelajaran. Jakarta : Dirjen Dikti Depdiknas
Rusfin. H, 2010. Meningkatkan Hasil Belajar pada Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat melalui Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair and Share pada Siswa Kelas IV SDN Lano Kabupaten Tabalong. Skripsi. Tidak dipublikasikan
Sugiman. 2007. Penilaian Hasil Belajar di Sekolah Dasar: Buletin Fasilitator Edisi V Tahun 2007
Sanjaya. W, 2006. Pembelajaran dalam Implementasi KBK. Jakarta: Kecana
Syamsuri, 2009. Model-Model Pembelajaran. http://www.docstoc.com /docs/20992337/Model-model pembelajaran
Suhadi, 2010. Cara-Cara untuk Mendorong Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran. http//suhadinet.wordpress.com
Trianto, 2006. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka
Tim Instruktur PLPG Unlam, 2009. Modul Model Pembelajaran. Banjarmasin : Depdiknas LPTK Rayon-17 Unlam Banjarmasin
Tim Instruktur PLPG Unlam, 2011. Modul Penelitian Tindakan Kelas. Banjarmasin : Depdiknas LPTK Rayon-17 Unlam Banjarmasin
Uzer U. M. dan Setiawati, 2001. Upaya Optimalisasi Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Suka artikel ini?
1 komentar:
Terimakasih telah membantu dalam proses pembelajaran.
Posting Komentar